18🍁

304 70 8
                                    

Happy reading







Sedari tadi Alwi tidak fokus, ia masih memikirkan perkataan kedua sahabatnya. Tadi sewaktu, ia bertanya alasannya, kedua sahabatnya malah menjawab hanya firasat mereka. Itu membuat Alwi sangat kesal, sungguh.

Alwi yang tidak tahan pun, akhirnya mengangkat tangannya. Ia butuh mencuci mukanya, agar pikirannya lebih segar.

"Kenapa, Alwi?"

"Saya mau izin ke toilet, Pak," jawab Alwi.

"Owalah, baiklah. Silahkan, jangan lama-lama," balas sang guru dan diangguki Alwi.

Alwi berjalan dengan santai menuju kamar mandi. Jam pulang sebentar lagi akan berbunyi, jadi dia sedikit memperlambat jalannya agar sampai kelas langsung pulang. Ia sedang malas belajar kali ini, ia tidak mood.

"Kok bisa ya, gue punya temen kayak mereka?"

"Kesel gue. Bisa-bisanya, gue digantungin."

"Aneh banget, mereka suruh gue jauhin si Rafael tapi ditanya alasannya malah enggak tahu."

"Dasar aneh." sedari tadi, Alwi tak berhenti menggerutu. Ia sangat kesal kepada keduanya. Awas saja! Dia akan marah pada keduanya!

Tak lama, ia sampai di toilet. Ia menyalakan keran, lalu membasuh mukanya. Beberapa saat, ia menatap bayangannya dicermin.

"Kapan semua ini berakhir? Huaa gue pengen kembali ke masa kecil aja."

"Aish, gini banget nasibku," ucapnya, lalu mematikan kerannya.

"Lebih baik, gue ke kelas aja. Dari pada diamuk." setelah itu, ia keluar dari toilet.

Alwi mulai melangkahkan kakinya, kembali ke kelas. Sedari tadi, matanya tak berhenti melihat ke  segala arah. Tiba-tiba matanya menangkap satu objek, ia mengerutkan keningnya. Siapa itu? Mengapa ia terlihat mencurigakan? Orang itu, berjalan mengendap-endap,  sedang apakah dia?

'ngebolos kali ya?'

'Bolos terus sampai mampus,' batin Alwi menggeleng kepalanya.

"Eh tapi, 'kan bentar lagi pulang. Kenapa ia bolos?" gumamnya.

"Aih, au ah. Pening nih kepala, enggak lama bakal pecah." tak ambil pusing, ia mulai melangkahkan kakinya kembali setelah tadi sempat tertunda.

Tak lama, ia sampai di kelas. Ia langsung duduk begitu saja, setelah mengetuk pintu sebelumnya. Akhirnya, ia mulai memfokuskan perhatiannya lagi kepapan tulis, walau ia tahu sekitar 5 menit lagi jam bel pulang.

5 Menit kemudian

Kring

Bel pulang pun berbunyi. Setelah gurunya mempersilahkan, mereka mulai membersihkan buku-bukunya. Seperti halnya Alwi, ia juga buru-buru membersihkan buku-bukunya.

Setelah selesai, ia langsung keluar begitu saja, tanpa menunggu kedua sahabatnya. Ia masih kesal sama kedua curut itu. Sedangkan, kedua sahabatnya yang melihat itu saling tatap beberapa saat, lalu dengan cepst menyusul Alwi.

"Alwi tunggu!" teriak kedua sahabatnya dan Alwi mengabaikannya.

Dengan sekuat tenaga, mereka menyusul Alwi. Dan akhirnya, mereka sekarang sudah sejajar dengan jalan Alwi.

"Wi." lagi-lagi mereka bertatapan, sepertinya sahabatnya benar-benar kesal kepada mereka berdua.

"Lo masih marah sama kita?" tanya Rey dan Alwi tidak membalas.

'Pake nanya lagi,' batin Alwi.

"Maafin kita lah, Wi. Kita bener-bener hanya enggak mau Lo kena masalah, sumpah," ucap Cello dan lagi-lagi Alwi tak membalas.

LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang