Yang mau nunggu Haechan ngamuk-ngamuk berantem sama semenya ayo kita pelukan, karena gue juga mau anjiir 😭 tapi belum pas momentnya. Masih jauuuh, Haechan mau dilelepin dulu berbulan-bulan baru setelah itu 'buak'
Hehe, enjoy~
*******
Sampai jam 3 pagi tidak ada yang tidur. Mereka berempat masih melek, sibuk dengan segala pikirannya sendiri.
Keempatnya berkumpul di apartemen Jaemin, mereka pikir bisa langsung mergokin Haechan pulang atau setidaknya berkeliaran disekitar sini. Karena kalau di tempatnya Haechan mereka tidak mau kalau sampai bertemu Johnny. Mereka masih belum punya nyali.
Frustasi dan bingung tercetak jelas di wajah mereka, Jaemin bahkan tidak berhenti menangis sesaat sesudah memeriksa cctv.
Wajahnya sudah sembab tidak karuan, dia sempat menelepon ibunya untuk meminta bantuan, menangis keras karena Haechan lari darinya, Haechan ketakutan karenanya. Dan saat ditanya kenapa, Jaemin menjawab dengan takut-takut.
"Sinting! Dasar gak punya otak kamu! Puas, puas dia lari dari kamu."
Ibunya berteriak kencang dan menyumpah serapahi anak semata wayangnya, yang mana Jaemin makin menangis tak karuan. Ayahnya bahkan akan melaporkan tindakannya pada polisi sebelum sang ibu menahan dan memberikan nasihat.
Yang lain, entah Renjun, Jeno atau Mark mereka hanya menghela napas melihat Jaemin dan raungannya.
Jeno dan Mark belum siap melaporkan apapun, apalagi Renjun yang pasti membuat sang Baba akan mengalami serangan jantung.
Sekali lagi, mereka dengan segala pikiran rumitnya hanya tertuju pada Haechan, dimana dia, kenapa sampai tidak meninggalkan jejak sama sekali, bagaimana kondisinya, apa mereka dibenci, apa Haechan akan meninggalkan mereka selamanya, dan banyak, banyak lagi pertanyaan berkeliaran didalam pikiran mereka.
Rasa bersalah terus bertumpuk dalam hati masing-masing, menyesal dan juga kalut, sulit sekali dijelaskan oleh kata-kata.
"Besok kita ke kampus, tanyain si Yangyang dulu." Ucap Mark dengan suara serak.
Yang lain mengangguk, hanya diam di posisinya masing-masing. Enggan bergerak dan menghiraukan rasa lapar maupun kantuk.
Mereka paham dan mereka tau konsekuensinya, tapi ternyata mereka belum sesiap itu. Apalagi perbuatan mereka semua tanpa pikir panjang dan hanya mementingkan keinginan sendiri.
Mereka terlalu percaya diri dengan Haechan yang pasti akan menerima semuanya.
"Sial, gue kangen banget." Bisik Jeno, namun suaranya terdengar jelas. Kepalanya menunduk dalam.
"Gue yakin dia besok bakalan ketemu, gue yakin dia pasti bakalan maafin kita." Ucap Renjun pelan.
Jaemin menegakkan badannya, menatap sekitar dan berdiri lalu berjalan ke dapur. Yang lain menatap punggung Jaemin.
"Kenapa?" Tanya Mark.
Jaemin menggeleng, "maaf bang gue laper."
Renjun berdecak, memutuskan untuk masuk ke kamar Jaemin yang lain—disini kamarnya ada tiga. Akhirnya mereka bubar, Mark dan Jeno memilih satu kamar meninggalkan Jaemin yang makan sambil menangis.
"Chaniee.. gue kangen.."
***
Baru jam 7, jam 7 pagi dan Jeno sudah ribut dengan isi perutnya yang bergejolak. Dia muntah-muntah, rasa mual yang teramat sangat menyerang lambungnya.
Hingga Mark yang masih tertidur terbangun karenanya, dengan sempoyongan Mark jalan ke arah kamar mandi yang terbuka.
"Kenapa Jen?" Tanyanya, khas orang bangun tidur, matanya bahkan masih sedikit terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Seme Yang Di Uke Kan
FanfictionBerisi ucapan kotor dan adegan dewasa. Bagi yang masih bocil dilarang keras buat masuk. Kagak ada sinopsis, baca aja langsung ⚠️⚠️🔞🔞🔞🔞🔞 Ini bxb, gay, homo. Jadi jangan salah lapak. Nama yang dipakai hanya dijadikan karakter saja untuk kebutuha...