Wajah Palsu

81.5K 7.2K 53
                                    


'Tersenyumlah, Lea.'

Perempuan berambut putih kebiruan itu terus menghipnotis diri dengan kalimat yang sama di dalam hati.

"Lea, berbahagialah dengan suamimu," lirih sang kaisar yang kini mengantarkan Airlea ke altar.

Pandangan Airlea sedikit naik, menatap siapa yang ada di altar. Tetapi, sosok yang dicari dan menjadi rasa penasaran utamanya tidak ada, Duke Alverd tidak ada di altar. Calon suaminya bahkan tidak datang, Airlea mengucapkan janji suci sendirian. Apakah ini benar yang namanya pernikahan?

***

Dermaga dipenuhi oleh para ksatria negara barat, di kedua sisi jalan menuju kapal yang akan membawanya ke negara seberang itu.

"Maaf karena Tuan Duke tidak bisa datang karena tugas rahasia," tutur salah seorang ksatria dengan tubuh tinggi, rambutnya kecoklatan.

"Ah, begitu." Airlea tak bisa menjawab banyak. 'Kejam sekali kaisarnya, padahal Duke Alverd adalah keponakannya, tetapi di hari pernikahan keponakannya ini pun tetap diberikan tugas.'

Airlea menatap sekitar. Kamarnya di kapal mewah itu cukup luas, bahkan lebih dari kamarnya di istana lalu. Makanan yang biasa Airlea makan hanya sebagai formalitas kini dihidangkan dengan sangat luar biasa. "Tetapi aku tidak bisa memakan semua ini," tutur Airlea pada salah seorang pelayan.

Bukannya menjawab perkataan Airlea, pelayan itu justru langsung pergi meninggalkannya di kamar itu.

'Pelayan macam apa yang tidak sopan dengan majikannya?!' kesal Airlea dalam hati. Ah? Pelayan macam apa?

Perempuan itu menunduk usai mengusap wajah kasar. 'Apa yang sebenarnya aku harapkan kepada orang-orang asing negara lain? Sedangkan orang di negara sendiri saja tak pernah menghargai hadirku.'

Airlea menyuap sesendok daging. Rasanya enak, tetapi tetap ia yang biasa kenyang dengan sepotong roti beras gosong tidak mampu memakan banyak makanan sekarang.

***

Gaun biru sederhana dikenakan Airlea, ini hari ketiga pelayaran. Sebentar lagi ia akan tiba di negara seberang. Atap perumahan di negara barat sudah sedikit tampak samar. Senyuman Airlea terbit, ia merasa sedikit lega setidaknya jauh dari keluarga berwajah palsunya.

Akan tetapi, apakah di sana akan lebih baik? Hah, itu sama sekali bukan jaminan hidup bahagia. Airlea hanya sebagai pion di kehidupan ini. Pion yang akan mati tiga bulan lagi, untuk apa mengharapkan hal tak mungkin. Di novel, tidak ada catatan yang menceritakan kisah bahagia Airlea, jadi bisa ditebak jika tokoh Airlea ada hanya sebagai tokoh antagonis yang tersiksa. Antagonis yang haus kasih sayang, antagonis yang ingin dicintai.

"Airlea, kita sama," gumam perempuan itu sembari menatap langit berhias bulan indah.

***

Negara barat memang sangat indah. Pakaian, tradisi, cara berbicara, dan bangunann juga sangat indah dan unik. Airlea sejenak kagum melihat pemandangan luar biasa negara barat.

Kereta kuda berhenti tepat di halaman kediaman Duke Alverd. Kediaman luar biasa yang sangat luas. Meskipun tak seluas istana tengah, tetapi ini sudah luar biasa. Sepanjang perjalanan Airlea mengikuti langkah seorang orang kepercayaan Alverd. Frass namanya.

"Frass, kapan Tuan Duke akan pulang?"

Frass tersenyum. "Akan segera sampai, Nyonya. Anda tidak perlu khawatir."

'Justru kalau segera sampai akan khawatir.'

"Ini kamar Anda, Nyonya."

Airlea tercengang melihat ruangan mewah berhias ornamen indah khas negara barat. Kamar yang bahkan dua kali lipat lebih luas dan indah dari kamarnya.

"Putri Airlea," panggil seorang perempuan dengan rambut hitam bermata merah menyala. Perempuan cantik berwajah dingin.

"Ya?" Airlea menyahut tenang. Padahal jantungnya sudah berdegup kencang karena tatapan menghunus perempuan ini.

"Maaf karena Kakak tidak bisa menjemput Anda," tuturnya.

Airlea terhenyak. 'Kakak'? Berarti dia adik si Duke Alverd. Raicia Alverd.

"Ah, tidak apa-apa. Dia sedang sibuk karena tugas rahasia."

Raicia mengernyit. Kemudian menghela kasar. Reaksinya membuat Airlea agak mengerti apa yang terjadi. 'Apa mungkin sebenarnya Duke gila itu tidak hadir bukan karena tugas negara? Tetapi karena teman masa kecilnya itu?' batin Airlea curiga.

'Apapun itu, masa bodoh. Aku tak peduli.'

Perbincangan kecil terjadi setelahnya. Sampai Raicia kabur dan Airlea merasa tenang. Ia duduk di tempat tidurnya. Menjatuhkan sebagian tubuh di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit ruangan yang indah.

"Meskipun begitu, aku setidaknya memiliki kehidupan agak baik di sini." Airlea mengangkat tangannya. "Aku bisa tumbuh kalau makan agak banyak di sini. Aku tidak akan kurus karena ada banyak makanan. Tidak akan lagi ada roti beras dan selai basi."

"Sedikit lebih baik dari kehidupan lalu. Setidaknya di sini aku bisa bahagia dengan caraku sendiri, 'kan?"

TBC

DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang