Rumah Baru

72.6K 6.9K 43
                                    


Katakan selamat tinggal kepada roti beras mulai sekarang. Manik mata Airlea bersinar melihat makanan lezat yang mungkin hanya bisa ia makan sesekali saat di pesta saja. Pesta dari pada bangsawan yang sudi untuk mengundangnya ke acara mereka. Karena sekali lagi, Airlea bukan seorang putri yang disayangi, ia adalah anak dari seorang perempuan rendahan yang teracuni oleh racun es. Terkutuk dan hina.

"Apakah makanannya tidak enak?" tanya Raicia dengan wajah datar.

Airlea berusaha tersenyum. Ya, di sini baik siapapun semua memiliki wajah datar. "Aku hanya terkejut karena terlalu banyak," lirih Airlea.

Raicia hanya mengangguk kemudian lanjut menyuap makanan.

"Oh, ya Nyonya, tiga hari lagi adalah acara penyambutanmu," tutur Raicia.

"Ah, iya." Sungguh panggilan Nyonya sangatlah tidak nyaman. Airlea ingin membuka suara tentang itu tetapi ia ragu. "Bisakah kamu memanggilku biasa saja?" tanya Airlea.

"Hah?"

"Kita berbicara non-formal. Aku ... ingin lebih dekat denganmu," cicit Airlea.

"Ah, baik. Saya harus memanggilmu dengan apa?"

"Lea!" sahut Airlea cepat. Senyumnya mengembang sangat indah. Rasanya senang dan lega karena mungkin saja setelah ini Raicia tak akan memanggilnya seperti sebelumnya. "Kalau kamu?"

Raicia menatap Airlea dengan tatapan datar. "Cia."

"Baik!"

***

Sebentar lagi, beberapa bulan saja Airlea akan dibunuh. Semua karena insiden meracuni itu. Kalau dibayangkan, apakah akan sakit?

Airlea yang duduk di atas kursi yang ada di teras kamar menatap pemandangan taman kediaman dari lantai tiga ini. Tangan kurusnya meraba bagian perut. "Apakah sangat sakit?"

Tapi jika dihunus akan langsung mati. Berbeda dengan disiksa, ia akan merasakan sakit hingga merintih untuk mati setiap saat. Sakit dihunus pedang tidak ada apa-apanya.

Perempuan dengan gaun sederhana berwarna biru muda itu berjalan mendekati pembatas teras. Menopang dengan kedua tangan untuk melihat pasukan yang baru saja tiba. "Di mana Duke gila itu?" tanya Airlea sendiri.

Alisnya berkerut karena menatap ke bawah untuk mencari suaminya di antara barisan. Tetapi, seseorang yang entah siapa, mendorongnya dari atas teras tersebut. Airlea kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari lantai tiga itu.

Ia memejamkan mata erat. Batinnya berteriak brutal. "Aku masih baru masuk ke sini dan akan mati dalam waktu singkat?!"

"Argh!"

"Hei." Suara berat seorang pria mengejutkan Airlea hingga akhirnya ia membuka mata.

Seketika perempuan itu kaget karena jarak yang begitu dekat dengan seorang pria tampan dengan rambut hitam legam. Spontan ia melompat dan menunduk hormat.

"Ma-maafkan saya, Tuan," lirih Airlea.

"Ah?!" Seorang pria berambut pirang di sebelah pria yang menangkap Airlea itu terkejut melihat sosok Airlea di pangkuan orang itu. Ia ingin mengucapkan sebuah kalimat tetapi ditahan oleh temannya yang berambut cokelat di sebelah kanan si penangkap.

Ksatria ini, masih sangat asing.

"Saya izin masuk," pamit Airlea.

***

"Lea?" Airlea yang duduk di lantai memeluk kakinya karena malu atas kejadian beberapa menit lalu langsung menengadah begitu mendengar panggilan Raicia.

"Ya?!" Airlea berlari. Membuka pintu dan mendapati gadis cantik bertubuh lebih tinggi darinya. Ah, Raicia memang lebih tua satu tahun darinya. Jadi, sebenarnya tak hanya tubuh, usia Airlea sebenarnya berbeda dengan gadis cantik di depannya. 'Jika saja dia ada di duniaku, mungkin sudah jadi top Model.'

"Kakak sudah tiba," ujar Raicia.

Airlea mengerti, ini saat ia bertemu dengan si Duke gila itu. Wajah Airlea memerah seketika saat ingatan tentang lelaki yang menangkapnya itu melintas. Wajahnya sangatlah tampan. Airlea rasanya lebih ingin menikahi lelaki itu.

"Kakak," panggil Raicia yang membuat pria dengan seragam ksatria itu berbalik. Tubuhnya dari belakang sangat luar biasa. Tinggi dan tegap.

Akan tetapi, wajahnya langsung membuat Airlea terkejut. 'Di mana aku bisa menyembunyikan diri?!'

Rasanya sangat malu karena ternyata lelaki yang menolongnya adalah orang yang tadi menangkap Airlea yang jatuh dari balkon.

"Salam Tuan Duke," tutur Airlea takut.

'Buat apa takut, aku 'kan tidak tahu wajahnya. Bukan salahku karena dia tidak datang ke upacara pernikahan sendiri.'

Airlea yang menunduk bangkit. Kemudian tersenyum riang. Seketika Duke Alverd tertegun melihat senyuman itu. "Ck." Setelah berdecak ia berbalik dengan langkah meninggalkan ruangan.

"Eh?"

"Dia memang menyebalkan." Raicia menggenggam tangannya erat. "Dasar keparat! Dia istrimu!" Sebuah sepatu melayang mengenai kepala pria itu. Seketika langkahnya berhenti.

"Lalu?" tanya pria tersebut seolah tak punya salah.

"Dasar Pria tak berperasaan!" maki Raicia.

"Te-tenanglah. Dia pasti lelah, mungkin karena itu," hibur Airlea menepuk pundak adik iparnya. Sebenarnya kalimat itu juga untuk menghibur dirinya yang sedikit merasa kecewa. Memang dirinya adalah orang yang tidak diinginkan, tapi mau bagaimanapun juga seorang Airlea adalah istri dari Duke Alverd

TBC

DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang