32 | Betrayal - Obelisk Stone

196 17 0
                                    

Braaakk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Braaakk ...!!!

Suara gebrakan meja terdengar sangat keras saat ini.

Di mana di sebuah ruang tunggu rumah bordir yang ada di pinggiran ibu kota kerajaan Aeternus, terdapat satu sosok yang sudah berdiri. Mengungkung kan tubuhnya dengan menahan diri di atas meja bundar dengan tangannya sendiri.

Sosok itu kini sedang mengeluarkan segala macam aura kemarahan yang kental. Bahkan saraf otot-otot wajahnya yang memerah serta menegang, pun terlihat sangat jelas.

"Apa maksudmu dengan dia yang belum menampakkan sosoknya di sini?!" geram Lucian sembari menatap bawahannya dengan bengis.

Yap!

Sosok yang sedang menahan gejolak amarahnya saat ini adalah Lucian Abercio.

Dia menatap penuh aura membunuh ke anak buahnya yang kini sedang melapor padanya. Bersimpuh dengan tubuh yang terselimuti oleh jubah hitam.

"Maafkan saya, Master, tetapi ... Permaisuri tidak terlihat jejaknya keluar dari istana," lapor anak buahnya lagi dengan bibir yang cukup kelu.

"Jadi ... maksudmu my rose tidak keluar dari istana?" desis Lucian sekali lagi dengan dingin. "Dan itu artinya dia tidak datang menemui panggilanku?!" geramnya lagi.

Anak buahnya itu hanya bisa menunduk dengan cukup dalam. Bersimpuh satu lutut layaknya ksatria.

Terdiam.

Tanda bahwa apa yang dipertanyakan oleh tuannya itu adalah benar.

Tentu saja hal itu langsung membuat Lucian kembali menggertakkan giginya dengan cukup kencang saat ini. Bahkan kedua tangannya mengepal dengan sangat kuat.

Ini pertama kalinya seorang Ruveliss Del Castina mengabaikan perintahnya!

Lucian tahu dimana kondisi Ruveliss memang sulit untuk keluar istana, setidaknya wanita itu telah menjadi seorang permaisuri. Tetapi ... bukankah setidaknya akan ada kabar? Tidak, Jika itu Ruveliss maka ia akan melakukan apapun agar bisa bertemu dengannya.

Ruveliss akan memiliki seribu satu cara agar tetap bisa bertemu dengan seorang Luciano Abercio! Itu pasti. Dan mutlak.

Tetapi bahkan hari sudah gelap seperti ini, tak ada kabar apapun dari Ruveliss! Dari wanitanya. Dari mawar indahnya!

"Tidak," desis Lucian kemudian. "Ini tidak benar. Tidak mungkin mawarku mengabaikan perintahku seperti ini!"

"Ya! Itu sangat tidak mungkin!" imbuhnya lagi dengan lirih.

Pikiran Lucian pun bergelut dengan sangat kacau.

Lalu, di detik berikutnya, ia pun menoleh ke arah luar jendela. Di mana dari kejauhan yang terletak berkilo-kilo meter, masih terlihat menara tertinggi yang berada di dalam istana kekaisaran.

The Sacrificed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang