Dia Tak Seburuk itu II

43.3K 3.9K 80
                                    


Airlea hanya diam di kamar Damiane sejak tadi, luka di tubuh pria itu sangat parah. Ditambah, anak panah yang dipakai adalah anak panah beracun.

"Lea," panggil Cail. Dia memegang pundak sang adik. Kemudian tersenyum sekilas. "Kau tidak berniat istirahat?" tanya Cail.

Airlea menggeleng. "Aku ... ingin di sini lebih lama," ucap Airlea.

"Ini semua bukan salahmu, aku tahu arti wajah itu. Lea, dia melakukan itu karena keinginan dan itu juga kewajibannya," jelas Cail. Dia menarik tangan Airlea, perempuan itu menoleh. "Kau pasti terkejut karena kalimatnya, ya? Dia adalah pria bodoh yang tidak bisa mengekspresikan perasaannya," ujar Cail. Tangan kiri pria itu mengusap puncak kepala Airlea. Dia kembali tersenyum untuk kesekian kalinya. Kemudian beranjak dan duduk di sisi Airlea.

"Aku ingin membicarakan sesuatu," kata Cail. Mendapati wajah penasaran dari adiknya Cail menarik salah satu sudut bibirnya. "Tentang Damiane dan rahasianya selama sembilan tahun."

***

Dia adalah pria yang hampir membunuh adikku, menjebak adikku dalam kalimat manis yang palsu. Kau tahu Airlea, aku sangat membencinya sejak ketika dia mengkhianatimu. Sama seperti kau membencinya.

Aku kesal karena dia sudah membuatmu menangis, membuatmu sendirian dalam kehidupan kejam ini. Ya, setidaknya itu sebelum aku tahu bagaimana dia.

Siang itu, sebulan semenjak kita pergi menjauh dari Hidelgard dan Almer. Aku melihat kejanggalan. Apa kau tahu itu apa?

Rommy.

Aku melihat ada dua Rommy. Satu dalam perjalanan menuju rumah kecilmu dan satu Rommy sedang membantumu di toko roti.

Aku mendatangi Rommy yang kutemui di jalan, karena orang itu lari saat melihatku.

"Siapa kau?" Begitu tanyaku padanya. Aku sudah menarik tangannya dan membuat orang itu berada dalam genggaman yang begitu erat. Aku berusaha mengupas kulit wajahnya yang kemungkinan mengenakan topeng, tapi belum dilakukan oleh itu sudah mengaku.

"Aku Rommy! Aku Rommy!" teriaknya.

Akan tetapi, apa aku percaya? Tentu tidak. Dia begitu mencurigakan.

"Rommy!" teriak seseorang yang mendekati kami. Dia orang yang mirip dengan Rommy. Aku bingung saat itu. Tetapi, sihir musnah ketika salah satu Rommy datang, ternyata yang datang adalah Rommy palsu. Dia Damiane.

Seketika api membara dalam hatiku, Airlea. Aku marah. Langsung memukul wajah Damiane. Tetapi, sekalipun dia tidak melawan. Dia pasrah, dan Rommy memisahkan kami.

"Kenapa kau tidak melawan, huh?!" tanyaku.

"Karena aku pantas untuk ini," ujarnya dengan wajah memelas. Damiane yang itu, sosok Duke kejam itu memasang wajah yang menyedihkan. Aku terkejut, tetapi kemudian Rommy mengajakku untuk duduk bersama.

"Aku juga tidak ingin, aku juga marah padanya. Aku membencinya. Tapi, tidak ada salahnya jika kita memberi dia kesempatan," jelas Rommy padaku.

Pria itu berkata dengan baik tentang Damiane. Begitu juga Damiane yang dengan tenang berkata padaku. "Aku masih suaminya, aku juga ayah dari anaknya. Mungkin aku adalah penyebab luka Lea. Tapi, aku tidak bisa diam menjauh begitu saja. Aku tidak tenang, tidak akan pernah. Jadi, dengan cara ini, biarkan aku menebus segalanya, menanggung kebencian dan juga menjalankan kewajibanku."

Damiane menerima keadaan itu, dia tahu dia salah dan dia pantas mendapatkan akibatnya. Pria mana yang bisa seperti ini? Dia tetap di sisimu sebagai aku atau Rommy, dia menemanimu meskipun setiap berasa di sisimu hanya ada kebencian tentangnya darimu, Airlea.

Di saat menjadi aku, dia akan membawakan makanan kesukaanmu yang bahkan aku tidak tahu. Kau ingat? Kau suka jajanan manis dan pedas. Tanpa kacang. Karena kebiasaan itu, saat aku yang langsung datang bukan Damiane, aku harus meneruskan kebiasaan itu. Aku yang tak terlalu mengenalmu, semakin kenal karena Damiane, apa yang kau suka, apa yang tidak kau suka, apa yang kau benci.

Pernah ketika itu, hujan deras turun. Badai yang merobohkan pohon di depan rumah. Kau ingat?
Mungkin yang kau ketahui, orang yang rela menembus badai demi menemanimu yang takut petir adalah aku, tetapi orang itu adalah Damiane. Dia pergi jauh-jauh dari Duchy Alverd demi kau yang ketakutan. Ketika itu aku sedang mencari jejak Gian, aku tidak bisa datang. Karena ketika itu jejak Gian ada di depan mata, aku tidak bisa melewatkan ini. Beruntung Damiane langsung mengerti keadaan dan datang.

Badai usai dan aku datang. Melihatmu yang tertidur lelap membuatku lega. Ketika itu aku sadar, Damiane sungguh-sungguh tengangmu.

Bahkan mungkin saat melahirkan, kau ingat jika orang yang menemanimu adalah aku, tetapi dia adalah Damiane.

Aku masih ingat saat dia keluar dengan wajah bahagia.

"Aku seorang ayah!" katanya sembari memeluk kami. Bahkan dia menangis terharu karena itu. Kebahagiaannya masih kelas kuingat.

Damiane bahkan melukis wajah kedua putranya dengan tangan sendiri. Dia semakin sering datang, membawa hadiah dan lainnya. Tapi, saat Rysh dan Ash menginjak usia lima tahun, dia jadi jarang datang. Duchy Alverd dalam masalah. Dia hanya bisa mengirim orang-orangnya untuk memastikan keadaanmu dan membantumu.

Meskipun begitu, dia akan datang sebagai Rommy dan membawa kalian keliling pasar sekedar bermain. Hadiah-hadiah kecil dari tabungan Rysh dan Ash masih disimpannya hingga kini. Seperti harta karun.

Dia, ayah yang sempurna, suami yang baik untuk adik dan keponaoanku. Jadi, Airlea dia bukan orang yang buruk. Dia tak seburuk itu untuk dibenci setengah mati olehmu.

***

Cerita itu usai. Airlea menangis memangku barang-barang milik Damiane mengenai Airlea dan anaknya, jurnal yang berisi harinya yang dia habiskan bersama keluarga yang bahkan tak pernah menganggapnya ada. Lukisan sederhana dari tangan kaku yang biasa memegang pedang, hadiah kecil dari Airlea, Rysh dan Ash, meskipun pemberian ini bukan atas nama untuk Damiane, dia menyimpan dengan baik di laci nakas dekat ranjang.

"Ceritamu sangat bagus, Cail." Suara serak itu membuat Airlea yang menangis tersentak dia menatap Damiane yang berbaring lemah sudah membuka mata. Bibir pucatnya tersenyum, tangan yang terluka itu terangkat menghapus air mata Airlea. "Apa yang kau lakukan pada orang yang sangat berharga bagiku, Cail?" lirihnya lagi.

"Lihatlah si bodoh ini, sudah sekarat masih saja membual yang tidak-tidak. Sudah jangan pegang adikku dulu. Kau butuh Cedric sekarang," kata Cail yang kemudian berangkat dari tempatnya untuk memanggil Cedric. Saat membuka pintu, dua orang bocah laki-laki jatuh tersungkur. Anak-anak itu sudah berlinang air mata. "Kalian menguping, hem?" tanya Cail sembari berkacak pinggang.

"Maaf Paman, tapi kami harus meminta maaf pada Ayah terlebih dahulu," kata Ash.

Mereka berlari melewati Cail dan melompat ke atas ranjang. Hati-hati kedua anak itu memeluk Damiane yang terluka. Kemudian mencium Damiane dari dua sisi berbeda.

"Kau Ayah terbaik yang pernah ada," bisik Ash.

"Terima kasih sudah menyayangi kami," bisik Rysh setelahnya.

Damiane tersenyum. Bersamaan dengan air mata yang jatuh. Hatinya menghangat. Akhirnya dia bisa mendengar kata cinta dari orang yang ia cintai. Bukan kebencian lagi.

Tamat

Dah, ya. Damiane kagak mati.

Haha! Ryry ga serius kok. Seorang Damiane mati? Bisa aja sih, asal Ryry mau. Tapi, Ryry gamau. Kasian Rysh sama Ash. Kasian Airlea juga.

Tapi, sebenarnya kalian benar. Dengan matinya Damiane. Airlea bisa jadi janda kaya, jadi sugar mommy😂😚

Tapi, kagak begitu konsepnya.

DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang