Happy Reading
Senin pagi, Alwi sudah siap dengan seragamnya. Ya, hari ini dia akan sekolah, jadwalnya syuting hari ini, sore. Jadi, sepulang sekolah baru ia menuju lokasi.
Kakinya ia bawa menuju ke lantai bawah, untuk melaksanakan sarapan pagi bersama keluarganya. Sebenarnya, ia masih canggung dengan sang Papah. Dari kemarin pun, mereka belum bertegur sapa.
Semoga saja hari ini, hari yang bagus bagi Alwi. Semoga, papahnya tak lagi membahas masalah kemarin. Ya, semoga.
Sesampainya dimeja makan, ia langsung menuju ke kursi yang biasa ia duduki ketika makan bersama keluarganya.
"Pagi, Mah, Pah," sapa Alwi kepada kedua orang tua nya.
"Pagi," singkat sang Papah.
"Pagi sayang."
"Kamu mau makan apa, sayang? Biar Mamah ambilin," ujar sang Mamah.
"Hm ... apa aja deh, Mah. Alwi makan kok," jawab Alwi.
"Oh yaudah, tunggu ya," balas Inne.
"Iya, Mah."
Setelah, Alwi mendapatkan makanannya tak ada lagi percakapan. Hanya dentingan sendok beradu yang terdengar. Sudah peraturan rumah ini, jika makan tak boleh ada percakapan.
***
Kini, Alwi sudah didalam mobil yang sama dengan, Papahnya. Sama sekali tak ada percakapan. Sudah pernah ku katakan bukan? Kedua orang ini memiliki rasa gengsi yang tinggi, jadi jangan heran.
Hingga tak terasa kini, mereka telah sampai didepan gerbang sekolah, Vinatta High School. Alwi pun memberanikan diri untuk pamit kepada, sang Papah. Bukankah tak sopan bila langsung pergi begitu saja?
"Alwi masuk dulu, Pah," kata Alwi.
"Hm, belajar yang baik! Sepulang sekolah jangan kemana-mana, kamu harus langsung ke lokasi. Nanti biar Papah yang menjemputmu," ujar Ananda.
"Iya," ucap Alwi. Dia sebenarnya malas tiap hari harus diingatkan dengan pekerjaan membosankan itu. Tapi, lagi-lagi ia hanya bisa pasrah.
Setelahnya, ia keluar dari mobil. Dan saat itu pula, siswa-siswi langsung heboh, ya dominan siswi sebenarnya. Memang siapa yang tak akan heboh bila, seorang aktor didepan mata kalian?
Dan, Alwi hanya memasang wajah datarnya. Dia tidak suka akan ini semua, tiap hari dikejar-kejar oleh orang. Sungguh itu benar-benar tidak enak. Emang mereka pikir, dia ini artis? Eh, diakan emang artis. Sudahlah.
Ia mulai melangkahkan kakinya menuju ke kelas. Tanpa memperdulikan sapaan serta kehebohan disekitarnya. Dingin dan datar, itulah sikap Alwi yang mereka kenal.
"Huft, sumpah gue risih," gumam Alwi.
Tak lama, ia sampai di depan kelasnya, X MIPA 1. Sudah banyak teman kelasnya yang sudah datang, termasuk kedua sahabatnya, Rey dan Cello. Walau otak mereka rada geser, tetapi mereka termasuk anak pintar.
"Hai, Brother," sapa Cello.
"Akhirnya, lo sekolah juga," sahut Rey.
"Hm." hanya itu yang mereka dapat. Ya, mau heran tapi itu Alwi. Jadi, ya cukup diam.
Tak selang berapa lama, datang dua gadis sembari membawa kotak bekal. Mereka Lita dan Raina, dua gadis yang paling berani mendekati Alwi.
"Wi," panggil keduanya kompak.
"Nih bekal dariku, dimakan ya," ucap mereka lagi-lagi kompak.
"Dih, apa-apaan sih, lo? Ngikut mulu perasaan, heran. Fans Lo sama gue?" hardik Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓
Fanfiction[Sudah end] ✓ [Sudah revisi]✓ Let me bee free Apa makna dari kata tersebut menurut kalian? Sejak saat itu, ia bergumam. Semesta tidak berpihak padanya, sesuatu hal yang banyak ia pendam, menjadikan sebuah beban yang tertanam. Ia memiliki banyak...