11 | Dream Watcher

281 23 0
                                    

"Apakah itu yang pertama kali untuk Baginda tanyakan kepada saya?" tanya Ruveliss balik dengan kerutan tipis di dahinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah itu yang pertama kali untuk Baginda tanyakan kepada saya?" tanya Ruveliss balik dengan kerutan tipis di dahinya.

Pun hal itu juga memicu kerutan juga di dahi Demon, meski ia tak memudarkan tatapan mata tajamnya.

Lantas Ruveliss sedikit mendecak dengan ringan. "Baginda! Setidaknya Anda harus menanyakan apakah saya baik-baik saja!" serunya lagi. "Lihatlah ... karena ulah Anda saya jadi seperti ini!"

"Tubuh saya sakit semua, wahai Baginda yang terhormat!" imbuh Ruveliss sedikit penuh penekanan. Juga ia tajamkan tatapan matanya dengan sedikit berani.

Demon pun langsung menelisik tubuh Ruveliss di balik sorotan tajam dan dinginnya itu.

Di mana tubuh Ruveliss yang nampak sangat putih dan begitu halus, kini telah dipenuhi oleh bercak-bercak kemerahan. Tentu saja bukan bercak kemerahan yang wajar.

Ada banyak sekali bite mark yang tercetak di tubuh Ruveliss. Pun juga dengan pipi mulus Ruveliss yang memerah akibat tamparannya semalam.

Demon ... semalam benar-benar tak bisa mengontrol dirinya sendiri!

Untuk sesaat, Demon pun menatap pipi Ruveliss yang kemerahan. Lalu entah kenapa sebelah tangannya menjulur ke depan. Ia usap dengan lembut pipi yang kemerahan itu.

"Ishhh ...!" desis Ruveliss dengan meringis.

"Apakah sakit?" tanya Demon kemudian.

"Menurut Anda, Baginda?" sahut Ruveliss langsung dengan kerutan tajam di dahinya.

Demon yang melihat itu, lantas kembali menghembuskan napas panjang dan beratnya. Ia juga tidak menarik tangannya kembali dari pipi Ruveliss.

Ibu jarinya masih mengusap lembut pipi sang putri cantik itu.

"Maafkan aku, Putri," ucap Demon dengan pandangan yang sangat lurus. Begitu fokus.

Seketika Ruveliss pun mengerjapkan matanya dan menatap Demon dengan seksama.

Perkataan itu, terasa sangat asing dan aneh.

'Si iblis sialan ini ... dia meminta maaf?' batin Ruveliss tak percaya.

Ruveliss yakin seratus persen kalau ini adalah pertama kalinya si kaisar gila yang mirip iblis itu meminta maaf dengan sungguh-sungguh!

Entah kenapa ini justru membuat Ruveliss merasa tak nyaman.

"Ehem ...," deham Ruveliss dengan parau. "Saya ... mengetahui tentang kutukan Baginda karena saya melihatnya dalam mimpi saya," ucap Ruveliss seketika.

"Mimpi?" beo Demon langsung dengan kerutan lagi di dahinya. Bahkan saat ini tangan Demon sudah ia tarik kembali.

"Ya, Baginda," sahut Ruveliss langsung.

Untuk sesaat, tak ada perkataan apapun dari Demon. Hanya ada tatapan yang sangat nyalang.

The Sacrificed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang