"Pak," panggil Zani kala Ezel tengah sibuk dengan tugas mahasiswa semester bawah. Bahkan pria itu sama sekali tak menyadari kedatangan Zani di tempatnya.
Ezel mendongak, menatap Zani dengan kening mengernyit, dan ekspresi wajah pria itu benar-benar menyebalkan. Sepertinya Ezel memiliki kepribadian ganda, sebentar-sebentar baik, sebentar-sebentar galak, sebentar-sebentar sedih. Menyebalkan bukan?
"Pak, saya mau bimbingan," kata gadis itu seraya meletakkan paper bag di meja Ezel.
Ezel memicingkan matanya melihat paper bag itu, kemudian menatap Zani dengan wajah datar.
"Kamu mau nyogok saya supaya cepat diacc?" tanya Ezel tajam membuat Zani mencibir.
Tanpa dipersilakan, Zani langsung duduk. Biasanya dia menunggu dipersilakan baru duduk.
"Siapa yang nyuruh kamu duduk?" tanya Ezel dengan mata melotot pada Zani.
Zani berdecak kesal. Walau begitu, Zani tak berani membantah pada dosen yang moodnya terlihat buruk itu. Biasanya, kalau Zani datang mau bimbingan, dia langsung disuruh duduk tanpa ditanyai banyak hal.
"Ngapain kamu kayak gitu?"
Ok, Zani tahu tadi itu salah, dia sama sekali tak sopan dengan dosen pembimbingnya ini. Alamat proposal skripsinya batal ACC. Pada bimbingannya yang entah keberapa kali, Ezel berjanji akan ACC proposal skripsinya bila semuanya sudah diperbaiki, jangan sampai itu batal karena telah membuat mood Ezel semakin buruk.
"Pak, seriusan ini, saya mau bimbingan, gak mau berdebat," ujar Zani membuat Ezel langsung mengambil proposal skripsi yang Zani letakkan di meja.
Pria itu mulai membuka proposal skripsi Zani pada bab tiga, membacanya dengan teliti. Sementara Zani yang melihat itu tersenyum senang karena tangan Ezel sama sekali tak bergerak untuk mencoret proposalnya. Sepertinya hari ini adalah hari terakhir dia bimbingan proposal skripsi.
Namun, baru saja Zani senang karena melihat Ezel yang sama sekali tak mencoret proposalnya, senyum Zani langsung luntur saat melihat Ezel kini mencoret pada nomor halaman proposal skripsinya juga mencoret catatan kaki di proposalnya.
Zani mengepalkan tangannya erat, melampiaskan kekesalannya di sana. Wah, Zani rasanya ingin memukul wajah Ezel dengan proposal itu, apa Ezel kira membuat proposal skripsi itu tak susah? Zani harus menggunakan tenaga juga pikiran untuk membuatnya. Ezel tak tahu seberapa lelahnya Zani membuat proposal skripsi, ditambah lagi dengan kertas yang selalu dibeli karena print revisian.
"Pak, buat itu capek, loh," kata Zani mengutarakan isi hati mahasiswa semester akhir.
"Saya juga capek bimbing kamu yang gak ngerti-ngerti. Pedoman Karya Tulis Ilmiah ada, kenapa gak dibaca? Malas baca emang bikin orang kurang ngerti dengan banyak hal. Budayakan membaca, Zanitha Eiliyah."
Zani tak membalas, tapi memasang wajah cemberutnya, bibir bawahnya maju beberapa senti. Gadis itu tak menampik bahwa dia sama sekali tak membaca Pedoman Karya Tulis Ilmiah kampus, terlalu banyak membuat Zani malas untuk membacanya. Zani sebenarnya ingin sekali melawan rasa malas, tapi tak bisa, apalagi saat melihat ranjang yang selalu memanggilnya.
"Nomor halaman ini terlalu jauh, tempatnya tepat di atas paragraf ini," jelas Ezel seraya menggaris lurus dari nomor halaman ke paragraf pertama pada bab tiganya.
Zani hanya menghela napasnya lelah, jelas saja merasa lelah karena dia kembali revisi. Kemarin-kemarin kenapa Ezel tak mempermasalahkan itu?
"Untuk catatan kaki, kamu lahir tahun berapa?"
Zani mengernyit heran, apa membuat catatan kaki ada hubungannya dengan tahun lahir?
"Tahun 2000, Pak," jawab Zani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Revisweet [TERBIT]
RomanceNomor Peserta: 081 Tema: Campus Universe Blurb : Judul skripsi Zani bermasalah, membuatnya harus berurusan dengan dosen pembimbing 1 yang juga merupakan mantan kekasihnya. Parahnya, Zani berkali-kali revisi hingga membuatnya mual melihat banyaknya p...