12

23.3K 1.5K 65
                                    

Haechan duduk ngeringkuk disudut sofa, nangis kenceng sambil meluk dirinya sendiri. Bahunya gemetar, hidung, pipi sama bibir udah merah gak karuan karena nangisnya udah sejam lebih.

Dia pingsan sekitar 2 jam lah, pas sadar dia langsung teriak-teriak terus lari kearah pintu buat kabur. Ya, tapi percuma, tiga kawannya itu malah santai-santai aja sambil ngemil ngeliatin dia frustasi sendirian ngedobrak pintu.

Dia disekap di apartnya Jaemin.

Karena udah tau ngedobrak pintu percuma, dengan kesal dia kembali ke ruang tengah terus duduk disudut sofa sambil nangis. Diliatin tiga kawan gilanya itu, mereka nontonin sambil makan popcorn.

Haechan rasanya mau obrak abrik aja ni apartemen. Tapi udah keburu lemes sama nangis. Jadinya dia cuma duduk nungguin belas kasihan mereka.

"Udah habis tenaga lo?" Tanya Jaemin.

Haechan mendelik lalu menoleh kearah lain dengan cepat. Malas sekali melihat wajah mereka.

"Jangan ngambek, ah. Kita disini kan mau ngajakin main." Timpal Mark.

Haechan yang masih sesegukan menggurutu dalam hati. Enggan menjawab. Mana laper lagi, sial. Matanya menatap balkon kamar yang nampilin langit hitam. Haecahn ngelirik jam dinding di atas tivi.

Udah jam 7 lebih. Pantes. Iyalah, pantes laper sama lemes. Orang dari siang belum makan, sarapan aja dia dikit karena ogah-ogahan.

"Balikin gue ke rumah!" Seru Haechan kesal. Dia mendelik kearah mereka bertiga.

Tapi Jaemin menggeleng. "Besok aja. Udah malem, gue takut lo diculik."

"Lo pikir hikss, gue anak bayi. Hikss hikss, lepasiin gueee." Haechan memelas, bahunya bergetar karena isakan.

Jeno bangun dari duduknya, dia berjalan menghampiri Haechan lalu berjongkok di depan si manis.

"Udah, dong. Ngapain mesti nangis, kan kita gak ngapa-ngapain elo."

Haechan mendelik tajam, "lo masih nanya? Hah?"

Jeno menutup matanya saat Haechan berteriak kencang, lalu tersenyum manis saat pemuda di depannya kembali menangis. "iya, iya. Udah jangan nangis."

"Ngap-hikks ngapain juga sih kalian nyulik gue, hiks hikss, gue mau pulang.."

Jeno menggeleng. "Gak bisa manis, kita udah susah payah ngerencanain ini semua. Dan gak gampang juga buat lepasin lo."

Haechan menatap Jeno, "gue mau pulang, No.. hikss hikks, nanti Renjun nyariin.." lalu dengan cepat Haechan tersentak kaget dan menegakkan badannya sambil melotot. "RENJUN!!" Serunya kencang.

"Eitss, mau kemana?" Jeno langsung nangkap badan Haechan yang akan lari ke pintu lagi. Dia nahan gerakan badan si manis dengan mencengkram kedua lengan Haechan yang terduduk.

"Lepasin Jeno. Renjun nyariin. Gue mau pulang!!" Sentak Haechan kesal. Dia mendesis, tangisannya langsung berhenti.

"Gak usah, Chanie, Renjun mu itu gak bakal nyariin. Dia udah percaya kalo elo pergi ke Jeju karena urusan keluarga."

Haechan menoleh ke arah Jaemin, dahunya berkerut heran. "Gak mungkin, dia gak mungkin percaya, Jeno lepasin gue!" Katanya sambil berontak.

Jaemin terkekeh, "oh, ya? Tapi disini dia percaya, tuh.." katanya sambil nunjukin isi chat.

Haechan lagi-lagi melotot, itu ponsel dia!! Sial, dia gak ngerti lagi. Mereka bertiga gila. Udah ditahap mesti dimasukin ke RSJ.

"Lo.." Haechan menjeda, dia menatap ketiga kawannya, lalu menggeleng. Bener-bener gak habis pikir. "..lo semua gila, lo semua gila!" Serunya kesal.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang