"Bangsat, bukan gue sumpah."
Jeno memegang pipinya yang barusan ditonjok Jaemin. Dia dan Haechan menghabiskan waktu sekitar setengah jam setelah digedor-gedor oleh ketiganya.
"Dasar babi mesum, belum mau ngaku juga lo?!" Renjun berkacak pinggang sambil melotot.
"Sumpah, demi Tuhan. Si Haechan sendiri yang nawarin."
Haechan yang ditunjuk makin mengkerut dipangkuan Mark, wajahnya bersembunyi di perpotongan leher. Enggan mengakui.
Ketiga yang lain tentu tidak percaya, apalagi saat pintu kamar mandi terbuka Haechan menangis kencang memeluk Jaemin. Sampai sekarang setelah di baju Haechan belum mengeluarkan sepatah katapun.
"Serius Chan, bilang dong sayang lo yang ngajakin gue." Ucap Jeno frustasi.
"Jangan halu lo. Sialan, kalau sampai Haechan kenapa-napa awas aja lo, gue pindahin penis lo ke belakang." Tunjuk Jaemin kesal.
Tentu saja kesal, mereka kan sedang menjaga Haechan agar segera hamil setelah suntik sperma waktu itu.
"Ya Tuhan, Chan.."
"Gak usah deket-deket Haechan. Sekali lagi lo lakuin gue beneran bakal bikin lo bonyok lebih parah." Tunjuk Jaemin, dia yang paling marah dibanding yang lain. "Ayo Chanie kita makan." Lalu menggendong Haechan ke arah dapur. Diikuti yang lain.
Jeno mengusak rambutnya kasar, sial, tau gini dia tidak akan menyetujuinya.
Namun tak ada yang sadar kalau Haechan tengah tersenyum dan menatap Jeno dari balik badan Jaemin.
***
Sampai malamnya Jeno masih dimusuhi yang lain. Dia sama sekali tidak boleh berdekatan dengan Haechan walau hanya dua langkah.
Dan Haechan pun masih diam. Enggan mengatakan apapun walau sudah dibujuk oleh Renjun dan Mark.
Sekitar jam 11 malam, mata Haechan terbuka lebar. Keningnya mengernyit merasakan perutnya bergejolak. Kepalanya menoleh kearah kiri. Ada Jaemin yang tengah memeluk pinggangnya tertidur nyenyak.
Perlahan Haechan menyingkirkan tangan Jaemin, dia turun dari ranjang sambil berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Dia berjinjit masuk ke kamar mandi yang ada di kamar.
"Wekk wueekk." Haechan dengan cepat menyalakan keran watafel.
Tangannya memeras perutnya yang seakan lebih bergejolak.
"Wueekk."
Tapi sayangnya tidak ada apapun yang ia muntahkan. Haechan terengah, badannya ia tegakkan untuk menatap cermin wastafel.
"Jangan, jangan sampai sakit." Tangannya dengan cepat membasuh mulut. Dia menggeleng pelan. "Gak mau jangan sakit, gue mohon." Bisiknya pelan.
Haechan menepuk-nepuk pipinya, "gue gak mau lagi dikurung. Besok harus bisa keluar dari sini."
Meraih handuk kecil yang tergantung dekat cermin dia usap wajah dan mulutnya yang basah. Setelah selesai, Haechan mendadak lapar. Sambil mengusap perutnya Haechan berjalan pelan meraih pintu kamar.
Sedikit menggigit bibirnya Haechan menatap Jaemin yang sepertinya masih tetap tertidur nyenyak. Ia keluar dengan menyelinap.
Saat diluar Haechan disuguhkan dengan lampu ruang tengah yang dimatikan, temaram dan remang-remang karena masih tersinari dari lampu balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Seme Yang Di Uke Kan
FanfictionBerisi ucapan kotor dan adegan dewasa. Bagi yang masih bocil dilarang keras buat masuk. Kagak ada sinopsis, baca aja langsung ⚠️⚠️🔞🔞🔞🔞🔞 Ini bxb, gay, homo. Jadi jangan salah lapak. Nama yang dipakai hanya dijadikan karakter saja untuk kebutuha...