"Ok, kamu tunggu, yah? Soalnya aku masih di jalan, aku bakal bawain kamu ketoprak," kata Ifzal pada orang di seberang sana.
Sedangkan Zani yang sejak tadi di samping Ifzal, sesekali melirik pria itu, kemudian kembali melihat pada jalanan yang ramai dengar pengendara motor juga mobil. Keduanya baru saja pulang dari kampus setelah sibuk dengan urusan masing-masing. Ifzal yang kini sibuk bimbingan dengan dosen pembimbing satunya dan Zani yang sibuk dengan revisinya.
"Zani, maaf, aku gak bisa anterin kamu pulang."
Mendengar ucapan Ifzal, seketika Zani menoleh. Kenapa bisa? Bukankah tadi mereka sudah janjian akan pulang bersama? Ifzal juga sudah berjanji akan mengantarnya pulang. Kenapa pria itu jadi berubah pikiran? Lalu dia bagaimana? Apa dia akan diturunkan di pinggir jalan?
"Kenapa?" tanya Zani mengutarakan kebingungannya.
Ifzal tak langsung menjawab, tetapi pria itu memilih menghentikan mobilnya di pinggir jalan, tepat di depan halte busway. Kening Zani mengernyit heran, kala Ifzal berhenti di depan halte. Apa Ifzal akan menurunkannya di sini? Apa Ifzal benar-benar akan menurunkannya di sini? Tega sekali kekasihnya ini.
"Citra mau makan ketoprak di depan SMA aku dulu, jadi aku minta maaf gak bisa anterin kamu pulang," jawab Ifzal penuh penyesalan. Dia bahkan menunduk karena tak berani menatap wajah Zani.
Orang yang tadi meneleponnya adalah Citra, sahabat karibnya Ifzal itu sangat ingin makan ketoprak yang ada di depan SMA Ifzal dulu, dan tempatnya berlawanan arah dengan rumah Zani. Zani benar-benar tak menyangka, kalau kekasihnya ini rela menurunkannya di pinggir jalan demi membelikan Citra ketoprak di depan SMA Ifzal dulu, apalagi mengingat tempatnya berlawanan arah dengan rumah Zani dan juga jauh.
"Zal, setidaknya anterin aku sampai rumah dulu," tawar Zani. Gadis itu melihat langit yang terlihat mendung, bahkan gerimis sudah mulai turun, sementara dia hanya memakai baju berlengan pendek dipadukan dengan cardigan rajut, serta menggunakan celana jeans panjang.
"Gak bisa, Beb, Citra mau makan ketopraknya sekarang, nanti abangnya tutup."
Citra. Nama itu selalu merusak momen antara Zani dan Ifzal, karena gadis bernama Citra itu, Zani dan Ifzal kurang bersama-sama, sejak awal mereka pacaran hingga hubungan mereka sudah berjalan setahun lamanya. Tidak bisakah Ifzal mengantarnya dulu pulang kemudian membelikan Citra ketoprak di tempat lain saja? Pasalnya, Ifzal sudah berjanji akan mengantarnya pulang.
"Langit mendung, loh. Bentar lagi juga mau hujan," kata Zani masih mencoba membujuk Ifzal untuk mengantarnya sampai rumah.
"Kamu udah janji mau anterin aku pulang, kamu juga bisa beli ketopraknya di tempat lain," imbuh Zani membuat Ifzal menggeleng.
Melihat kekasihnya menggeleng, Zani menghela napasnya panjang. Apa Citra tak bisa membeli sendiri? Kenapa harus merepotkan kekasihnya? Zani sendiri bahkan sangat jarang meminta apa-apa sama Ifzal.
"Anterin aku pulang dulu. Ini udah mau hujan, Ifzal," lirih Zani tak dipedulikan Ifzal.
Pria itu malah keluar dari mobil, berputra kemudian membukakan Zani pintu. Sementara Zani, hanya menatap Ifzal dengan tatapan memohon agar Ifzal mau mengantarnya sampai rumah. Mata Zani sudah memerah, tetapi gadis itu menahan agar tak menangis.
"Please, Zan, ngertiin aku sekali ini aja," balas Ifzal seraya menarik tangan Zani pelan untuk keluar dari mobilnya. "Kamu bisa pesan ojek atau taksi online. Kamu 'kan mandiri," lanjutnya.
