Happy Reading
Kini, Alwi, Rey, Cello, dan kedua orangtua Alwi sedang berada di ruang keluarga. Mereka sedang membicarakan tentang kasus Alwi.
"Jadi ... kapan kita bakal bicara dengan keluarganya?" tanya Alwi.
"Besok, jadi kamu chat memang malam ini," jawab Ananda.
"Apa enggak kecepatan, Mas?" sahut Inne.
"Lebih cepat lebih baik," tukas Ananda.
"Maaf, Om, saya menyela. Apa enggak sebaiknya tunggu seminggu dulu, secara mereka baru aja kehilangan satu anaknya, takutnya kedua orangtuanya jadi frustasi karena ditinggal kedua anaknya sekaligus," sela Cello dengan sopan. Sedangkan, Rey yang mendengarnya menatap sinis Cello, merasa kesal karena temannya itu malah memperlambat waktu.
"Aku setuju, Mas. Apa enggak sebaiknya nunggu mereka baik-baik aja," sahut Inne.
"Enggak, keputusan saya udah bulat. Saya enggak peduli mereka frustasi, bukannya itu udah jadi konsekuensi dari perbuatan anak mereka? Lagian anaknya itu sudah keterlaluan memfitnah anak kita, aku enggak mau kalau sampai dia kabur, pokoknya enggak ada penolakan lagi," talak Ananda tak terbantahkan.
Akhirnya, mereka hanya bisa pasrah akan keputusan Ananda.
"Kamu ingatkan perkataan Papah tadi?"
"Iya, Pah. Nanti Alwi chat."
Ananda mengangguk, "bagus."
"Yaudah, Om, Tan, kami pamit pulang ya. Udah malam soalnya, takut dicariin," pamit Rey.
"Iya, hati-hati kalian dijalan. Jangan ngebut," pesan Ananda.
"Loh, kalian enggak nginep aja? Udah malam loh ini," ujar Inne.
"Enggak usah, Tan. Kami pulang aja, enggak papa," balas Cello.
"Beneran?" Rey dan Cello mengangguk.
"Yaudah kalau gitu, hati-hati ya. Salam buat orang rumah kalian," lanjut Inne.
"Iya, Tan, siap."
"Yaudah, Wi, kita pulang dulu."
"Hm ... kalau sampai rumah kabarin."
"Siap!"
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." sebelum pulang, mereka menyalimi punggung tangan Papah dan Mamah Alwi.
"Yaudah, kamu tidur gih," titah Inne, dan Alwi mengangguk
"Yaudah, aku kekamar duluan ya." setelah itu, ia mencium pipi kanan dan kiri kedua orangtuanya.
"Good night, Pah, Mah."
"Good night too, Son." Ananda dan Inne membalas cium di pipi Alwi.
Sesampainya, ia dikamar langsung saja ia membuang badannya kekasur. Sunggu hari yang begitu melelahkan.
"Huft ... lebih baik gue chat memang deh, nanti gue lupa." Ia mengambil handphonenya yang ia letakkan di atas nakas.
|Om, ini saya Alwi, teman almarhum Rafael.|
|Besok bisa kita ketemuan?|
|📍Location|Tak membutuhkan waktu lama, balasan dari seberang sana sudah masuk ke handphone Alwi.
|In syaa allah bisa, Nak Alwi.|
|Baik, Om. Makasih|
|Iya, sama-sama.|
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓
Fanfiction[Sudah end] ✓ [Sudah revisi]✓ Let me bee free Apa makna dari kata tersebut menurut kalian? Sejak saat itu, ia bergumam. Semesta tidak berpihak padanya, sesuatu hal yang banyak ia pendam, menjadikan sebuah beban yang tertanam. Ia memiliki banyak...