Pertengkarannya dan Ifzal semalam malah membuat tak bersemangat pagi ini, bahkan gadis itu hanya meletakkan kepalanya di meja dengan lemas. Kedua sahabatnya yang melihat hanya mencibir. Kantin yang merupakan tempat favorit mereka bertiga malah tak terasa nyaman karena Zani terlihat begitu lemas, bahkan untuk makan saja tidak. Besar sekali pengaruh Ifzal buat Zani.
"Makan, kek, Zan. Udah dipesanin juga," tegur Thalia kesal. Gadis itu bahkan sudah memberengut kesal.
"Tahu, ah, males."
Hanya itu yang dikeluarkan Zani dari bibirnya, dia sekarang lagi malas berbicara ataupun berdebat.
"Gue yakin, nih, pasti karena Ifzal lagi 'kan?"
Mendengar nama Ifzal disebut Maura, Zani menegakkan tubuhnya, kemudian menghembuskan napasnya panjang. Alasannya galau memang tak jauh-jauh dari Ifzal.
"Terlalu bucin emang bikin orang gak punya otak," timpal Thalia kemudian kembali memakan mi gorengnya.
"Lo nyindir gue?" tanya Zani. Dia tak suka dibilang bucin. Kalau dia budak cinta, sudah dari kemarin-kemarin dia selalu menempel dengan Ifzal.
"Kenyataannya, Zan. Lo emang bucin. Lo aja yang gak sadar," sambung Maura.
"Sedikit-sedikit pasti Ifzal. Setiap detik kalau Ifzal gak ada kabar jadi khawatir, dan masih banyak lagi." Maura melanjutkan perkataannya, mengatakan semuanya pada Zani.
Sedangkan Zani tak mampu membantah perkataan Maura, Zani hanya mencibir. Setahunya, dia sama sekali tak se-bucin itu dengan Ifzal, yang apa-apa selalu Ifzal yang dia pikirkan. Hei, dia juga selalu memikirkan proposal skripsinya yang selalu revisi.
"Ok, stop, Ra," pinta Thalia menginterupsi Maura untuk berhenti.
Mendengar itu, Maura pun berhenti, gadis itu sebenarnya tak suka melihat Ifzal, apalagi melihat bagaimana sahabatnya yang berjuang agar untuk mendapatkan perhatian Ifzal, sementara Ifzal lebih sibuk dengan Citra. Kalau seandainya Zani tak melarang, Maura sudah dari kemarin-kemarin memarahi Ifzal.
"Gue mau tanya, lo sama Ifzal kenapa lagi?"
Sudah terlalu sering bertengkar, membuat Thalia tak heran melihatnya. Zani bertengkar dengan Ifzal kalau bukan karena cemburu, pasti karena karena Citra. Kedua sahabat Zani itu susah sangat tahu.
"Ck, Ifzal marah karena kemarin gue jalan sama pak Ezel," ungkap Zani.
Mata Maura melebar tak percaya, Maura juga melongo. Sedangkan Thalia mengerjap matanya berkali-kali, merasa kalau apa yang barusan dikatakan Zani hanya kebohongan atau mungkin dia hanya mimpi.
"What?! Wah, CLBK, nih."
Zani memutar bola matanya malas mendengar perkataan Maura. CLBK dari mana? Dia setiap hari ketemu dengan Ezel yang ada hanya darah tinggi, mana bisa CLBK? Mustahil mereka berdua bisa CLBK di saat Ezel selalu membuatnya kesal, apalagi dia yang selalu disuruh untuk revisi. Mustahil.
"Gak ada yang namanya CLBK, kemarin gue jalan sama pak Ezel karena terpaksa," ujar Zani. Toh memang benar, dia mau jalan-jalan dengan Ezel karena mamanya. Kalau mamanya tak terkesan memaksa, Zani tak mungkin mau jalan-jalan dengan Ezel, dia dan Ifzal juga tak akan bertengkar semalam.
"Mau jalan gak?" tawar Thalia.
Namun Zani menggeleng menolak tawaran Thalia, lalu dia berkata, "Gue mau ke perpus, mau revisi."
"Lo masih revisi?" tanya Maura seakan tak percaya. Pasalnya, gadis itu kini tengah bimbingan dengan dosen pembimbing pertamanya.
"Sombong banget," cibir Zani membuat Maura tertawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/313239102-288-k660593.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revisweet [TERBIT]
RomanceNomor Peserta: 081 Tema: Campus Universe Blurb : Judul skripsi Zani bermasalah, membuatnya harus berurusan dengan dosen pembimbing 1 yang juga merupakan mantan kekasihnya. Parahnya, Zani berkali-kali revisi hingga membuatnya mual melihat banyaknya p...