Happy reading
'Pemirsa yang sedang di rumah, bagaimana pendapat kalian tentang remaja berbakat ini? Putra tunggal dari pasangan Ananda Geogre dan Inne Azri. Wah, terlihat sekali ya, keluarga mereka keturunan pembisnis semua.'
'Menurut info yang kami dapat, kam--'
Benda persegi dihadapannya menampilkan layar hitam. Alwi sudah bosan, bosan sekali melihat berbagai channel menampilkan dirinya terus menerus.
Alwi melempar remote televisi setelah melihat tayangan dihadapannya ia hentikan. Menarik napas jengah, Alwi melihat jam dinding yang terpasang. Selesai subuh tadi, Alwi sudah bersiap-siap untuk pergi menemui Kak Tammy. Walau, agak nekat tetapi ... Alwi bertekad dengan sungguh-sungguh.
Hari Sabtu, semoga harinya tidak ikut kelabu.
"Wi," panggil Inne.
Wanita itu memicingkan matanya, masih berbalut pakaian tidur, wanita cantik berusia tiga puluh enam itu memanggil putranya, hanya sekedar memastikan, tumben sekali Alwi sudah duduk jam lima pagi seperti ini.
"Iya?" Alwi menyahut, sambil membalikkan badannya melihat pada Inne.
Inne mengikat rambutnya asal, duduk disebelah Alwi dengan tangan yang mengacak rambut Alwi gemas. Ah, putranya sudah besar ternyata. Sibuk dengan dunia bisnis nya, Inne jadi jarang menghabiskan waktu bersama Alwi.
Jika dilihat pun, rumah mereka juga jarang sekali ditempati. Tak jarang, Alwi sering merasa hawa dingin menyambutnya ketika di rumah, bukan soal percaya atau tidak percayanya. Namun, rumah yang sering di kosongkan oleh pemiliknya, memang sering dijadikan tempat tinggal para makhluk tak kasat mata.
Tidak perlu dijelaskan, kalian juga pasti tahu.
"Hari ini ada syuting, hm?" tanya Inne menarik tubuh Alwi. Sehingga kepala anak itu bersender dan bertumpu pada bahu Inne sepenuhnya.
"Ma, Alwi mau cuti satu hari, boleh dong?"
"Loh, Alwi kenapa? Sakit, atau kenapa?"
Alwi menggeleng. "Enggak, Alwi mau istirahat aja, capek, Ma. Boleh ya?"
Inne mengulum senyum, mengusap punggung Alwi dengan penuh kasih sayang. Ia tahu, dan ia paham, selama ini, walau ia jarang bersama dengan Alwi. Setiap gerakan Alwi, ia pantau dan ia tahu segala hal tentangnya.
"Kalau capek Alwi boleh istirahat, nanti biar Mamah yang bilang sama Papah kamu ya, sana gih ke kamar aja. Mama mau masak dulu," kata Inne diakhiri kecupan manis pada kening Alwi.
"Hm, Mamah," panggil Alwi. Anak itu sudah berdiri, begitu pula Inne yang ikut menatap netra coklatnya.
"Makasih."
Satu tutur kata yang sering kali Alwi ucapkan, Inne menatap punggung Alwi yang mulai hilang dari pandangan. Tanpa sadar, kedua sudut matanya berair, ia jadi merindukan seseorang, seseorang yang pernah singgah dalam keluarganya, lalu pergi tanpa pamit.
Kadang kala, ia berpikir dan ia takut, semesta akan kembali merebut hartanya, berliannya, cintanya, sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
Alwi.
Ia takut...
Enam belas tahun sudah banyak ia lalui, membesarkan Alwi bukanlah suatu perkara yang mudah, banyak sekali hal, atau bahkan cobaan saat itu juga. Mengingat itu, Inne jadi sedih sendiri.
Lama ia terpaku, akhirnya suara kokok ayam membuyarkan lamunan panjang nya. Wanita yang menjabat sebagai Istri juga seorang Ibu itu berjalan santai menuju dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME BE FREE || Alwi Assegaf ✓
Fanfiction[Sudah end] ✓ [Sudah revisi]✓ Let me bee free Apa makna dari kata tersebut menurut kalian? Sejak saat itu, ia bergumam. Semesta tidak berpihak padanya, sesuatu hal yang banyak ia pendam, menjadikan sebuah beban yang tertanam. Ia memiliki banyak...