8 | Let's Just Kiss!

405 34 0
                                    

Langit masih tidak menurunkan tensi amarahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit masih tidak menurunkan tensi amarahnya. Bahkan gelegar dari petir masih menyelimuti sang nirwana.

Di bawah langit yang menggelap. Di dalam pelukan kabut putih yang mendingin. Serta di kungkungan hujan yang lebat. Kini sebuah pemungkiman yang ada di lereng gunung wilayah bagian Utara Kekaisaran Aeternus, sudah dipenuhi oleh bau anyir darah yang sangat kental.

Air hujan yang turun dari langit membuat genangan tanah dipenuhi oleh darah. Pun angin yang lebat membawa bau anyir itu menyelimuti seluruh pemungkiman.

Semua menjadi hening tatkala suara pertempuran yang cukup hebat antara Krabay dan sang Kaisar melawan Alfetery. Sebuah pasukan khusus yang sangat banyak. Pasukan terlatih yang digunakan untuk sebuah pertempuran.

"Akhhh ... to-tolong selamatkan saya! Ampuni saya!" ucap salah satu orang dengan tubuh yang sangat gemetar.

Orang berambut hitam sedikit panjang, tentu juga dengan wajah ala seram yang ternyata sosok dari pengecut. Orang itu kini sedang ditarik rambutnya dengan tanpa belas kasih oleh Krabay.

"Akhh ... sakit!" pekiknya lagi dengan menahan tangis.

"Diamlah!" seru Krabay dengan sangat dingin.

Krabay masih tetap menyeret rambut dari tubuh orang itu tanpa belas kasih. Ia bawa orang itu untuk masuk ke sebuah bangunan yang lebih besar dari bangunan lain yang ada di pemungkiman ini. Bisa dikatakan sebagai bangunan aula desa.

Braakk ...!!

Krabay membuka pintu aula itu sedikit keras. Lalu kembali menyeret rambut dari sosok laki-laki yang baru saja dia tangkap. Sedangkan sosok laki-laki itu, orang yang diseret dengan kasar oleh Krabay, saat ini ia membulatkan mata saat melihat pemandangan yang ada di depannya.

Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan dengan satu sosok berdiri tegap memunggunginya. Berdiri di tengah-tengah tumpukan mayat yang bersimbah darah. Beserta sembilah pedang yang sangat panjang dan mengerikan ada di tangannya.

"Baginda! Saya sudah membawa ketua pasukan dari kelompok ini," lapor Krabay yang langsung mendorong orang yang digeretnya itu ke hadapan Demon.

"Cih! Dia ternyata bersembunyi dan ingin kabur dari tempat ini, Baginda!" decak Krabay sekali lagi.

Seketika, ketua pasukan Alfetary itu pun semakin ketakutan. Tubuhnya bergetar dengan cukup berat.

Lalu di detik berikutnya, Demon—orang yang sedang berdiri di sekitar tumpukan mayat yang bergelimpangan itu—pun memutar tubuhnya. Menghadap ke arah orang yang kini sedang bersimpuh dan tersungkur di hadapannya.

Demon menatap orang itu dengan sangat tajam dan dingin. "Alfetery ...," gumam Demon. "Kelompok yang ingin melakukan kudeta terhadapku. Tetapi nyatanya kelompok ini sangat lemah! Apakah kau yakin kalau dengan kekuatan kelompokmu ini bisa membunuhku, huh?"

"Mo-mohon ampuni saya, Baginda!" Tolong ampuni sa—"

"Hahahaha ...!!!" gelak tawa Demon menggema seketika. "Apa kau kira aku sedang ingin mendengar permohonan ampunan dari mulut busukmu itu, huh?!" pekiknya tajam.

The Sacrificed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang