Prolog dan Bab Satu

22.8K 605 13
                                    

PROLOG

Zani menggigit bibir bawahnya, seraya menatap dua orang pria di depannya secara bergantian. Gadis itu bingung harus memilih siapa. Ifzal sang kekasih atau Ezel sang mantan kekasih.

"Kamu harus memilih Zani, aku atau dia," kata Ifzan mendelik tajam pada Ezel yang cuma diam.

Perkataan Ifzal malah membuat Zani semakin bingung. Mamanya menyuruh dia memilih Ezel yang serius, setia, dan tulus padanya, tapi dia mencintai Ifzal walau Ifzal sudah berkali-kali menyakitinya.

"Saya gak maksa kamu milih saya atau dia, tapi saya harap kamu memilih yang terbaik," timpal Ezel membuat Ifzal geram mendengarnya.

Bukankah secara tidak langsung, dosen mereka sekaligus mantan kekasih Zani ini mengatakan kalau dia lebih baik dari Ifzal?

"Pak Ezel hanya mantan Zani, sedangkan saya pacarnya Zani. Sudah jelas, Zani pasti memilih saya," ucap Ifzal tak ingin kalah.

Ezel tersenyum kecil, dia sangat tenang atau lebih tepatnya tak ingin membuat masalah di rumah Zani. Citranya di depan mama Zani tak boleh rusak hanya karena meladeni Ifzal.

"Kita mana tahu perasaan Zani. Bisa saja dia memilih saya karena dia masih memiliki perasaan sama saya dan hanya menjadikan kamu pelarian," balas Ezel sukses membuat Ifzal bangkit dari duduknya.

Ifzal tersulut emosi. Tak peduli kalau Ezel adalah dosen mereka dan tak peduli mereka di rumah Zani, Ifzal menarik kerah kemeja pria itu, menatap Ezel tajam. Sementara Zani, dia sudah memekik tak percaya melihat apa yang ada di depan matanya saat ini, terlebih lagi di rumah ini hanya ada mereka bertiga.

"Pak Ezel ninggalin Zani di saat Zani terpuruk, dan kembali di saat Zani udah bahagia. Apa Bapak pikir dia bakal pilih Pak Ezel?"

Ezel terkekeh, dia balas menatap Ifzal tajam. Dengan kasar, dia melepaskan cengkraman Ifzal di kerah kemejanya, dan balas menatap tajam Ifzal.

"Kamu gak tahu apa-apa, gak usah ikut campur."

Perkataan Ezel membuat Ifzal mengangkat tangannya, bersiap memberikan Ezel bogeman, tetapi terhenti saat suara Zani menginterupsi keduanya.

"Keluar, kalau mau ribut jangan di sini."

***

SATU

Tangis Zani belum berhenti padahal dua temannya telah menenangkannya. Bahu gadis itu bergetar, sementara mereka menjadi pusat perhatian di kantin kampus lantaran tangis Zani yang cukup keras itu.

"Udahan nangisnya, Zan, gak enak dilihatin banyak orang," bujuk Thalia.

Zani yang tadinya menunduk, kini mendongak menatap kedua temannya. Mata gadis itu sembap lantaran menangis hampir satu jam lamanya. Hal itu membuat Thalia dan Maura meringis melihatnya.

"Jelek benget lo habis nangis," pekik Maura membuat Zani memukul gadis itu dengan proposal skripsinya yang penuh dengan coretan pada bagian sampul. Masih bagian sampul saja proposal skripsinya sudah dicoret-coret.

Maura mengumpat, berniat membalas tapi dicegah oleh Thalia. Kalau Thalia sudah turun tangan seperti ini, mereka tak bisa berbuat apa-apa, karena Thalia orang yang tegas dan mereka takuti. Thalia adalah penengah di antara keduanya.

"Lo kenapa datang tiba-tiba nangis?" tanya Thalia.

Pertanyaan Thalia membuat ekspresi wajah Zani berubah jadi kesal. Fix, Zani sepertinya punya kepribadian ganda. Tadi sedih, sekarang kesal.

Revisweet [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang