51

11.5K 985 101
                                    

Renjun masih meringis kesakitan setelah Haechan melepaskannya. Ingin marah tapi melihat wajah Haechan yang sumringah membuat ia menelan lagi amarahnya.

"Kenapa? Kamu kayak gak seneng?"

Renjun menggeleng pelan, "seneng sayang, makasih." Matanya melirik ketiga yang lain sedang menahan tawa. "Tapi masa aku doang, yang lain enggak?"

Otomatis Haechan menoleh ke arah tiga yang lain, membuat mereka langsung menghentikan ekspresinya dan waspada.

"Aku itu benci banget, dan pengen lakuin ini dari dulu." Desis Haechan. Dia berdiri berjalan perlahan menghampiri mereka dengan senyuman miring.

"Ng-ngapain yang? Jangan yang aneh-aneh." Jaemin tergagap, dia mundur berbarengan dengan Jeno dan Mark.

Haechan terkekeh, "sini."

Ketiganya menggeleng, sampai punggung mereka mentok ke dinding.

"S-sayang."

Haechan kembali mendesis, kesalnya lagi-lagi membumbung tinggi. Target pertamanya itu Jeno. Dia memiringkan kepalanya dan tersenyum manis.

"Mau apa sayang?" Tanya Jeno pelan, bukannya takut tapi hanya waspada saja.

Haechan menggeleng, matanya melirik Jaemin dan Mark yang berada di sisi kanan dan kiri Jeno. Mereka menatap Haechan juga dengan waspada.

"Aku bilang, maaf pun tidak cukup. Jadi mulai dari sekarang sadar diri dan lebih berguna."

Mereka mengangguk bersamaan.

Haechan tersenyum makin manis, memegang bahu Jeno dan dengan gerakan cepat mengangkat lututnya ke arah selangkangan hingga menimbulkan teriakan kencang dari Jeno.

Saat Jeno menunduk, Haechan tak segan-segan memukul tengkuk Jeno kuat.
Setelahnya ia dorong Jeno hingga orangnya tiduran di lantai sambil memegang kepunyaannya.

"S-sakit yang." Lirih Jeno.

Haechan mendengus, matanya mengarah pada Jaemin. Mereka berdua menganga lebar dengan mata melotot tidak percaya.

Renjun tak kalah ekspresinya dengan Mark dan Jaemin. Tangan mereka refleks memegang kepunyaan masing-masing dengan rasa linu yang menjalar ke seluruh tubuh.

Dalam hati Renjun bersyukur karena Haechan hanya menggigit dagunya walau kenyataannya sampai berdarah.

"Y-yang." Jaemin makin memepetkan tubuhnya pada dinding saat Haechan berbalik dan berdiri didepannya.

"Awas kalau kabur Mark."

Mark langsung berdiri tegak, dia menelan ludahnya dan melirik Haechan yang berucap tanpa menatap kearahnya. Kekuatan orang hamil ternyata seram juga.

"Sayang, ampun. Tolong jangan kayak gini." Jaemin mengatupkan kedua tangannya.

Haechan mendengus, merasa lucu sendiri saat Jaemin yang tinggi menunduk memohon ampun sedang dia sendiri harus mendongak untuk menatap tajam lelaki ini.

"Gak ada, ini yang harusnya aku lakuin."

Haechan membuat gerakan cepat menendang burung Jaemin dengan lututnya, dan memukul tengkuk Jaemin saat membungkuk. Persis seperti Jeno. Mereka berdua mengaduh di lantai sambil meringkuk menutup kepunyannya masing-masing.

"Sayang! Nanti dia gak berfungsi lagi!" Seru Jaemin sambil mendongak.

"Emangnya gue pikirin!"

Haechan melotot kesal, dia berjalan cepat menghampiri Mark yang masih melongo. Menendang tulang kering lelaki itu dan menjambak rambutnya kencang.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang