Happy reading
Minggu pagi, Alwi sudah lengkap dengan baju olahraganya. Dia berencana untuk joging bersama kedua sahabatnya. Ah iya, sebenarnya ada tujuan lain selain joging, dia juga akan melanjutkan projek dari Pak Wijaya di rumah Rey. Tidak mungkin bukan dia membuatnya di rumah? Yang ada akan dibakar lagi.
"Mah." Inne yang sedang bersantai di ruang TV, berbalik kearah Alwi lalu tersenyum.
"Kamu mau kemana, Sayang?"
"Mau joging bareng dua curut, Mah. Bolehkan? Boleh dong, Alwi kan udah siap, hehe," ucap Alwi.
Inne menggeleng kepalanya melihat tingkah anaknya "Iya, boleh."
"Makasih, Mah. Oh ya, aku sekalian mau ke rumah Rey, mau main." Inne hanya mengangguk, dia tidak ingin membatasi anaknya itu, cukup impian nya saja yang dibatasi, aktivitas lainnya jangan.
"Mamah emang terbaik deh, i love you Mamah." Alwi memeluk dan mencium pipi Inne, tentunya dibalas juga sama Inne.
"I love you to, Sayang."
"ALWI MAIN YOK!"
"Nah, tuh dua curut udah dateng. Kalau begitu, aku berangkat ya, Mah," pamit Alwi.
"Iya, Sayang. Hati-hati, ya," kata Inne.
"Iya, Mah. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Alwi melangkahkan kakinya menuju kedua sahabatnya, mereka sudah memakai baju olahraga juga. Tapi, bedanya Alwi lebih tampan dibandingkan mereka berdua. Meng-pede dulu, kawan!
"Yok!" Rey dan Cello hanya mengangguk.
Mereka segera menaiki mobil Rey. Taman, itulah tujuan mereka untuk joging, tempat itulah yang bagus untuk berjalan-jalan santai.
"Wi, Lo kalau takut hitam mending enggak usah sok-sokan joging, deh." tiba-tiba celetukan Cello memecah keheningan di dalam mobil.
"Lah? Siapa yang takut hitam?" tanya Alwi binggung.
"Lo lah, ngapain coba pake topi segala. Matahari pagi kan bagus," jawabnya.
"Astagfirullah, Cello. Gue tuh bukan takut hitam, tapi takut dikerumuni orang-orang nanti," jelas Alwi malas.
"Oh gitu, bilang dong," ucap Cello santai.
"Cel, Lo jangan buat mood gue anjlok pagi-pagi, ya," kesal Alwi.
Cello tercengir "Sorry, brother."
Alwi mendengus kesal, belum juga mulai joging sudah dibuat kesal saja. Sedangkan Rey yang melihat itu, hanya mampu menggeleng kepalanya. Ia sudah tidak heran dengan sikap ngeselinnya si Cello. Hm, ada yang tidak ngaca.
"Wi," panggil Rey.
"Hm?"
"Lo jadi kerumah gue buat lanjut tuh projek?" tanya Rey.
Alwi mengangguk "Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Lagian, gue takut deadlinenya keburu habis."
"Iya juga sih, apalagi tuh lukisan segede dosanya si Cello," ujar Rey santai.
"Gue lagi, gue lagi." Cello berkata dengan wajah masam, sedangkan kedua sahabatnya tertawa. Apalagi Alwi, dia lah yang paling kencang menertawakan Cello, akhirnya dendamnya terbalaskan.
"Makasih, Rey. Dendam gue terbalaskan."
Rey mengangguk sembari masih tertawa "Yoi, sama-sama, brother."
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓
Fanfiction[Sudah end] ✓ [Sudah revisi]✓ Let me bee free Apa makna dari kata tersebut menurut kalian? Sejak saat itu, ia bergumam. Semesta tidak berpihak padanya, sesuatu hal yang banyak ia pendam, menjadikan sebuah beban yang tertanam. Ia memiliki banyak...