Happy Reading
"TJL!" teriak Rey yang tengah memasang dasi pada kerah bajunya di depan cermin.
Pagi-pagi, Rey dibangunkan dengan suara ribut dari depan rumahnya. Ketika ia membuka tirai jendela, ah, Rey melihat sekolompok wartawan yang tengah menunggu di sana.
Ini, pasti karena satu oknum. Dan! Ini berawal dari sahabatnya yang menginap di sini. Rey, tak habis pikir, kerja wartawan itu hanya mencari berita bukan? Ini kenapa seperti mata-mata, dimana pun Alwi berada, selalu saja tahu keberadaannya.
"TJL, naon Rey?"
"Tanggung jawab lo!" murka Rey, sedangkan Alwi hanya tertawa. Rey sudah biasa mendengar tawa begitu, tapi bagaimana ya reaksi teman-temannya jika tahu seorang Alwi pernah tertawa. Sedangkan sang empu saja selalu terlihat datar dan tidak peduli pada sekitar.
"Malah ketawa lagi, ottoke, ini ottoke Alwi! Gue kudu lewat jalan mana, males beut desak-desakan," ujar Rey berbalik, menghadap Alwi yang masih duduk di atas kasurnya.
"Lumayan bisa masuk televisi muka lo Rey, bersyukur sih seharusnya." Alwi berujar dengan santai, sedangkan Rey misuh-misuh tiada henti.
"REY! REYY SEKOLAH YUK!"
Rey maupun Alwi bisa mendengar teriakan Cello dari luar. Buru-buru mereka turun, namun pekikan dari wanita paruh baya yang tak lain Ibu Rey menghentikan pergerakan mereka.
"Enggak boleh jajan sembarangan, bekalnya dimakan, enggak usah ke kantin, uang nya ditabung aja, katanya Adek mau beli apa tuh, sepatu apa Gucci. Iya 'kan?"
Petuah-petuah seperti sedang memberi arahan untuk anak sekolah dasar. Rey hanya mampu mengangguk saja, menyalami tangan sang Ibu, diikuti Alwi setelahnya.
Ketika pintu utama terbuka, Alwi dan Rey kembali mundur dua langkah, bukan apa. Hanya saja kameramen dan pembawa berita itu sedikit menyerbu mereka. Dan yeah! Ada banyak fans yang berdiri tak jauh dari mereka, jika sudah begini Alwi butuh seseorang.
"Alwi, buat gue hilang, buruan!" bisik Rey menarik ujung baju yang Alwi kenakan.
"Emang gue pesulap? Sorry-sorry aja nih Rey, gue juga mau hilang kalau bisa," balas Alwi mendapat delikan tidak percaya dari Rey.
Alwi berdehem singkat, menghilangkan rasa kesalnya menghadapi orang-orang ini. Jepretan demi jepretan terus saja menyilaukan pandangan Alwi, Rey bahkan harus berjongkok untuk melewati berbagai macam orang ini, Alwi sempat berpesan pagi tadi, hari ini ia tidak bisa bersekolah.
"BESTIE KITA SEKUL DULU YA! BYE." Cello berteriak sambil menarik tangan Rey.
"Kami mendapat kabar, aktor luar negeri itu tengah diperjalanan menuju kemari, apa itu benar?"
"Apa memang, ada perjanjian yang kalian buat sebelumnya?"
"Bisa beri kami sedikit bocoran, film ber-genre apa yang akan kalian mainkan?"
"Bersama siapa anda bekerja sama?"
"Hyun bin?"
"Kim soo hyun?
"Lee min ho?"
"Tidak tahu." Alwi membalasnya singkat, pandangannya terus mencari-cari seseorang.
Alwi disudutkan dengan berbagai macam pertanyaan, yang membuatnya pusing setengah mampus. Netranya terus melihat jalanan, menunggu kedatangan Rico yang tak kunjung datang, Alwi akan memberikannya ceramah panjang nanti.
Jeritan fans semakin brutal, bahkan berdesak-desakan. Alwi mundur beberapa langkah, kacau! Pagi harinya benar-benar kacau, ia ingin berteriak saja rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓
Fanfiction[Sudah end] ✓ [Sudah revisi]✓ Let me bee free Apa makna dari kata tersebut menurut kalian? Sejak saat itu, ia bergumam. Semesta tidak berpihak padanya, sesuatu hal yang banyak ia pendam, menjadikan sebuah beban yang tertanam. Ia memiliki banyak...