Ezel menggenggam paper bag di tangannya dengan erat, dia mencoba mengatur napasnya yang. Saat ini, pria itu berada di rumah Zani, tetapi sayangnya, dia sama sekali tak memiliki keberanian untuk mengetuk pintu rumah itu.
Ini sudah dua tahun berlalu, dia pastinya ini baru pertama kali lagi dia bertemu dengan mamanya Zani. Ezel menarik napasnya panjang, mencoba mengatur jantungnya yang berdegup kencang. Padahal dia hanya ingin mengajak Zani jalan-jalan di hari Minggu ini, tetapi dia takut, takut nanti mama Zani malah memarahinya.
"Cari siapa?"
Suara yang tiba-tiba terdengar dari arah belakang membuat Ezel terlonjak kaget. Dia seketika memutar tubuhnya, hingga menghadap dengan wanita paruh baya yang sudah dua tahun ini tak bertemu dengannya.
Senyum wanita itu mengembang kala melihat Ezel. Merasa senang melihat mantan kekasih anaknya ada di hadapannya sekarang. Dua tahun telah berlalu, dan dia baru bertemu dengan Ezel. Banyak yang berubah dari Ezel. Ezel terlihat lebih berwibawa, lebih dewasa, tetapi agak kurus. Tak seperti dua tahun yang lalu.
"Nak Ezel? Apa kabar?" tanya Afni menghampiri Ezel.
Ezel tersenyum kecil, kemudian mengulurkan tangannya pada Afni saat wanita itu sudah ada di depannya untuk salim sebagai bentuk hormatnya. Hal yang paling disukai Afni dengan Ezel adalah pria itu sangat sopan, selalu mencium punggung tangannya sebagai tanda hormat. Berbeda sekali dengan kekasih anaknya yang sekarang.
"Kabar aku baik, kok. Tante apa kabar?"
Afni mengelus pundak Ezel, kemudian menjawab pertanyaan Ezel, "Alhamdulillah, Tante baik-baik aja."
Senyum wanita paruh baya itu sama sekali tak luntur, dia sangat senang melihat kedatangan Ezel di rumahnya. Apalagi mengingat kalau Ezel belum pernah datang ke rumah barunya ini.
"Duh, dua tahun gak ketemu, kamu makin ganteng aja. Tante jadi pangling liatnya," ujar Afni diselingi dengan canda.
Pria di depan Afni itu terkekeh geli, pipinya memerah akibat malu. Mama Zani memang pintar sekali memujinya. Ternyata, pisah dengan Zani sama sekali tak membuat wanita paruh baya itu berubah, masih sama seperti dulu. Ezel merasa lega, bukankah ini menandakan kalau dia masih memiliki kesempatan?
"Tante, ini ada brownies coklat untuk Tante sama Zani."
"Duh, makasih banyak, kamu malah repot-repot." Ezel tersenyum, kemudian menggeleng. Dia sama sekali tak merasa repot.
"Eh, masuk dulu, yuk!" ajak Afni sembari membuka pintu rumahnya, kemudian menyilakan Ezel masuk.
Hal pertama yang Ezel lakukan kala masuk di rumah Zani, yaitu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu. Kalau di rumah Zani dulu, ada banyak guci-guci mahal, tapi sekarang sudah tak ada lagi. Di ruang tamu ini hanya ada sofa serta meja, di sudut kiri sampai pintu penghubung antara ruang tamu dan ruang keluarga ada rak buku, sementara di sudut kanan ada printer juga kursi kecil. Di dinding ruang tamu ini juga terdapat foto keluarga Zani.
"Duduk dulu, Tante buatkan minum dulu sambil panggil Zani."
Ezel hanya mengangguk karena matanya masih melihat sekeliling ruang tamu rumah Zani. Walau rumah baru Zani ini kecil tak seperti dulu, tetapi begitu nyaman.
***
Sementara Zani yang masih berada di kamarnya, menghela napasnya. Ifzal menolak ajakannya untuk ke rutan, padahal pria itu kemarin-kemarin sudah berjanji akan menemaninya ke rutan menjenguk papanya. Namun, lagi dan lagi Ifzal mengingkari janjinya.
Rutinitas Zani di hari Minggu selalu menjenguk papanya di rutan, setelah itu dia akan melakukan kegiatan lainnya, sekadar berbaring di ranjang sambil movie marathon atau membaca novel. Tak ingin terlalu memikirkan sang kekasih yang kembali mengingkari janjinya, Zani memilih bersiap-siap untuk ke rutan. Gadis itu mengambil ponsel, tas selempangnya, juga cardigan, bersiap keluar dari kamar. Sayangnya, belum juga gadis itu keluar kamar, pintu kamarnya sudah dibuka, memunculkan mamanya yang tersenyum lebar.
