33

10.6K 1K 67
                                    

Salah satu hasil dari Haechan melakukan tantangan 4 hari yang lalu adalah mereka semakin sinting !

Oh, dia gak tau harus ngomong apa, tapi Jeno ternyata kalau mode marah itu agak kasar, Renjun kasar omongannya, Jaemin makin cerewet, kalau Mark malah makin iseng.

Haechan menghela napas kesekian kalinya hari ini.

Matanya memindar sekitar, keinginan hati hanya ingin hidup tenang tapi sekarang barang sedetikpun rasanya tidak pernah dia miliki.

Halah, intinya dia beneran tercekik dengan kelakuan 4 orang yang menjadi pacarnya.

Posesif mereka membuat Haechan uring-uringan tak karuan.

"Oy."

Haechan terlonjak kaget, dia menoleh ke belakang dan melotot pada Yangyang.

"Ngapain lo celingukan disini?"

Haechan berdecak, "gue menghindari masalah."

Lantas membuat Yangyang tertawa, dia langsung paham maksud dari Haechan barusan.

"Pantes, gue liat si Jaemin lagi mencak-mencak depan workshop."

Haechan menoleh, "si Jaemin sama siapa?"

"Sama ayang lo yang dari seni."

Haechan kembali berdecak, dia pepetkan tubuhnya ke dinding saat tak sengaja melihat Mark yang lagi jalan di koridor yang lain bersama temannya, mereka seperti membicarakan sesuatu yang penting.

"Si Jeno lo gak liat?"

Yangyang ikutan mepet di dinding, soalnya dibelakangnya Mark ada Kun.

"Kagak. Lagian ngapain lo mesti ngumpet segala? Buat salah ya lo?"

"Gue iseng nurutin tantangan si Jeongin 4 hari yang lalu. Imbasnya gue kayak kambing kagak bisa kemana-mana, leher gue kayak pake tali tambang gede. Engap banget."

Yangyang tertawa, "mantap. Udah mah gembalanya ada 4, hukumannya juga 4. Enak gak Chan?"

"Kalo enak gak bakal gue ngumpet, Yang. Sialan, untung pantat gue gak robek."

Yangyang kembali tertawa, wajah kesal Haechan sungguh lucu. Untung disini agak sepi. Hanya satu-dua yang lewat. Jadi mereka santai aja.

"Apa gue putusin aja ya Yang? Gak kuat gue sumpah, mana posesif semua, gua kira Renjun yang paling normal, dia malah lebih sinting dibanding ketiga yang lain."

"Gue gak bisa ngasih saran, Chan. Itu sih keputusan elo. Cuma sayang aja, mereka tajir-tajir anjir. Seenggaknya lo mesti dapet lamborghini kek, apart mewah di Gangnam kek, atau pulau pribadi. Gue yakin mereka kagak bakalan bangkrut."

Haechan terkekeh, dia menempeleng kepala Yangyang pelan. Lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Mereka sedang menyender di dinding.

"Gue pernah pake blackcard mereka buat nyewa kondo mewah di Gangnam selama 5 hari. Anjir, jebol tagihan mereka. Tapi kagak ada yang marah."

"Nah, itu. Enak banget, apalagi mereka royal. Ah, realita aja lah Chan. Siapa yang gak seneng punya pacar ganteng dompetnya blackcard semua. Anjir, elo doang sinting."

"Enaknya dari situ, tapi coba kalo mereka lagi kumat. Lo mesti tau Yang, mereka nyeremin anjir. Serius, Yang. Mereka mesumnya udah taraf rumah sakit jiwa."

"Tapi nikmatin kan?"

Haechan tidak menjawab, lebih memilih mendengus dan menatap ke arah lain. Yangyang menunjuk wajah Haechan sambil tertawa kencang.

"Muna, lo. Bilang aja enak. Nih, gue cuma mau bilang. Nikmatin aja kayak lo punya fantasi tersendiri sama mereka. Lo enak mereka enak. Gini deh, cuma karena mereka posesif bukan berarti lo di kekang kayak kambing pas mau di potong. Intinya mereka ngekang karena elonya takut di embat yang lain. Kekangan mereka masih taraf wajar menurut gue."

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang