"Gak kerasa bang, udah 14 minggu aja. Tapi kok perutnya agak besar ya? Kembar jangan-jangan."
Iseng saja Jisung bilang seperti itu, saat melihat anjingnya Chenle, Daegal tidur diperut Haechan yang terbuka.
Chenle segera memotretnya. Lalu terkekeh senang.
Satu hari itu ketika Chenle pulang sekolah tiba-tiba dia menggendong seekor anjing putih, dengan gembiranya dia menunjukkan pada Haechan. Katanya untuk menemani si bumil kalau-kalau kesepian. Dan tentu Haechan senang, malah sangat berterima kasih karena mau memikirkan sampai kesana.
"Jangan kembar, gak mau! Satu aja."
Haechan sesekali mengelus kepala Daegal.
"Biarin lah bang, kan lucu tau. Tiba-tiba punya dua."
Haechan mencebik kecil, dia menghela napas menatap Jisung dan Chenle bergantian.
"Mereka belum nyamperin kesini Le? Kok lama amat sampe 4 bulan gak bisa nemuin aku?"
Chenle mendengus, "mereka bego, sumpah dah. Udah pernah di kasih kode, bahkan nomor gue sengaja bisa dilacak tetep aja gak buat mereka pinter. Dikitnya mikir ke kita gitu, ke gue."
"Mereka udah nyerah kali ya?" Ucap Haechan dengan helaan napas lemas.
"Enggak kok bang, mereka masih sama. Tapi bedanya mereka lagi nungguin foto-foto dari Chenle. Tiap hari ada kok mereka ke kafe."
"Gak pernah nanya ke elo?"
Jisung menggeleng, "soalnya aku gak pernah nyamperin mereka Le, cuma liat aja dari meja kasir. Mereka juga gak kepikiran buat nanya kali."
"Aduh bego banget sumpah."
Jisung terkekeh, "denger-denger mereka lagi ngembangin usaha gitu. Jisung gak terlalu tau banyak bang, tapi katanya lagi nabung buat nikahin abang."
"Halah," Chenle mendengus lagi, "nikahin gimana nemuin aja susah begitu. Padahal kita juga bakal bilang kalau mereka nanya. Gue udah kasian banget bang, ke elo sama baby, dia juga butuh ayahnya."
Haechan mengangguk, masih sedikit menunduk dengan wajah sendu.
"Kalau menurut aku, mereka kayak lagi gak fokus aja. Maksudnya kan mereka punya kerjaan, siapa tau karena kerjaan, kuliah, bagi waktu buat nyariin bang Haechan kebagi-bagi sampe nunggu hilal aja." Jisung menggedikkan bahunya sekali.
"Bang, lo yakin gak mau bilang sama ortu duluan?"
Haechan menatap Chenle lalu menggeleng pelan, "takut Le."
"Iya sih," Chenle mengangguk beberapa kali, "gue juga bakalan kayak gitu, seenggaknya lo harus bawa mereka supaya yang di hajar bukan elo, tapi mereka. Duh, gak sabar banget gue pengen liat mereka di hajar bang Johnny."
Haechan tersenyum kecil, untuk abangnya sendiri Haechan sesekali mengirimi pesan. Dia beralasan kalau ponselnya hilang jadi mengganti dengan yang baru. Dan Johnny sepertinya tidak curiga, tapi akhir-akhir ini dia sering mengajak untuk bertermu calon kakak ipar. Katanya mau ngenalin dulu sama dia soalnya bakalan lebih serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Seme Yang Di Uke Kan
FanfictionBerisi ucapan kotor dan adegan dewasa. Bagi yang masih bocil dilarang keras buat masuk. Kagak ada sinopsis, baca aja langsung ⚠️⚠️🔞🔞🔞🔞🔞 Ini bxb, gay, homo. Jadi jangan salah lapak. Nama yang dipakai hanya dijadikan karakter saja untuk kebutuha...