12🍁

330 73 5
                                    

Happy Reading









"Alwi!" panggil Om Rico.

"Iya, kenapa?" jawab Alwi.

"Sini, duduk!" titah Rico dan Alwi hanya menurut.

"Kenapa?" tanya Alwi sekali lagi.

"Kamu lagi marahan dengan Papahmu, ya?" tanya Rico balik.

"Hm, Papah yang bilang?" nada bicaranya langsung berubah dingin, setelah tahu apa yang ingin dikatakan Omnya itu.

"He'em. Katanya kamu minta izin ingin ikut lomba melukis, betul?" ujar Rico.

"Iya." Rico yang melihat wajah keponakannya menjadi tidak mood pun diam. Sepertinya, ia salah. Seharusnya, ia tak bertanya.

"Om."

"Hm?"

"Apa Alwi enggak berhak nentuin jalanku sendiri?" tanya Alwi lirih sembari menundukkan kepalanya.

Rico tersenyum, lalu mengelus pelan kepala keponakannya, yang sudah ia anggap anak itu. Sejak dulu, ia memang sangat menginginkan seorang buah hati, namun Allah belum menghendaki.

"Om tahu perasaan kamu, Om ngerti banget. Tapi, ada alasan dibalik larangan Papahmu itu, Wi. Ia hanya takut kehilangan harta berharganya lagi," terang Rico.

"Apa alasan itu, Om?"

"Maaf, Om enggak bisa beritahu kamu. Papah dan Mamahmu lah yang lebih berhak." lagi-lagi, ia tak mendapat jawaban atas pertanyaan itu. Baik dari Papah, Mamah, bahkan Omnya.

Alwi hanya bisa pasrah sekarang, ia lelah sungguh. Ia akan menunggu, Papah dan Mamahnya sendiri yang berbicara.

"Alwi!" Alwi dan Rico sontak menengok kebelakang. Terlihat, Riska, istri dari Rico,  yang berjalan kearah mereka berdua dengan senyuman lebar.

"Alwi, kita makan yok! Tante, bawain makanan nih," ucap Riska setelah sampai dihadapan mereka. Ia mengangkat rantang ditangannya, dan menarik Alwi pergi dari sana. Tanpa memperdulikan suaminya yang melongo.

"Heh! Ini suaminya, enggak diajak?" seru Rico.

"Enggak!" balas Riska dan Alwi terkekeh melihatnya.

"Dasar, Istri durhaka!"

"Enggak peduli!"

Baik, disini siapa sebenarnya yang aktor? Kenapa malah mereka yang berdrama? Mana enggak lihat tempat lagi, heran Alwi tuh.

"Udah, Om. Kalau mau makan mah kesini, enggak cocok muka Om dimonyongin gitu, jatuhnya kayak bebek," kekeh Alwi dan disambut tawaan dari Riska.

"Kampret, kamu Wi!" baik, keponakannya itu memang kadang ngeselin, jadi pengen gigit Rico tuh.

***

"Wi, tahu enggak tadi tuh kita dikasih ulangan mendadak, masa."

"Ho'oh, mana soalnya enggak tahu diri."

"Kita aja sampe mati kutu."

"Iya, gue tuh yakin itu belum dipelajari eh udah dijadiin ulangan harian aja, emang Pak Bambang tuh ngeselin!"

"He'em, enggak takut apa nanti diberi azab sama Allah."

Alwi hanya menghela napas mendengar setiap keluhan dan gerutuan, kedua sahabatnya itu. Mereka memang sering ke lokasi sepulang sekolah. Tidak tahu 'kah, mereka ia juga lelah?

"Udah curhatnya?" kesal Alwi.

"Hehe, udah," jawab kedua sahabatnya menyengir.

"Sorry, yaudah Lo istirahat lagi, gih!" titah Rey melihat wajah lesu Alwi. Mereka jadi merasa bersalah melihat wajah lesu sahabatnya itu.

LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang