01🍁

2.4K 157 6
                                    

Happy Reading







Beberapa lensa kamera menangkap langsung sesosok remaja yang baru saja keluar dari rumah. Awal paginya terasa begitu menyebalkan, masih berbalut piyama tidur, remaja berusia enam belas tahun itu menghela napasnya gusar.

Ia menggerutuki kebodohannya, jika tahu begini, mungkin ia tidak memilih untuk menginap di rumah Riska, adik dari Papahnya yang baik dan masih belum memiliki keturunan sampai saat ini.

"Ah, kami dengar-dengar anda sedang merancang projek baru dengan aktor luar negeri. Benarkah begitu?"

"Bagaimana dengan sekolah anda, bukan 'kah projek itu memakan waktu yang lama?"

"Dengan aktor siapa anda bekerja sama?"

"Tolong dijawab, kami membutuhkan berita ini untuk dimasukan pada media."

Alwi Assegaf, namanya kerap disapa Alwi. Aktor muda yang sedang pesat-pesatnya naik daun. Ia merupakan putra semata wayang dari aktor sesepuh, Ananda George. Pemilik saham terbesar sekolah SMA Vinatta High school, sekaligus mantan aktor yang namanya masih terus tertampang di majalah.

Sudah berkarya sejak dini, Alwi masih belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. Berdesak-desakan dicegat beberapa wartawan, terkadang ia sampai harus dikejar-kejar fans fanatik yang entah muncul dari mana.

"Om!" teriak Alwi seraya melambaikan tangannya pada seseorang, agak susah karena tubuhnya dikelilingi wartawan yang terus melempar pertanyaan.

Alwi merengut kesal, Rico, suami dari Riska seakan mengejek dirinya tidak ingin membantu. Alhasil, Alwi menerobos kerumunan seorang diri, walau beberapa wartawan masih terus menguntit dari belakang.

"Jauh-jauh deh Om, kita enggak temenan," hardik Alwi membuang pandangannya. Ia masih kesal, wajah bantalnya bahkan masih tertampang.

Rico tertawa, sementara tangannya sudah mengacak rambut Alwi gemas.

"Kata Ayah kamu disuruh langsung ke lokasi," kata Rico tiba-tiba.

"Loh, Om? Akunya belum mandi, belum dandan, belum ganti baju, enggak ada lah kita pulang dulu." Alwi memutar bola matanya malas, bahkan kedua tangannya sudah bersedekap dada.

"Gitu aja, Om suka lihatnya," kata Rico melirik Alwi sekilas.

Alwi kembali ingin menyangkal, namun tangan Rico lebih dulu menutup mulutnya. Ingin berteriak, ah rasanya tidak perlu.

Dering panjang terdengar dari benda pipih milik Alwi, tidak ada balasan dari seberang. Hanya terdengar suara operator yang menjadi balasan, niat untuk menghubungi Ananda menjadi tertunda, lantaran pria paruh baya itu tidak menjawab satu pun pesan dari Alwi, atau bahkan menjawab panggilan pun tidak.

"Om mau mampir ke sana bentar, kamu enggak usah keluar kalau enggak mau diserbu," ujar Rico menepikan mobilnya, lalu keluar meninggalkan Alwi seorang diri.

Alwi bisa melihat Rico yang memasuki toko roti, mungkin persediaan roti dirumahnya habis. Pantas saja, ketika ia bangun dimeja makan tidak ada apa-apa, Riska sendiri sedang menghadiri acara Ibu-Ibu sosialita di rumah Bu RT.

Alwi terus menggeser-geser ikon, membuka beberapa aplikasi sosial media yang isinya berita tentang dirinya, hah Alwi bosan, Alwi ingin menghilang saja. Membuang napas berat, Alwi kembali melihat pada toko roti, masih belum ada tanda-tanda Rico kembali, Alwi harus menunggu berapa jam lagi?

"Om lama," desis Alwi. Akhir-akhir ini Rico melihat Alwi sensian. Pasti karena otaknya yang dipenuhi berbagai macam pikiran.

"Ya maklum, ngobrol ala bapak-bapak dulu," jawab Rico santai. Meletakan dua kresek di sebelah Alwi.

LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang