23 | Wedding Day

274 23 5
                                    

Dewa dan manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa dan manusia. Hubungan yang cukup rumit untuk diterjemahkan secara logika.

Entah manusia yang membutuh Dewa untuk sebuah pertolongan ataupun pemberkatan. Atau Dewa lah yang sejatinya membutuhkan manusia, maka dari itu mereka menciptakan manusia.

Manusia. Makhluk yang mampu menjadi iblis ataupun Dewa sekalipun karena ego mereka. Entah alasan apa, kenapa para Dewa menciptakan manusia yang mungkin mampu merusak semua tatanan keindahan yang mereka ciptakan di dunia, tak ada yang tahu hal itu.

Ya! Tak ada yang bisa menjawabnya, kecuali Dewa itu sendiri, bukan? Maka untuk mencari tahu jawaban, kita harus bertemu dengan Dewa itu sendiri.

Tetapi ... akankah ada yang mempercayai Dewa? Karena setidaknya jika ingin bertemu Dewa, mereka harus mempercayainya!

Ya! Tetapi persetan dengan itu ... Demon tak mempercayai Dewa!

Bukan tidak mempercayai adanya mereka, tetapi lebih tepatnya dia tak percaya dengan berkat apapun yang disampaikan oleh Dewa! Itulah yang dia rasakan sampai saat ini.

"Baginda!" seru seseorang dari belakang dengan penuh segala hormat.

Demon yang saat ini sedang termangu dengan berkas-berkas di depannya, pun menaruh tinta yang ia pegang. Fokusnya juga sudah teralihkan ke sosok yang sedang berdiri tegak di depannya itu.

"Kenapa kau sangat berisik sekali, Gedon?" tanya Demon dengan datar dan sedikit memutar bola matanya.

Gedon yang mendapati hal itu lantas saja membuka mulutnya lebar-lebar saat ini! Bahkan rasanya ia sudah cukup pening.

"Are you serious, Baginda?" seru Gedon lagi. "Astaga ... bagaimana bisa Anda bermain-main seperti ini, Baginda!"

"Apa maksudmu bermain-main?" Tentu Demon tidak terima akan tuduhan yang dilayangkan oleh tangan kanannya itu—sang ajudan pribadi!

"Anda sekarang sedang bekerja!" sahut Gedon langsung.

Mendapati hal itu, Demon pun langsung menghembuskan napasnya yang cukup panjang. "Bukankah kau selalu memintaku untuk selalu bekerja, Gedon?" tanya tajam dari Demon. "Lalu saat sekarang aku sudah bekerja, kenapa kau justru yang sangat ribut seperti ini?"

Sungguh demi apapun! Saat ini rasanya Gedon ingin mengumpat sumpah serapahi kaisar yang ia layani itu!

Maka dari itu, Gedon yang kini berdiri tegap dengan berkas di dekapannya—bukan pedang seperti masa kejayaannya saat menjadi kesatria dulu—ia pun kembali menghembuskan napasnya dengan sangat dalam. Mencoba untuk mengurangi rasa kesalnya.

"Baginda—" gumam Gedon dengan sedikit tekanan. "—tetapi pasalnya adalah hari ini hari pernikahan Anda!" Kali ini dia sudah tidak dapat lagi membendung amarahnya.

Sungguh demi apapun, Gedon maras amat sangat frustasi, ok?

Sejak kapan sang kaisar iblis dan gila itu betah di meja kerjanya dengan tumpukkan berkas seperti ini? Bahkan ini masih pagi! Serta semua orang sedang sibuk mempersiapkan pernikahan dari Kaisar dan Permaisuri.

The Sacrificed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang