9 | Because I Trust You

436 38 0
                                    

"Ternyata Anda menganggap nyawa saya hanyalah sebuah lelucon saja," gumam Ruveliss tanpa memutus tatapan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata Anda menganggap nyawa saya hanyalah sebuah lelucon saja," gumam Ruveliss tanpa memutus tatapan matanya.

Seketika mendengar apa yang digumamkan oleh calon permaisurinya itu dengan pandangan yang datar dan sulit, membuat Demon sedikit menahan senyumannya lalu secara perlahan memudar.

Dari jarak sejengkal jari saja dengan wajah Ruveliss, Demon dapat melihat begitu kuat dan gigihnya tatapan wanita yang akan dia nikahi itu. Wanita cantik yang akan menjadi seorang Permaisuri di tanah Kekaisaran miliknya.

Untuk sesaat, mereka hanya saling mengunci satu sama lain.

Saling menatap dengan begitu dalam dalam diam tanpa satu katapun yang keluar.

Seolah hanya sorotan mata yang berbicara.

Hening.

Tak ada pergerakan apapun!

Pun hanya napas masing-masing saja yang mereka rasakan untuk masuk ke indra penciuman satu sama lain. Aroma tobacco ocean musk yang dirasakan oleh Ruveliss.

Serta aroma sandalwood and black opium yang begitu attractive, bold, and sexy yang dihirup oleh Demon. Bagai sebuah nicotine serta heroin.

"Baginda!" Tiba-tiba suara bariton seorang laki-laki, pun menginterupsi.

Demon tak kunjung menjawab. Dia hanya menghela napasnya sembari kembali berdiri dengan benar. Membuka kungkungan akan dirinya, meski tak memutuskan tatapannya sedikit pun dari Ruveliss.

"Ada apa?" beo Demon kemudian.

Berbeda dengan Demon yang masih menatap Ruveliss dengan sangat dalam, Ruveliss justru melirik ke arah Gedon yang berdiri cukup jauh di belakang Demon saat ini.

Laki-laki paruh baya itu ... tentu saja Ruveliss mengingat dengan sangat jelas apa yang terjadi di antara mereka berdua semalam.

Ingatan itu masih membuat Ruveliss kesal bukan main, ok?!

"Kuda yang ingin Anda kendarai sudah siap, Baginda," lapor Gedon dengan wajahnya yang amat sangat serius. Gedon saat ini berdiri dengan sangat tegap dengan kedua tangan yang ia tangkupkan di belakang.

"Good!" sahut Demon kemudian sembari menganggukkan kepala.

Sedangkan Ruveliss ... dia pun membulatkan kedua bola matanya serta menatap sang Kaisar itu dengan penuh tanda tanya dan tuntutan.

"Kuda?" beo Ruveliss. "Anda mau pergi lagi?"

Demon yang sudah memutus kontak dengan Ruveliss dan akan segera berbalik badan, pun lantas langsung menoleh dengan sangat cepat ke arah calon istrinya itu.

Untuk sesaat, kedua alis Demon terangkat dengan pandangan yang menelisik. Lalu sebesit senyumannya pun kembali ia ulas.

Ia tersenyum tipis saat mendengar ucapan dari Ruveliss yang bernada tak suka di telinganya itu. "Kenapa, Princess?" beo Demon kemudian.

The Sacrificed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang