41 | Eden Park

397 24 4
                                    

Bagai hujaman petir yang mampu membuat bumi bergetar dan waktu mati, ucapan penyihir agung itu mampu membuat Ruveliss tampak seperti orang bodoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagai hujaman petir yang mampu membuat bumi bergetar dan waktu mati, ucapan penyihir agung itu mampu membuat Ruveliss tampak seperti orang bodoh. Lebih tepatnya Ruveliss seperti sedang dipanggang hidup-hidup oleh gumpalan petir yang menyambarnya.

Ruangan dalam menara masih terasa dingin dan hening.

Ruveliss juga masih dalam kondisinya yang seolah tak dapat lagi bernapas.

"A-apa ...," gumam Ruveliss lirih dengan mata yang bergetar. "... apa maksudmu?"

Ruveliss masih mencoba untuk sadar dan mengembalikan lagi kewarasannya. 'Aku tak salah dengar 'kan? Tidak, tetapi ... aku yakin apa yang aku dengar itu ....'

"Apapun yang ada di pikiran Anda sekarang, itu benar." Cainaze kembali bersuara. "Bahwa saya mengetahui Anda, Yang Mulia. Lebih tepatnya jiwa Anda yang sebenarnya."

Ruveliss semakin membeku di tempat.

Sedangkan Cainaze memilih untuk melangkahkan kakinya dan mengikis jarak dengan sang Permaisuri. Mata emasnya masih mengunci Ruveliss dalam-dalam.

Hingga jarak di antara keduanya pun hanya tersisa udara dengan tensi yang kuat.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Disini—" ucap Cainaze dengan tangan yang sudah terulur dan menyentuh jantung Ruveliss dengan ujung telunjuk jarinya.

Membuat Ruveliss menahan napasnya tanpa bisa menepis atau bahkan mengalihkan pandangannya. Seolah sedang dibius dan dipaku ke dasar bumi.

"—saya tahu bahwa Anda tidak berasal di dunia ini, Baginda. Karena Anda datang ke dunia ini setelah kematian Anda."

Dia ... tahu? Kalau aku bukan Ruveliss ....

"Jiwa Anda yang baru saja bergabung dengan tubuh ini, tentu dari dunia yang sangat berbeda bukan dengan dunia ini?"

Aku tidak salah mendengar itu!

Jelas kali ini Ruveliss sudah sangat tertampar bukan main. Jantungnya yang seolah berhenti dengan paksa kembali dihentakkan ke dasar kenyataan. Dia terkejut. Sangat.

Bahkan rasanya lidahnya sudah kelu saat ini.

Pikirannya tak karuan.

Takut dan bingung.

Semua terasa semakin sesak hingga membuat rasionalitasnya kacau balau.

Cainaze pun menarik kembali tangannya dan menengadah guna mengulurkan tangan ke arah Ruveliss. "Pasti banyak sekali pertanyaan yang Anda simpan setelah datang dan terlempar ke dunia ini, bukan, Baginda?"

Ruveliss menggigit kecil bibir bawahnya. Ia tak membantah apapun. Bahkan rasa pikiran kacaunya semakin menjadi-jadi.

'Dia adalah kunci dari semaunya. Dia tahu segalanya!'

The Sacrificed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang