52

11.6K 944 76
                                    

Pagi ini mendung, bahkan rintik sudah turun lumayan banyak dan bisa diperkirakan akan hujan deras.

Haechan merengut, dia bersidekap dada melihat pemandangan awan gelap dibalik jendela balkon.

Tadinya ia ingin mengajak Mark untuk jalan-jalan keliling kota.

Kejadian di kafe sudah satu minggu berlalu. Haechan ikut Chenle pulang dan keempat pacarnya pun tidak ada yang melarang karena mereka sadar diri. Baik apartemen Jaemin maupun yang lain itu tidak layak huni, apalagi punya Renjun yang sudah di jual.

Jadi selama seminggu mereka beres-beres, bergotong royong dari satu apartemen ke tempat yang lain, mengganti sprai, gorden, membuang makanan yang sudah basi, membuang stok mie instan, mencuci pakaian yang sudah menggunung. Semuanya, bahkan sampai ke debu yang paling terkecil pun mereka bersihkan.

Setelah bersih, baru mereka menjemput Haechan, sekarang yang sedang ditempati tempatnya Mark. Lengkap dengan penampilan yang lebih manusiawi.

"Chan."

Haechan melirik kebelakang, Jeno tengah membawa secangkir kopi yang mengepul sambil menatap dirinya.

"Ayo sini, nanti ada petir kamu kaget."

Haechan berdecak namun menurut. Berjalan pelan untuk duduk di sofa.

"Kenapa? Bete banget kayaknya?"

"Mau jalan-jalan."

Jeno tersenyum, meletakkan kopinya dan mengusap rambut Haechan lembut.

"Nanti ya kalau gak mendung. Bahaya jalan-jalan saat hujan."

Haechan mengangguk tanpa kata, memilih diam.

Membiarkan Jeno yang mengelus rambut lalu turun ke perut.

"Akhir-akhir ini aku sama Jaemin gak terlalu ngidam atau mual-mual lagi. Apa gara-gara kamu deket kita, ya?"

Haechan menggedikkan bahunya, "gak tau."

"Mungkin aja sayang, kan baby-nya udah seneng deket sama ayahnya."

Haechan mendengus, memilih menatap layar televisi yang gelap.

"Udah dong, ngapain cemberut sih."

"Kan udah dibilangin mau jalan-jalan."

"Tau, tapi kan hujan sayang. Emang kamu mau kalau nanti aku yang nyetirnya nabrak karena kehalang air hujan?"

Haechan menoleh, menatap Jeno lalu mencebik pelan.

"Ish, ya enggak gitu juga.. tapi mau keluar.."

Jeno merengkuh tubuh Haechan, membuatnya duduk dipangkuan. Kembali membelai kepalanya dengan lembut.

"Halloo, Jaemin pulaang~"

Haechan maupun Jeno menoleh ke arah pintu, lelaki yang baru saja berteriak dengan rusuh memasuki rumah. Menenteng beberapa bingkisan kresek beserta paper bag.

"Chanie tititpan dari ibu mertuaa.." Jaemin sekali lagi berteriak, dia berjalan tergesa ke dapur.

Haechan turun dari pangkuan Jeno dan menghampiri Jaemin yang tengah mengeluarkan barang-barang di meja makan.

"Ini bukan obat penyubur kandungan lagi kan?" Tanya Haechan dengan menyipit.

Jaemin cengengesan lalu menggeleng, "bukan sayang sumpah, ini cuma vitamin aja. Selebihnya makanan sama buah-buahan."

Haechan mengangguk percaya, label yang terdapat di bungkusannya pun tertera nama vitamin.

"Kimchi?"

Jaemin mengangguk, "mama yang buat." Bibirnya tersenyum lebar, matanya melirik Jeno yang tengah memperhatikan mereka dari ruang tengah dengan secangkir kopi.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang