14🍁

332 75 5
                                    

Happy Reading




Alwi dan kedua sahabatnya, terpaksa duduk dengan dua gadis itu. Dan tentunya itu membuat mereka berdua senang. Lihatlah, sedari tadi senyum mereka tidak luntur, bahkan mata mereka tidak lepas dari Alwi. Tentu, itu membuat Alwi sangat risih.

"Heh, Lo pada gila atau gimana? Dari tadi senyum mulu, enggak takut tuh gigi kering?" ucap Rey heran.

"Dih, sembarangan Lo! Kita tuh lagi memandang pemandangan langka!" seru Lita

"He'em, kita ingin memuaskan diri aja, kok!" sahut Raina.

"Ya, enggak dipandang segitunya juga kali. Lihat tuh! Sahabat gue risih!" kata Rey.

"Dih, bodo. Bilang aja Lo itu iri!"

"Ho'oh, kalau mau dipandang gitu juga, bilang aja kali, Rey! Secara kita itu cewek cantik ya, pasti Lo juga pengen."

"Sotoy, Lo pada! Siapa juga yang pengen dipandang gitu? Si Cello kali tuh yang pengen!"

"Loh! Kok jadi gue? Dari tadi gue diem loh! Kenapa dibawa-bawa coba?!"

"Lah, Lo 'kan emang ngecrushin nih dua bocah."

"Enak aja Lo, bilang kita bocah!"

"Kalian kan emang bocah," canda Rey.

"Cello, kita gebukin dia, yok!" seru Raina.

"Ayok!" ucap Cello.

"Diem!" Alwi mulai bersuara, ia lelah melihat percekcokan mereka. Tidak bisa 'kah, ia makan dengan tenang?

"Lo pada bisa diem enggak? Gue mau makan aja susahnya minta ampun!" baik mereka kicep, mana berani mereka membalas Alwi.

"Makan! Jangan ada pembicaraan sedikit pun, kalau gue denger ada yang ngomong lagi, gue cekek Lo pada!" mereka yang mendengarnya menatap Alwi ngeri.

'Psikopat' gumam mereka dalam hati.

Selesai makan, mereka berpisah ke kelas masing-masing.

"Yok, Na. Ke kelas," ajak Lita.

"Yok," jawab Raina lalu mengandeng tangan Lita.

Lagi-lagi, mereka dibuat tercengang oleh pemandangan di depannya. Sejak kapan, mereka jadi bestie begini? Bukannya mereka musuh? Sepertinya mereka berdua butuh diruqiyah.

"Sejak kapan, Lo berdua jadi bestie?" akhirnya, Cello mewakili pertanyaan dibenak mereka.

"Sejak saat pertama, melihat senyumannya." Raina menjawab dengan nyanyian.

"Lanjut, Lit."

"Jantung berdebar-debar ini 'kah pertanda?" lanjut Lita.

"Namun ternyata salah, harapanku pun musnah."

"Sejak aku melihat kau selalu dengannya." baik sepertinya, mereka benar-benar butuh ustadz sekarang!

"LANJUT SEMUANYA!" teriak Lita.

"TUHAN TOLONG AKU INGIN DIRINYA."

"RINDU PADANYA, MEMIKIRKANNYA."

"NAMUN MENGAPA SAAT JATUH CINTA."

"SAYANG, SAYANG DIA ADA YANG PUNYA."

Dan terjadilah konser mendadak. Alwi meminjat pelipisnya dengan pelan, pening. Mengapa, ia memiliki teman sekolah sengklek-sengklek semua? Untung kedua sahabatnya, tidak ikut-ikutan.

"Ini manusia bukan, sih? Kok bisa-bisanya sengklek semua."

"Ho'oh, kayaknya mereka salah makan deh tadi."

LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang