Jadi mahasiswa akhir itu, apa-apa yang dilakukan kebanyakan hanya bermodalkan nekat. Nekat mengajukan judul, nekat bimbingan padahal takut dimarahi dosennya, nekat daftar seminar proposal, nekat daftar ujian komprehensif, dan nekat daftar sidang skripsi. Semuanya dilakukan dengan modal nekat, demi mendapatkan gelar yang diimpikan.
Begitu juga dengan Zani, awal mengajukan judul hanya bermodalkan nekat lantaran panas melihat kelas sebelah telah mengajukan judul, bimbingan pun juga gadis itu bermodalkan nekat. Namun, terkadang setiap bimbingan tak sesuai ekspektasi.
Ekspektasi gadis itu, saat bimbingan dengan dosen pembimbing dua, dia akan dimarahi. Realitanya, dosen pembimbing dua langsung menandatangani pengesahan proposal skripsinya dibimbingan pertama. Merasa kalau bimbingan tak sesulit dan tak menakutkan seperti yang dibayangkan, Zani mulai bimbingan dengan dosen pembimbing satu.
Ekspektasinya, Ezel tak akan memarahinya, apalah mengingat mereka pernah menjalin hubungan. Namun, realitanya, dia dimarahi karena judul dan jenis penelitiannya tidak sesuai dan ditambah dengan dia yang tak bisa menjawab pertanyaan dari Ezel perihal kajian teorinya.
Walau begitu, gadis itu kembali bermodal nekat untuk bimbingan proposal skripsi yang kedua dengan Ezel. Setelah revisi seminggu lebih, akhirnya proposal skripsinya jadi juga.
Saat ini, Zani tengah menunggu kedatangan Ezel di gedung dosen, dia sudah menelepon Ezel berkali-kali tapi panggilannya malah dimatikan dan ditambah lagi dengan chatnya di WhatsApp cuma diread tanpa dibalas satu pun.
"Lama banget, nih, dosen. Bertelur kali, yah?" gerutu Zani. Mata gadis itu melirik pada meja Ezel yang berada tepat di dekat tangga menuju lantai dua. Zani sengaja duduk di pintu masuk, agar dia bisa langsung melihat Ezel nanti.
Kalau ditanya kesal atau tidak, tentu saja kesal. Menurut Zani, dosen selalu seenaknya pada mahasiswa. Ditelepon dimatikan, dichat cuma diread, saat ditemui malah marah-marah bilangnya tidak dihubungi, dan saat dihubungi bilangnya langsung saja ke gedung dosen kalau mau ketemu dan masih banyak lagi.
Mahasiswa akhir memang memiliki banyak rintangan, tapi sayangnya rintangan tersebut membuat banyak mahasiswa menyerah di tengah perjalanan. Zani pernah hampir menyerah saat judul skripsinya ditolak berkali-kali oleh ketua jurusan, tetapi kembali bersemangat kala mengingat dia ingin mencapai gelar yang dicita-citakan sejak dulu. Alhasil, pengajuan judul yang kelima belas, judulnya diacc oleh ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
"Ok, Zani, demi gelar S.Pd," gumam Zani menyemangati dirinya.
Tak lama gadis itu menyemangati dirinya sendiri, Ezel datang, pria itu tengah sibuk menatap layar ponselnya dibandingkan melihat ke depan, membuat Ezel tak tahu kalau di pintu masuk ada Zani yang tengah menunggunya.
Ketika Ezel sudah masuk, Zani mengekori pria itu dan berhenti tepat di dekat meja Ezel.
"Pagi, Pak Ezel," sapa Zani dengan ramah.
Ok, dia harus membuat mood dosen pembimbing satunya ini baik, kalau tidak akan kena omel lagi seperti seminggu kemarin.
"Mau apa?" tanya Ezel tanpa basa-basi, bahkan pria itu kini disibukkan dengan map yang berisi RPS mata kuliah micro teaching.
"Bimbingan, Pak," jawab Zani hati-hati.
"Kamu ini, dosen baru sampai, baru juga duduk udah minta bimbingan," kata Ezel benar-benar kesal lantaran mahasiswi bimbingannya ini malah sudah mengusiknya yang baru tiba dengan minta bimbingan.
Membimbing mahasiswa memang tugas dosen, tapi mahasiswa juga harusnya tahu waktu yang tepat agar tidak dimarahi dosen. Apalagi saat mood dosen sedang tidak bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revisweet [TERBIT]
RomanceNomor Peserta: 081 Tema: Campus Universe Blurb : Judul skripsi Zani bermasalah, membuatnya harus berurusan dengan dosen pembimbing 1 yang juga merupakan mantan kekasihnya. Parahnya, Zani berkali-kali revisi hingga membuatnya mual melihat banyaknya p...