Pintu tinggi dan besar itu terbuka setelah sekian lama. Cahaya dari luar masuk melalui celah yang ada. Seseorang dengan tubuh tegap tampak seperti siluet dari ambang pintu."Akhirnya kau datang," sambut Airlea yang berdiri di depan jendela tertutup hordeng. Dia berbalik menampilkan wajah pucat dan kering.
Damiane yang melihat itu sempat tertegun. Tetapi, kemudian dia berjalan mendekat.
"Tidak, Tuan Duke. Tetaplah di sana. Saya akan datang," ucap Airlea dengan suara lemah.
Perempuan itu mendekat, wajahnya yang semula tertutup gelap kini sedikit terkena cahaya. Wajah cantik yang pucat itu kini sedikit jelas. Menatap Airlea menyebabkan sesak di dada Damiane. Airlea tersenyum ke arah Damiane.
"Kudengar sejak kemarin kau belum makan sedikitpun," ucap Damiane. Dia membawa beberapa makanan kesukaan Airlea.
Melihat nampan berisikan makanan itu Airlea hanya tersenyum sekilas. Dia mengambil alih makanan itu kemudian berjalan mendekati ranjang dan duduk.Tanpa bicara Airlea menepuk ranjang itu, seolah memberi kode untuk Damiane ikut duduk bersamanya.
Ketika itu Damiane mendekat, ikut duduk bersama Airlea. Sedangkan perempuan itu mulai menyantap makanannya.
"Aku senang kau mau menikmati makanan itu," lirih Damiane.
Airlea hanya diam. Kemudian disuapan kelima Airlea berhenti, air matanya mengalir, jelas Damiane heran.
"A-ada apa Airlea? Apa tidak enak?" tanya Damiane panik.
Airlea menangis, suaranya kian jelas tetapi setelahnya dia tertawa keras. Sangat keras. Airlea berdiri dengan wajah marah dan menghentikan tawanya. Menatap Damiane penuh kebencian.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau?"
"Ck, ck, ck, Tuan Duke. Saya hanya bersandiwara, bagaimana sandiwara saya bagus?" tanya Airlea dengan senyum sinis.
Damiane diam. Dia menatap netra magenta Airlea yang jelas sekali menyorot kebencian. Tidak ada celah sedikitpun untuk Damiane bisa meyakinkan segalanya kepada Airlea.
"Anda ingin saya seperti tadi bukan? Menurut, makan apa yang Anda beri. Melalukan apa yang Anda ingin saya lakukan, Anda ingin saya menjadi boneka hidup yang menuruti segalanya!"
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu," balas Damiane.
Airlea meludah. Tepat di depan Damiane. Bentuk penghinaan. Airlea menghindar dari Damiane selain karena sakit hati, Airlea juga menghindari pria itu karena kendali amarahnya saat sudah terlepas itu sangat susah dikendalikan.
"Tapi segala perlakuan Anda menunjukkan demikian. Anda ingin saya ada di sisi Anda, seperti boneka. Seperti boneka tanpa perasaan. Apakah pernah sekali salam hidup Anda setelah saya pergi, Anda memikirkan bagaimana saya?! Anda dengan egois terus berusaha menarik saya kembali ke tempat yang sama padahal jelas di sini tidak ada yang namanya bahagia!"
Sungguh Airlea ingin marah sekali sekarang. Melihat Damiane membuat segalanya tidak tertahan. Kebencian dan amarah. Airlea kesal kenapa seorang seperti Damiane adalah tokoh utama? Kenapa orang seperti Damiane yang sudah menjadi penyebab deritanya masih hidup dengan baik-baik saja hingga sekarang?! Kenapa dia tidak mati saja!
"Aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu. Sungguh," tutur Damiane.
"Aku terjebak dalam rasa bersalah dan penyesalan, selama bertahun-tahun. Aku menyesal terlambat menyadari cinta ini, aku menyesal sudah menjadi penyebab sedih yang kau alami. Tidak ada yang menginginkan hal ini Airlea, tidak ada termasuk aku."
Sudut bibir Airlea naik. Dia tersenyum ke arah Damiane. Dengan sangat jelas Damiane melihat itu.
"Cinta, ya?" gumam Airlea seraya berjalan menjauh dari Damiane.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...