Zani mengernyit, pasti ada hal yang membuat mamanya bahagia, makanya sang mama tersenyum begitu lebar.
"Di depan ada Ezel, nyariin kamu," ujar Afni pelan.
Hah? Zani melongo tak percaya mendengar perkataan mamanya, dia bahkan mengerjap berkali-kali lantaran tak percaya.
"Cepetan, Mama yakin, dia pasti mau PDKT lagi sama kamu."
Namun Zani, malah salah fokus dengan ucapan mamanya. Apa tadi? PDKT? Hei, Zani memiliki kekasih, mana mungkin dia pendekatan dengan pria lain. Tak peduli dengan mamanya yang ada di depan pintu, Zani langsung menerobos keluar kamar menuju ruang tamu.
Benar saja, gadis itu melihat Ezel yang masih sibuk meneliti penampilan ruang tamu rumahnya.
"Pak Ezel ngapain kemari?"
"Heh, pertanyaannya," tegur Afni dari belakangnya.
Wanita paruh baya itu membawa nampan berisi segelas teh untuk Ezel, juga ada setoples kue sagu keju untuk Ezel.
"Ma-maksudnya, Bapak kemari kenapa gak bilang-bilang?" Zani mengganti pertanyaannya agar tak dimarahi mamanya. Ini bahaya, bisa-bisa mamanya berharap Ezel kembali padanya.
"Saya mau ajak kamu jalan-jalan," jawab Ezel tersenyum kecil pada Zani.
"Gak bisa, Pak, hari—"
Ucapan Zani terpotong oleh Afni yang tiba-tiba menimpali.
"Wah, mau ngajak Zani jalan-jalan? Boleh tuh."
"Ma, hari ini 'kan jadwal aku jenguk papa," ucap Zani memelas. Ya kali dia jalan-jalan sama Ezel yang notabenenya ada dosen pembimbing skripsinya sekaligus mantan kekasihnya. Bagaimana nanti di luar mereka bertemu dengan mahasiswa di kampus? Bisa berabe nantinya.
"Sebelum jalan-jalan, ke rutan dulu, lah, Sayang. Jengukin papa, terus jalan-jalan," balas Afni. Mamanya Zani itu mengalihkan perhatiannya pada Ezel, kemudian bertanya, "Gimana? Ezel mau, 'kan?"
Oh, kalau Ezel jangan ditanya mau atau tidak, jelas saja pria itu mau. Dia tak ingin menghilangkan kesempatan emas ini, apalagi kesempatan ini bisa membuatnya dekat dengan Zani. Alhasil, Ezel pun mengangguk cepat.
"Aku berangkat sama Ifzal," tukas Zani.
Senyum Ezel luntur mendengarnya, dia pikirkan Zani dan kekasihnya sedang tak baik-baik saja, mengingat kemarin Zani yang diturunkan di pinggir jalan. Kenapa sangat berbeda dengan dia dan Zani dulu? Dulu kalau keduanya bertengkar, maka tak akan saling berbicara seminggu bahkan lebih. Bukankah ini sudah menunjukkan kalau kekasih Zani lebih baik dari dirinya?
Seketika Ezel merasa insecure mengetahui fakta tersebut, hal itu membuatnya hanya diam.
"Alah, ketemu aja jarang, apalagi mau berangkat bareng kayak gini. Mama gak percaya."
Ezel seketika menoleh pada wanita yang duduk di sampingnya. Perkataan Afni malah membuat secercah harapan hinggap di diri Ezel. Pria itu berharap Ifzal tak datang dan Zani jalan-jalan bersamanya hari ini.
"Ma," rengek Zani memprotes. Kalau seperti ini, dia tak bisa menolak, toh mamanya juga sudah tahu bagaimana tabiat Ifzal yang lebih memedulikan sahabatnya dibanding Zani.
"Sekalipun nanti dia datang, paling juga alasan dia kemari cuma liat kamu bentar terus pergi sama sahabat ceweknya itu."
Kedatangan Ezel di rumah Zani, membuat pria itu mengetahui satu fakta, bahwa kekasih Zani lebih mementingkan sahabatnya dibandingkan Zani. Oh, Ezel benar-benar senang, dia bisa memanfaatkan situasi tersebut.
***
Ezel mulai PDKT😂😂
Pertama-tama harus ngambil hati mamanya dulu.
Btw, mohon maaf baru bisa update, capek banget. Kemarin di rumah habis ada acara.
Bye bye

KAMU SEDANG MEMBACA
Revisweet [TERBIT]
Roman d'amourNomor Peserta: 081 Tema: Campus Universe Blurb : Judul skripsi Zani bermasalah, membuatnya harus berurusan dengan dosen pembimbing 1 yang juga merupakan mantan kekasihnya. Parahnya, Zani berkali-kali revisi hingga membuatnya mual melihat banyaknya p...