Sembilan tahun kabur dan terus melarikan diri bersama Rysh dan Ash, dua anak yang aku lahirkan. Siapa sangka, jika aku menjadi sosok tetap di dunia ini, bahkan memiliki keluarga. Aku, seorang perempuan yang mati terbunuh karena siksaan suami di kehidupan lalu, seorang yang mengharapkan cinta dan kasih menemukan hidup ketika tangis mereka terdengar. Rasanya begitu nyata sampai aku melupakan jika ini adalah dunia novel.Ini, adalah dunia novel yang alurnya berubah drastis. Semua karena aku, tetapi perubahan itu tak membawa bahagia karena cintaku dibalas pengkhianatan. Seorang Airlea, tanpa nama belakang, itulah aku sekarang. Tetapi, setelah bertahun-tahun takdir kembali mempertemukan kami.
Damiane.
Pria yang pernah aku cintai, pria yang membuatku hampir mati. Aku membencinya. Sangat sehingga rasanya kebencian itu hampir melahap isi kepalaku yang lurus.
"Kamu tidak bisa selamanya berada di tempat yang sama, dengan dendam dan luka yang menyiksa."
Kalimat Romny terus menggema ketika aku tiba di kediaman Alverd. Putraku, mereka memang selalu berkata kalau mereka membenci sosok ayah, tetapi ketika netra ketiganya bertemu, ada sebuah sinyal yang mengatakan kerinduan tanpa pernah ada pertemuan.
Apakah aku jahat sudah memisahkan mereka bertahun-tahun?
Begitulah pikirku saat melihat ketiganya saling mengenali. Ada sesak tak tertahan di hatiku. Rasanya tidak nyaman tapi, keegoisan hanya akan membawa kesedihan. Namun, apakah aku tidak boleh memikirkan perasaan sendiri?
Setelah hari keputusanku, saat Rysh dan Ash pergi, Raicia, Beatrice sering mendatangiku di kamar ini. Keputusanku saat itu datang karena masalah ini hanya antara aku dan Damiane, aku ingin menyelesaikan semua ini. Dengan semua yang ada di sini, hanya dengan aku.
"Lea, cuaca hari ini bagus. Apa kau tidak ingin keluar?" tanya Beatrice.
Aku melirik ke arah perempuan itu. Dia, adalah putri yang masih belum menikah hingga kini, setelah kejadian pernikahannya saat itu lamaran untuk Beatrice tidak pernah datang. Pemuda yang dijodohkan juga sering membatalkan atau meninggal. Seperti sebuah kutukan, hingga kini Beatrice masih sendiri.
"Tidak." Aku menjawab pertanyaan Beatrice singkat.
"Ah, iya. Besok Kakak akan mengadakan makan malam penyambutan untukmu, Lea."
Raicia, dia menikah dengan kakak Beatrice, mereka hidup bahagia, memiliki tiga orang putra, tetapi dua diantaranya meninggal karena sakit. Entah aku harus senang atau tidak mengetahui mereka mendapatkan bala seperti itu. Rasanya, dendam tidak membantu apapun. Hatiku tetap hampa.
"Untuk apa? Aku tidak akan lama di sini," jawabku.
"Hei, jangan bercanda. Dia juga ingin kembali menyerahkan posisi awalmu. Kau di sini untuk itu bukan?" tanya Beatrice.
Sontak aku menatap keduanya tajam. "Apa?!" seruku. Detik kemudian, aku memacu langkah menuju tempat kerja Damiane.
Membuka pintu dengan keras hingga daun pintu itu berdentum kencang. "Damiane!"
"Kau tidak pernah berubah, ya?! Selalu berbuat sesukamu. Kenapa? Karena kau punya kuasa, huh?!" Aku mendekati Damiane yang langsung berdiri begitu aku datang. Dengan wajah bingung dia mendekat.
Sedangkan kerah bajunya sudah kutarik kencang. "Kau mau menyerahkan posisi Duchess padaku? Apa kau benar-benar tahu kenapa aku di sini, hm?"
"Lea!" Raicia dan Beatrice berseru bersamaan. Itu bukan bentakan yang menyuruhku berhenti tetapi itu seruan karena mereka terkejut dengan apa yang sedang aku lakukan.
Dengan satu tinju aku membuat wajah tampan Damiane lebam. "Aku ingin mengakhiri kebencian, aku ingin memaafkan masa lalu bukan berarti aku ingin kembali ke posisi sampai itu!" Sekali lagi aku memukul wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...