Zani menggeleng tak percaya mendengar balasan Ifzal. Gadis itu tak habis pikir dengan Ifzal yang minta untuk dimengerti, padahal setiap hari Zani selalu mengerti dengan pria itu, dia juga selalu mengalah dengan Citra sehingga Ifzal lebih sering bersama Citra. Kurang mengerti apa Zani? Harusnya yang dimengerti di sini Zani, Ifzal tak mengerti dengan apa yang diinginkan Zani, padahal itu sangat sederhana. Zani ingin waktu bersama Ifzal, sayangnya Ifzal sama sekali tak mengerti. Zani selalu mengalah dan sekarang dia kembali dipaksa untuk mengalah.
"Pacar kamu dia atau aku, sih?" tanya Zani.
"Dia sahabat aku, Zani. Sebelum kita kenal, aku udah kenal sama dia lebih dulu," ucap Ifzal tanpa menjawab pertanyaan Zani.
Hal itu membuat Zani tersenyum miring, ucapan Ifzal barusan sudah menunjukkan kalau pria itu memilih Citra dibandingkan Zani.
"Terserah kamu. Aku lebih baik mengalah."
Balasan dari Zani membuat Ifzal tersenyum kecil. Walaupun Zani berucap dengan nada marah, pria itu seolah-olah tak peduli, bahkan dia langsung mengacak rambut Zani hingga berantakan.
"Terima kasih udah ngertiin aku kali ini."
Kemudian pria itu melangkah dengan cepat memasuki mobilnya bagian kemudi, meninggalkan Zani di halte busway. Sebelum benar-benar berangkat, pria itu membunyikan klakson sekali, tanda kalau dia pamit. Sedangkan Zani, hanya menatap kepergian Ifzal sendu. Tiba-tiba saja gadis itu jadi ragu dengan jawaban Ifzal kemarin. Apa benar Ifzal hanya mencintainya? Gadis itu juga jadi ragu dengan perasaan Ifzal.
Tak lama Ifzal pergi, hujan turun dengan deras. Zani bergegas menuju halte busway untuk berteduh. Di halte itu ada banyak orang yang juga berteduh. Untuk antisipasi, Zani memeluk tasnya erat, mengingat di tasnya ada laptop, ponsel, juga uang.
"Kamu jahat, Zal. Kamu jahat ninggalin aku di saat hujan deras kayak gini," gumam Zani pelan dan yang pastinya tak didengar oleh orang-orang di sekitarnya.
Kalau tahu seperti ini, gadis itu akan membawa motornya ke kampus, jadi tak perlu harus menunggu seperti ini. Kalau dia memesan ojek online, belum tentu ojek online mau menerima orderannya, memesan taksi online juga uangnya sudah tak cukup.
Zani menengadah ke langit, melihat hujan yang turun dengan deras. Kenapa nasibnya malang sekali? Zani kira menerima Ifzal merupakan hal yang bisa membuatnya bahagia, tetapi malah kebalikannya, dia terluka. Ifzal jarang bersamanya, Ifzal selalu menyakitinya, Ifzal bahkan selalu minta dimengerti dan tak mengerti dengan Zani. Zani kira, menerima Ifzal adalah hal yang tepat, dia bahkan mengira dengan menerima Ifzal, dia bisa lebih bahagia dibandingkan dengan Ezel. Kebahagiaan yang diberikan Ifzal hanya sesaat.
Kalau ditanya, apakah gadis itu kecewa?
Jawabannya adalah dia kecewa. Sangat kecewa dengan Ifzal yang pernah bersumpah akan membahagiakan Zani, bahkan selalu meyakinkan Zani kalau dia adalah pria yang tepat. Bukankah semuanya hanya omong kosong? Ifzal sama saja dengan Ezel, menebar janji kemudian melanggar bahkan terkesan melupakan janjinya.
Kalau seperti ini, Zani jadi tak percaya lagi dengan janji-janji manis pria. Terdengar begitu manis, bahkan sampai membuat terbang ke awang-awang. Nyatanya, itu hanya manis di mulut saja, tetapi tidak dilaksanakan. Laki-laki seperti apa yang bisa dipercaya dan laki-laki seperti apa yang ucapannya bisa dipegang.
***
Alhamdulillah bisa update 😌
Seharian sibuk banget, biasanya update siang jadi update malam. Tapi tenang, besok bakal update siang kok.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.
Bye bye

KAMU SEDANG MEMBACA
Revisweet [TERBIT]
RomanceNomor Peserta: 081 Tema: Campus Universe Blurb : Judul skripsi Zani bermasalah, membuatnya harus berurusan dengan dosen pembimbing 1 yang juga merupakan mantan kekasihnya. Parahnya, Zani berkali-kali revisi hingga membuatnya mual melihat banyaknya p...