Pagi yang cerah, cocok untuk seseorang yang tengah berada dalam masa pemulihan terkena cahaya mentari. Jadi, hari itu tepat tiga minggu setelah tragedi Airlea mengajak Damiane berjalan-jalan di taman. Meskipun Damiane bilang dia sudah membaik, tetapi Airlea tetap memaksa. Dengan godaan; "selagi anak-anak belajar di Akademi dan belum pulang, kenapa kita tidak menghabiskan waktu bersama?"Akhirnya Damiane setuju, sejak hari itu juga Airlea menjadi sedikit ... berbeda. Dia masih istri yang baik, nyonya rumah yang baik, ibu yang baik, tapi sedikit frontal kalau berkata-kata. Dia bertindak tanpa bisa diprediksi siapapun.
"Eh? Rommy? Yosh? Sedang apa mereka?" gumam Airlea yang langsung berlari mendekati dua pria yang bersembunyi dibalik semak. Damiane menggeleng dan langsung menyusul sang istri.
"Kalian sedang apa?" tanya Airlea begitu tiba dan mengejutkan kedua pria yang sejak tadi menonton dua insan yang tak jauh dari semak.
"Kakak dan Beatrice? Sedang apa?"
"Ssstt!" Rommy dengan wajah kesal memberi kode untuk diam.
"Menurutmu apa kali ini salah satu dari mereka mengaku?" tanya Yosh.
"Tidak," jawab Rommy cepat.
"Menurutku, iya."
Rommy menoleh. "Bertaruh?" Pria itu mengulurkan tangannya.
"Ya!" balas Yosh.
"Memangnya ada apa?" tanya Airlea yang masih tak ditanggapi.
"Cail dan Beatrice saling mencintai, tetapi sejak lama tidak ada yang mengungkapkan, penyebab Beatrice masih sendiri, selain karena lamaran yang jarang di usia tua, itu juga karena dia mencintai Cail dan menunggu di lamar kedua kalinya," jawab Damiane.
"Apa-emh!" Damiane membungkan mulut istrinya.
"Diam dan lihat, kau ingin melihat kakakmu menikah, bukan?" tanya Damiane yang langsung dijawab anggukan oleh sang istri.
Damiane melepas bekapan. Dia membiarkan Airlea, tetapi sesaat kemudian perempuan itu beranjak dari semak-semak. Semua panik tetapi dengan wajah tegas Airlea mendekati sepasang orang yang masih setia menyimpan rasa mereka.
"Dasar bodoh!" kata Airlea memukul bahu kakaknya. Dia menarik tangan Cail dan meletakkan sebuah cincin yang entah dari mana di tangan kakaknya. Wajah Cail jelas bingung.
"Apa ini?"
"Dasar bodoh!" Sekali lagi Airlea memaki kakanya. "Beatrice, Kakakku si perjaka tua ini mencintaimu, dia ingin menikah denganmu yang juga seorang perawan tua, apa kau mau?"
"Ap-apa?" Cail langsung gugup. Wajahnya memerah pria itu memukul kepala adiknya. "Dia pasti gila."
"Apakah itu benar?" tanya Beatrice yang juga gugup.
"Iya, ah! Tidak, eh, iya! Tidak tidak! Iya. AH! IYA! AKU MENCINTAIMU!"
"Baiklah, besok kita akan menikah." Beatrice mengambil cincin yang ada di tangan Cail dan memakainya sendiri. "Sampai jumpa di kuil, sayang," kata Beatrice sembari mengecup pipi Cail.
"Selesai, semudah itu," ujar Airlea menepuk pundak kakaknya yang masih termangu. Sedangkan tiga orang penonton yang mendengarkan dialog mereka mematung tak berdaya. Masalah yang ada sejak bertahun-tahun selesai dalam satu tindakan nekat Airlea.
***
"Aaa! Kakakku yang tampan menikah! Akhirnya!" Airlea berseru melihat Cail dan Beatrice yang sudah berdiri di altar.
"Apalagi dia adalah pria sejati yang tidak meninggalkan calon istrinya sendirian di altar," sindir Airlea.
Damiane yang di sebelahnya merasa tersindir. Dia menunduk menatap istrinya yang mengeluh. "Mau menikah lagi?" tanya Damiane mengulurkan tangan.
"Eh?"
"Kalau begitu, ayo!" Damiane menarik Airlea untuk berjalan menuju altar, banyak orang heboh karena mereka.
"Ibu, Ayah! Kalian mau ke mana?" tanya Rysh.
"Menikah lagi," jawab Damiane enteng. Semua orang mendengar itu kaget, bahkan mempelai pria dan wanita juga.
"Artinya kami akan punya adik, 'kan?"
Airlea yang mendengar penuturan salah satu putranya langsung menghentikan langkah. "Apa?"
"Iya!" Damiane dengan wajah ceria.
"Tidak! Tidak, dua anak cukup. Tidak, kalau begitu tidak jadi menikah lagi!" Airlea hendak beranjak tetapi Damiane justru menggendongnya dan membawa Airlea ke altar.
Sumpah janji diucapkan. Mereka turun bersamaan dengan Cail dan Beatrice.
Rysh dan Ash langsung menghampiri keempat orang dewasa itu. "Ibu, adik perempuan satu!" kata Rysh semangat.
"Kau kira punya adik semudah membeli kue, hah?" tanya Airlea dengan suara galak dan berkacak pinggang.
"Baiklah, satu adik perempuan," ucap Damiane.
Airlea melotot ke arah suaminya, tetapi Damiane justru tersenyum manis. Membuat jantung Airlea tak aman.
"Bagaimana jika tidak mendapatkan adik perempuan dalam satu percobaan?" goda Beatrice.
"Kita akan terus berusaha hingga mendapatkan adik perempuan!" seru Damiane sembari merangkul pinggang Airlea.
"Benar!" seru Rysh dan Rommy-yang baru tiba.
"Kalian ingin membunuhku, ya?!"
Yeay! Adik perempuan cooming soon 😂
Setelah sekian lama mengikuti jejak Ryry di cerita ini, ada ga kesan dan pesan kalian untuk Ryry. Entah tentang Ryry, entah tentang ceritanya? Boleh kasih tau ga?
Gimana? Ryry mau tanya rate kalian tentang cerita ini, dan tanggapannya?
Suka ga sama endingnya?
Ryry sempet dilema. Tapi, akhirnya tadi pagi Ryry dapet ilham untuk bikin ending begini.
Airlea yang menderita berhak bahagia dengan keluarganya. Damiane yang salah berhak mendapatkan pelajaran penting dalam hidupnya, tentang cinta dan keluarga sebenarnya, Rysh dan Ash yang berhak memiliki orang tua lengkap. Kemudian, Rommy yang berhak menjadi milik Ryry 😚❤
Bye bye!
Cerita baru cooming soon.
Eh, cerita lama aja belum usai, haha! Ha! Ha! Huuuu😭
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...