Sinar mentari begitu cerah, Airlea terbangun sebab kecupan singkat pada pipinya. Tangan kekar melingkar di pinggang ramping Airlea, sudah sekian lama hubungannya dan Damiane semakin erat. Meskipun begitu, belum ada kalimat cinta yang terucap dari Damiane. Airlea hanya bisa menunggu, ketika tiba waktunya."Hari ini keluargamu akan tiba." Suara parau khas bangun tidur itu mengejutkan Airlea. Tangannya yang semula hangat menjadi dingin. 'Keluarga'?
***
Damiane memeluk Airlea dari belakangnya, perempuan itu membalas dengan mengusap kedua tangan Damiane yang ada di atas perutnya.
"Damiane," panggil Airlea yang sekarang sudah menjadi biasa, tidak seformal dulu.
"Hm?"
Airlea berbalik, menatap netra emerald Damiane. "Nanti, bisakah kita membicarakan sesuatu di tempat rahasiamu?" tanya Airlea.
Sejenak wajah Damiane terlihat kaget, tetapi kemudian kembali netral dan jawaban persetujuan keluar dari mulutnya. Begitu kemudian mereka berdua keluar untuk menuju istana Kekaisaran, menyambut keluarga Airlea.
***
Istana Kekaisaran Almer khas dengan warna putih marmer dan emas yang indah. Airlea terkagum melihat pemandangan itu, sungguh. Melihat mansion keluarga Alverd saja sudah membuatnya terkagum apalagi istana Kekaisaran seperti ini. Ya, sejauh ini Airlea hanya pernah melihat bangunan lusuh tempat dia tinggal, wajar jika wajahnya bahagia sekedar melihat istana dan mansion yang masih beberapa persen saja dari keindahan dunia.
"Kamin memberi salam kepada cahaya besar Almer yang Agung."
"Bangunlah, Duke, Duchess Alverd."
Airlea menatap Kaisar Almer untuk pertama kali, sekedar curi pandang dan sungguh sosoknya begitu cantik dan gagah. Mirip seperti Beatrice.
Kereta kuda keluarga Airlea tiba, keluarga Kekaisaran Hedelgard. Yang datang hanya Cail De Farn, Federick De Farn, Adelia Heal De Farn. Ketiga kakaknya itu keluar dari kereta kuda dan memberi salam kepada Kaisar sekaligus keluarga Kaisar Almer. Sampai kemudian Adelia berlari memeluk Airlea seolah dia sangat mencintai adiknya.
"Oh, adikku," ujar Adelia histeris. Memeluk sembari menitikkan air mata palsu. Adelia menutupi wajahnya di balik ceruk leher Airlea.
"Berlaku sebagai keluarga harmonis, seperti yang seharusnya," ucap Adelia.
Airlea tersenyum kecut, kemudian dia membalas pelukan Adelia dan kepalanya diusap oleh Federick seolah dia adalah kakak laki-laki paling baik di dunia. Tersenyum lembut padahal Federick sendiri benci memegang rambutnya.
Sedikit Airlea melirik Cail yang menatapnya sendu. Ada apa dengan orang itu?
***
Setelah segala macam hal tata krama kerajaan Airlea akhirnya bisa istirahat di kamarnya. Dengan rambut yang sudah dilepaskan dari segala pernak-pernik. Airlea mulai merebahkan tubuh, tetapi ketukan pada pintu balkonnya membuat Airlea tersadar. Dia berdiri menatap ke arah pintu balkon. Cail ada di sana.
Airlea cepat menuju pintu balkon dan membuka pintu. Cail masuk kemudian menyebarkan sihir di sekitar kamar Airlea.
"Ada apa, Kak?" tanya Airlea yang ikut panik melihat mimik wajah Cail.
"Masih ada waktu, kau masih bisa kabur dari semua rencana ini, Lea," ucap Cail yang jelas sangat mengejutkan bagi Airlea.
***
Dari luar area kamar Airlea, jelas gadis cantik itu melihat sosok pangeran dari Hedelgard memasuki kamar Airlea. Segera Raicia berlari memasuki kediaman, menuju ke kamar Airlea untuk menguping tetapi Area kamar itu tertutupi sihir.
"Sial. Mereka pasti sedang merencanakan sesuatu."
***
Sedangkan di dalam kamar, Airlea menatap Cail bingung.
"Apa maksudmu, Kak?" tanya perempuan itu.
"Lea, kau masih bisa selamat. Di sisa waktu ini selamatkan dirimu. Kau hanyalah baru pijakan untuk mereka kau tahu itu bukan?"
Airlea diam. "Kenapa Kakak mendadak peduli padaku? Jelas dulu kakak selalu mengabaikan aku."
Airlea sadar dia hanya alat, tetapi dia juga sadar jika tubuhnya lemah sebab racun es itu, tidak ada yang bisa dilakukan selain menuruti atau dia akan disiksa hingga mati oleh Federick dan Gian. Tetapi, jika dia mengikuti hal yang diinginkan juga akan mati. Memang apapun pilihan Airlea dia akan mati, tetapi jika memilih berpihak pada Almer mungkin dia selamat, jadi itulah yang sedang Airlea lakukan untuk dirinya agar tetap hidup. Sebab, kabur adalah hal yang tak mungkin.
"Kita sama, tetapi kau masih punya kesempatan, sedangkan aku tidak. Kita batu loncatan, kita alat yang berbeda fungsi. Airlea, manfaatkan waktumu, aku akan membantumu bebas. Setidaknya dengan ini rasa bersalah ku hilang," tutur Cail.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...