08🍁

426 83 7
                                    

Happy Reading








06:05

Alwi sudah memakai seragamnya. Ya, pemuda itu sudah sehat kembali. Setelah tiga hari, ia izin sakit. Kini, ia sudah bisa melakukan aktivitasnya kembali. Yang berarti, ia harus syuting lagi, harus sekolah lagi, dan harus ketemu kedua sahabat sengkleknya itu, ah iya, jangan lupakan kedua gadis itu.

Aih, memikirkannya saja sudah membuat kepala pening. Apalagi itu terjadi nanti? Huh, sungguh melelahkan.

"Ayo, Alwi. Semangat!" gumam Alwi.

Setelah itu, ia menggandeng tasnya lalu berniat keluar kamar untuk melaksanakan sarapan pagi. Tetapi, baru saja ingin melangkah ada notif dari handphonenya.

Ting!

[Wi, hari ini kamu bawa sketsanya, ya? Nanti biar Kak Tam, yang ambil disekolahmu.]

[Sketsa punyaku ada sama Rey, Kak. Kemarin sebelum sakit, aku berikan kepadanya.]
[Takutnya kalau dirumah, nanti dibakar lagi sama Papah, jadi aku berikan ke Rey. Nanti minta ke dia saja.]

[Oke, nanti Kakak minta ke dia.]

Setelah itu, Alwi tak lagi membalas. Ia melangkahkan kakinya kembali, sebab tadi sempat tertunda. Sketsanya memang sengaja, ia berikan kepada Rey. Ia tak ingin kejadian tempo hari terulang.

"Pagi, Mah, Pah," sapa Alwi.

"Pagi, sayang," sapa balik kedua orangtuanya.

"Kamu udah beneran sembuh emangnya, Wi? Kalau belum, lebih baik istirahat dulu." Inne terlihat masih mengkhawatirkan anaknya itu.

"Alwi udah enggak papa kok, Mah," kata Alwi senyum menenangkan.

"Yaudah kalau gitu," ucap Inne pasrah.

"Wi, kamu jangan lupa syuting nanti. Dan karena kemarin kamu izin selama tiga hari, itu berarti kamu jadwalnya akan padat selama tiga hari kedepan. Nanti biar, Papah yang izinin kamu nanti disekolah," terang Ananda.

"Pah, seharusnya Papah enggak bahas gituan disini," ujar Inne menegur suaminya. Lihatlah, anaknya kini terlihat langsung tak berselera makan.

"Enggak papa, Mah. Biar Papah enggak lupa," balas Ananda.

"Huft, terserah Papah saja."

'Maafn Mamah, Wi. Enggak bisa bela kamu.' Inne bergumam dalam hati sembari melirik wajah masam sang anak.

***

"Alwi masuk, Pah." seperti biasa, Alwi pamit kepada sang Papah.

"Iya, ingat selalu pesan, Papah kepadamu. Jangan sampai, Papah melihatmu sedang melakukan hal yang tak berguna," kata Ananda.

"Hm, Papah tenang aja," balas Alwi.

Alwi pun melangkahkan kakinya menuju ke kelas. Disepanjang jalan, ia menulikan pendengarannya. Tidak tahu 'kah mereka bahwa dia risih dengan ini semua? Ingin sekali ia berteriak menyuruh mereka diam. Tapi, itu semua percuma karena mereka tidak mungkin mendengarnya.

"Rey, Lo bawa sketsa gue?" tanya Alwi setelah sampai di tempat duduknya.

"Bawa. Emang kenapa?" tanya Rey balik.

"Nanti, Lo kasih ke Kak Tammy. Dia mau kesini," jawab Alwi.

"Oh oke," ujar Rey.

"Wi, Pr fisika Lo udah?" sahut Cello bertanya.

"Hm, kenapa?" tanyanya balik.

"Heheh, gue mau lihat," kata Cello dengan cengirannya.

"Kebiasaan banget lo, Cell. Punya otak kok enggak dipake," ejek Rey.

LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang