Beatrice berjalan memasuki ruangan gelap yang begitu dingin. Padahal ketika itu siang hari. Dilihat sosok perempuan dengan gaun tidurnya duduk di lantai kamar.
Beatrice terkejut lantas berlari menghampiri Airlea. Dia adalah Airlea yang sama setelah satu malam tertahan di ruangan itu.
"Airlea, apa yang kau lakukan di bawah sini? Duduklah di tempat duduk atau ranjang," ujar Beatrice. Perempuan itu memegang lengan Airlea dengan lembut. Tetapi kemudian tatapan tajam Airlea membuat pegangan itu lepas.
Beatrice bisa melihat mata sembab dan wajah pucat Airlea. "Airlea," lirih Beatrice yang jelas tidak ada niat balasan untuk panggilan itu dari si pemilik nama.
"Pergilah, Yang Mulia. Saya ingin sendiri," lirih Airlea.
"Tidak," tolak Beatrice. Dia kemudian duduk di hadapan Airlea. "Airlea aku mengerti rasa sakitmu, kami melakukan ini untuk melepaskanmu dari penderitaan dan——"
"Tidak ada manusia di dunia ini yang mengerti rasa sakit Saya, tidak ada. Anda seorang putri yang dicintai, Anda tidak mengerti rasanya menjadi seorang anak yang bahkan diperlakukan lebih buruk dari pelayan, Anda tidak mengerti rasa sakit dari kebohongan yang dianggap benar. Anda tidak tahu rasanya sudah dijunjung dan disanjung, sudah dibawa bahagia lantas dibuat menderita. Mungkin itu hanya sandiwara biasa bagi kalian, tapi tidak untuk saya."
Tak sampai di sana. Airlea kemudian berdiri dengan keadaan yang tidak baik. "Anda tidak tahu rasa ingin mendapatkan kasih sayang keluarga sampai menjadi orang naif." Senyuman sinis Airlea muncul saat Beatrice menangis di hadapannya. Sampah, air mata itu hanyalah sampah. Sebuah penyesalan yang tidak ada artinya. "Melepaskan penderitaan saya? Yang Mulia, di dunia ini tidak ada orang yang melepaskan penderitaan dengan penderitaan lain. Tidak ada," imbuh Airlea.
Beatrice menunduk. Dia bersimpuh di kaki Airlea, melihat itu tidak ada niat Airlea mencegah, dia hanya melihat apa yang dilakukan putri itu. "Maafkan aku! Maafkan atas semua kesalahan aku, dan semuanya Airlea."
Di detik itu entah kenapa kalimat Rommy menggema. Di mana saat pria itu berkata jika Airlea terus bergelut dan mengingat masa lalu, kebencian kian buruk di hatinya dan hanya akan merusak hati Airlea. Namun, meskipun begitu rasanya tidak bisa. Bukan tidak bisa memaafkan, tetapi dia malu. Ketika melihat ke belakang, ketika itu Airlea yang naif dan bodoh sangat memalukan baginya.
Itu juga sebabnya Airlea belum bisa menerima apa yang terjadi di masa lalu.
Kembali menatap Beatrice, Airlea dengan decih yang keras meninggalkan Beatrice yang bersimpuh. Berjalan menuju jendela dan duduk sembari menatap jendela yang tertutup hordeng. "Lebih baik Anda keluar karena semua yang Anda lakukan sia-sia."
***
Beatrice keluar dengan mata sembab. Raicia menghampiri perempuan itu. Adik iparnya menangis setelah memeluk Raicia. "Hei, dia butuh waktu," bisik Raicia. Meskipun begitu sebenarnya Raicia sama sedihnya. Airlea yang dulu adalah perempuan paling lembut dan hangat berubah menjadi seorang yang dingin seperti es, juga seperti gurun tandus yang jika dialiri air langsung kering.
Ini semua karena salah mereka. Sebab, rencana konyol dan kekeliruan itu membuat mereka menjadikan Airlea yang dulu pergi. Pergi begitu jauh tak tahu kapan akan kembali. Membuat Airlea di sini hanya langkah mereka untuk meminta maaf dan menebus segalanya.
***
Di ruangan lain. Rysh dan Ash dengan perasaan gelisah terus menatap keluar.
"Kau punya cara untuk keluar, Ash?"
"Sulit. Ini adalah menara. Turun pun akan berbahaya," ujar Ash.
"Bagaimana keadaan ibu di sana?" gumam Rysh khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...