Haechan mendengus sebal, dia melipat tangan didada menatap Mark yang tengah membungkuk terengah.
"Aduh, yang. Kenapa malah pergi?"
Haechan berdecak kesal, "biarin, emangnya kenapa lo ngatur-ngatur."
"Ya ampun, yang." Mark meneggakan tubuhnya, menghilangkan napasnya yang terengah. "Jangan main pergi sayang, lo kalo mau balik biar gue anterin, gue kelasnya kan masih lama."
Haechan mendecih, "ogah."
"Kenapa sih yang, perasaan tadi nyamperin gue lo baik-baik aja."
Haechan mendelik, "loh, emangnya gue gak boleh marah-marah? Lo aja sama yang lain marah-marah gak jelas, kenapa? Gak terima?"
Mark menggeleng ribut, "bukan yang elah, maksudnya gak gitu, oke-oke gue sama yang lain minta maaf kalau kemarin-kemarin kita jealousnya berlebihan." Mark perlahan berjalan mendekat, "jadi sekarang udahan marahnya yah? Yuk, gue anterin balik."
Haechan mendengus, "gak usah, gue bisa sendiri, lagian atm lo masih ada di gue, gue bisa pesen taksi sekaligus beli mobilnya sekalian."
Mark meringis, lalu terkekeh pelan.
"Ya ya terserah, mau lo borong sama supirnya sekalian gue gak masalah,."
"Bagus," Haechan mengangguk, "karena gue bakalan cari supir taksi yang tampan." Lalu berbalik meninggalkan Mark yang melotot.
"Haechan!!"
-
Berhasil membuat Mark tak bisa membantah apapun lagi rupanya belum bisa membuatnya tenang. Soalnya ada satu lagi tersangka yang ternyata sedang sakit.
Haechan mendengus, dia berkacak pinggang di depan gerbang kampus.
"Kalau sakit biasanya butuh apa ya?" Matanya melirik sekitar, dari kejauhan terlihat taksi yang melaju mendekat, Haechan tersenyum miring sambil mendengus, "bener, obat."
Tangannya terjulur menghentikan taksi, dia menyebut ke alamat apartemennya Jeno.
"Kalau gitu kita beli obat perangsang." Keningnya berkerut, sesaat ia bingung dimana harus membeli obat seperti itu.
"Di mini market ada tidak ya?" Tangannya merogoh saku untuk mencari tahu lewat internet ponsel, "apotek?" Katanya.
List yang pertama tempat untuk bisa membeli obat perangsang itu apotek, Haechan mengangguk beberapa kali. Sejurus kemudian dia ingat sewaktu beberapa kali Renjun pernah mau mengerjainya dengan minuman yang tercampur obat perangsang.
"Apa Renjun belinya di apotek? Jangan-jangan beli di temennya."
Haechan berdecak kesal, rasa ingin mengerjai Jeno sedang membumbung tinggi. Kebetulan Jeno sedang sakit dia yakin kalau tenaga lelaki itu sedang terkuras. Jadi dia bisa memanfaatkannya sedikit.
"Deket apartnya Renjun ada apotek kan? Apa dia beli disana ya?" Katanya menebak, soalnya dia gak terlalu paham tentang hal seperti ini. Bisa jadi Renjun punya kenalan yang menjual obat-obat itu.
"Ah, coba saja. Pak, kita ke jalan apartemen H dulu." Haechan menepuk pelan bahu supir taksi, sang supir mengangguk paham. Melajukan mobilnya lebih cepat untuk melewati jalan yang disebutkan Haechan.
Tak berapa lama, Haechan menyetop taksi didepan sebuah apotek persis disebelah gedung apartemen Renjun.
"Tunggu ya pak, sebentar." Yang lagi-lagi diangguki sang supir.
Haechan melenggang santai membuka pintu kaca apotek.
"Oh, halo. Ada yang bisa dibantu dek?"
Haechan mengangguk dengan senyuman tipis, "iya mas, maaf tapi disini jual mmm obat perangsang tidak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Seme Yang Di Uke Kan
FanfictionBerisi ucapan kotor dan adegan dewasa. Bagi yang masih bocil dilarang keras buat masuk. Kagak ada sinopsis, baca aja langsung ⚠️⚠️🔞🔞🔞🔞🔞 Ini bxb, gay, homo. Jadi jangan salah lapak. Nama yang dipakai hanya dijadikan karakter saja untuk kebutuha...