24

21.4K 1.3K 107
                                    

Haechan menatap datar Mark yang tengah mondar mandir didepannya menyiapkan sarapan pagi. Sarapan yang dipesan tentunya. Dia gak mau ambil resiko kalau harus mengganti biaya kerusakan apartemen orang karena Mark menumpang masak.

"Nah, makan. Biar kuat lagi."

Haechan langsung mendesis sebal, ingatannya berputar saat semalam kalau si badak ini gak berhenti bikin dia mendesah.

Emang gak aneh-aneh kayak Jeno, atau sekuat stamina Jaemin, tapi Mark menjeda, keluar sekali nunggu sejam ngajak lagi, keluar 2 kali, nunggu sejam ngajak lagi. Begitu terus dari sore sampai malem jam 3.

Kalo tanya kenapa Haechan mau, gak tau gak inget juga. Karena si Mark pandai membuat dirinya menjawab iya.

Ahh, sekarang dia baru nyesel.

"Suapin."

Mark terkekeh, dia duduk disebelah kanan Haechan lalu menyendok nasi dan lauk pauknya kedepan mulut Haechan.

"Mau dimandiin sekalian?"

Haechan mendelik, "gak usah aneh-aneh. Tuh beresin kamar, gue mau pulang jam 9."

Mark melirik jam yang baru nunjuk di angka 8, lalu menatap Haechan lagi.

"Nanti ajalah, yang. Jam 11 gimana?" Tawar Mark.

Haechan menggeleng tegas, "gak mau, gue gak mau bikin Renjun curiga."

Mark tersenyum lebar, "ahh, jadi sekarang lo ngakuin gue?"

Haechan mendesis tajam, matanya makin mendelik sinis.

"Kagak usah mikir aneh-aneh!"

Mark terkikik pelan, dia kembali menyuapi Haechan yang langsung fokus ke hape. Tak lama suara pintu yang di gedor mangalihkan perhatian mereka. Haechan sampai berkerut dalam.

"Siapa, sih. Sana buka." Katanya merintah Mark yang malah bengong menatap pintu.

Mark mengangguk, menaruh piring diatas meja, lalu melangkah menuju pintu. Suara gedoran kerasnya makin menjadi.

"Apa pacarnya bang Yuta yang lain, ya?" Monolognya.

Bahunya terangkat sekali, dia hanya memikirkan kemungkinan orang-orangnya Yuta yang mencari bukan yang lain. Makanya dia santai saja membuka dan tersenyum akan menyapa.

Tapi sebelum pintu terbuka lebar, sebuah tangan menjorokkan dirinya hingga dia menabrak dinding dengan keras, Mark mengaduh sambil mengumpat.

Ternyata Jaemin, orangnya bahkan langsung lari ke dalam tanpa mau mengindahkan dirinya. Kemudian pintu terbuka lebar dan terpampang wajah Jeno yang datar.

"Asu! Sakit sialan." Katanya sambil berdiri. Dia menatap Jeno yang hanya menonton dan berlalu begitu saja.

"Adik gak ada akhlak." Katanya lagi. Lalu melangkah menuju dapur dan terlihat Jaemin yang sedang memeluk Haechan walau lengannya dipukul berkali-kali.

"Lepasin! Gue engap!" Seru Haechan kencang.

"Gak mau! Gue kangen sama lo." Balas Jaemin.

"Errghh, Jaemin!"

Tapi Jaemin menggeleng keras, dia malah mencium pipi kiri Haechan dengan gemas.

Jeno menghampiri dan duduk disebelah kanan.

"Jeno, lepasin si Jaemin."

Haechan menoleh kearah Jeno. Tapi bibirnya malah dicium. Dia menggeleng keras sambil kelojotan. Mark yang melihat itu mendengus.

"Udah, kasian gak bisa napas pacar gue." Ucap Mark.

Jeno yang melepaskannya pertama kali, lalu Jaemin walau tangannya masih merangkul pinggang.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang