59

10.8K 853 118
                                    

Kecepetan? Ya begitulah.

***

Kehidupan mereka berlanjut seperti kebanyakan orang pada umumnya. Haechan tidak terlalu dibebani apapun bahkan lebih sering bersantai dibanding harus pusing merawat mereka berempat.

Bukan berarti dia melalaikan tugas, mereka sendiri yang memintanya untuk tetap beristirahat tanpa bekerja yang berat-berat. Dan tugasnya hanya menyiapkan sarapan pagi saja dan itupun yang simple karena kalau siang mereka jarang pulang kalau malam masing-masing membawa makanan dari luar.

Selain itu tugasnya hanya menjadi guling di malam hari. Untungnya mereka tidak meminta hal yang aneh-aneh walau setelah pernikahan Jeno membahas malam pertama. Tapi Haechan langsung mengeluh kram perut, itu alasan bohong hanya agar mereka tidak minta yang macam-macam.

Kandungannya tidak ada masalah, Haechan meminum vitamin dan susu hamil sangat rutin. Tidak pernah terlewat. Begitu pula ketika memeriksakan ke dokter kandungan.

Ini yang agak memalukan. Soalnya dia memang disangka perempuan, itu sebenarnya tidak masalah, yang jadi masalah ketika ditanya siapa suaminya karena mereka berempat sering mengikuti sampai ke dalam ruangan. Dan mereka langsung mengacungkan tangan dengan semangat.

Membuat dokter maupun perawatnya menatap kaget lalu tertawa geli. 

Dokternya pun tertawa saja. Tidak berkomentar lebih karena sepertinya paham. Mau dia yang laki-laki atau mereka yang menjadi suaminya. Justru si perawat sering menggigit bibir bawahnya karena gemas, jiwa fujosinya meronta-ronta.

Hasilnya karena Haechan juga cocok dengan sang dokter dia diminta untuk tetap mengecek kesehatan sampai bulan kelahiran di tempat praktek itu.

Lain-lainnya dia merasa senang, mereka perhatian, membuatnya nyaman, bertanggung jawab, walau terkadang keempatnya sering bertengkar karena berebut Haechan.

Jadwal tidur sudah ditentukan, Haechan akan tidur setiap senin di kamar Renjun, setiap selasa di kamar Jaemin, rabu di kamar Jeno dan kamis di kamar Mark. Jumat berdua dengan Jaemin dan Jeno, sabtu dengan Mark dan Renjun. Sedang minggu dia sendiri di kamar tamu.

Katanya itu yang paling adil.

Haechan sih terserah, yang penting tidak tidur di ruang tengah.

Sampai menit berganti jam, hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.

Tidak terasa, cepat sekali, ya.

Haechan bahkan merasa waktu berjalan lambat.

"Hati-hati."

Haechan menoleh, mendapati Mark dengan wajah yang khawatir saat ia melengkah di undakan tangga yang terakhir.

"Habis ngapain yang?"

"Cuma bersihin lantai atas." Jawabnya singkat, Haechan berjalan ke arah ruang tengah dan duduk selonjoran diatas sofa. Engap sekali rasanya padahal hanya turun naik tangga.

"Kenapa gak nyuruh kita aja? Kan gak boleh capek-capek."

Haechan menggeleng, membenarkan duduknya supaya lebih nyaman.

"Cuma nyalain vacum cleaner, Mark."

"Ya tetep aja bahaya naik turun tangga."

"Ish, justru katanya bagus naik turun tangga buat orang hamil biar lancar."

Mark menghela napas, mengelus pipi Haechan yang semakin bulat.

"Udah berapa bulan sih yang?" Tanya Mark, beralih mengelus perut Haechan dengan perlahan. Sedikitnya ia tersenyum saat merasakan didalam perut itu bergerak.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang