02🍁

776 106 5
                                    

Happy Reading








Jam kini sudah menunjukkan pukul 4 sore hari. Tapi, belum ada tanda-tanda bahwa pekerjaan pemuda itu akan selesai.

"Huft, melelahkan,"  ujarnya dengan lesu. Ya, ia benar-benar lelah setelah syuting seharian.

Sejak satu jam yang lalu, kedua sahabatnya sudah pulang ke habitat masing-masing. Dan kini, ia sendirian lagi.

"Nih minum, Wi," ucap salah satu kru.

"Makasih," singkat Alwi.

"Iya sama-sama," balas kru tersebut tersenyum.

Setelah kru tersebut pergi, ia langsung meneguk air tersebut hingga tersisa setengah. Segitu lelahnya dia.

"Alwi." suara bariton seorang pria paru baya memanggil Alwi.

"Papah?"

"Ada apa?" tanya Alwi.

"Enggak, kamu udah makan?" tanya Ananda. Walau terkesan dingin, tetapi ia tetap memperhatikan anaknya itu.

"Belum," jawab Alwi singkat.

"Kenapa?" tanya Ananda lagi.

"Enggak ada waktu, aku aja baru selesai syuting," jelas Alwi.

"Yaudah ayok makan," ajak Ananda.

"Sebentar aja, aku masih mau syuting," ucap Alwi.

"Enggak ada bantahan," putusnya tak ingin dibantah.

"Huft, yaudah," pasrah Alwi.

"Kami mau pergi makan dulu," izin Ananda kepada Pak Josh yang kebetulan lewat.

"Eh iya, Pak. Silahkan, nanti kita mulai syutingnya lagi setelah Alwi selesai makan," jawab Pak Josh sopan.

"Oke, terima kasih," singkat Ananda dan dijawab anggukan kepala.

Setelah izin, mereka langsung menuju ke restoran terdekat.

***

"Selamat datang, Tuan."

"Silahkan, mengambil tempat yang sudah tersedia. Kami akan mengirimkan waitress  secepatnya," tutur salah satu waitress restoran tersebut.

Ananda dan Alwi duduk dikursi yang dekat dengan kaca. Tak lama satu waitress menghampiri mereka dan menanyakan pesanan mereka.

"Kami pesan steak daging sapi dua, cappuccino satu, dan jus alpukat satu," ucap Ananda.

"Baik, Tuan," ujar sang waitress lalu melenggang pergi.

Hening, setelah kepergian waitress tersebut tak ada lagi percakapan. Baik Alwi maupun Ananda tidak ada yang mau memulai percakapan.

"Pah."

"Wi."

Setelah itu, hening kembali menyerang. Entahlah, apa yang ingin mereka katakan. Mereka terlihat canggung. Wajar, mereka sangat jarang berinteraksi, kalau berinteraksi pun hanya masalah persyutingan yang mereka bahas.

Alwi pun memilih menatap jalan melalui kaca didepannya. Sedangkan, Ananda memilih menyibukkan dirinya dengan handphonenya.

Beberapa saat kemudian

"Tuan, ini pesanan anda," kata waitress sembari menyajikan pesanan mereka.

"Makasih," singkat Ananda.

LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang