Cahaya mentari yang masuk melalui celah jendela mengganggu tidur Airlea, alis perempuan itu menyatu saat deru napas hangat berembus meniup dahinya. Seketika dia membuka mata saat merasakan tangan kekar melingkar di pinggang. Airlea refleks mendorong tubuh Damiane hingga pria itu terjatuh dari ranjang."E? Di mana anak-anak?" tanya Damiane begitu sadar jika di kamar itu hanya ada dia dan Airlea saja. Tidak ada sosok Rysh dan Ash.
Airlea tak menjawab. Dia berjalan menuju pintu, membukanya lantas menatap ke arah Damiane seolah berkata; "keluar sekarang!"
Damiane terkekeh getir, pria itu berjalan keluar dari kamar Airlea. Tetapi, saat di depan pintu langkahnya terhenti karena dua orang yang dicari muncul. Rysh dan Ash sudah rapi dengan pakaian mereka.
"Ibu, sudah bangun?" tanya Rysh.
Airlea yang ditanya langsung menjawab dengan anggukan. Melihat dua anak itu berbicara dengan Airlea, Damiane memilih pergi ke kamarnya.
***
"Kapan kalian bangun? Kenapa tidak membangunkan Ibu? Kenapa tidak menyuruh Duke Alverd keluar?" tanya Airlea beruntut pada dua anaknya.
"Ibu tampak sangat nyenyak, apalagi Ibu baru pulih dari efek racun. Mana mungkin kami tega membangunkan Ibu?"
"Tapi Duke Alverd?" tanya Airlea.
Keduanya hening tak mau menjawab. Airlea menghela napas pasrah. "Sudahlah, kalian tunggu Ibu saja di luar. Ibu akan bersiap," ucap Airlea mengakhiri pembicaraan itu.
***
Ruang makan di kediaman Alverd. Airlea masih ingat benar setiap kejadian di sana dulu. Bagaimana Damiane merengek meminta makanan dan ... ah, tidak masa lalu itu tidak enak untuk diingat lagi. Ya, niatnya tidak ingin ingat tetapi dia kembali ingat karena sosok yang merupakan salah satu yang penting dalam ingatan itu ada di ruangan yang sama. Menanti makanan juga.
"Yang lainnya sudah selesai makan tadi ketika aku tiba di sini," jelas Damiane seolah mengerti jika Airlea yang terkejut membutuhkan alasan untuk tetap di ruang makan.
Rysh dan Ash duduk di kedua sisi Airlea seperti biasa. Sedangkan Damiane di kursi biasa yang ada di ujung meja.
Airlea melirik Damiane yang terus diam. Pria itu berbeda dari Raicia dan Beatrice yang terus meminta maaf setiap hari kepadanya dan terus menempel. Damiane kebalikannya, pria itu terus diam, dia hanya bertindak dan mengatakan sekali kata maaf.
Jam sarapan itu berjalan dengan lambat dan tenang. Usai makan tidak ada perbincangan antara Airlea dan Damiane. Hanya ocehan Rysh dan selingan Ash.
***
Siang ini Airlea berniat mendatangi kamar Ash dan Rysh, tetapi mereka tidak di kamarnya. Tepat setelah melihat putra-putranya tidak di kamar Airlea ingin pergi tetapi sebuah kertas di lantai kamar mengejutkannya. Kertas dengan tulisan latin yang hanya Airlea ajarkan pada Ash dan Rysh untuk menulis pesan rahasia di antara mereka.
"Keinginanku?" Airlea membaca judul pada kertas. Rasa penasaran membuatnya membuka lipatan kertas dan membaca sesuatu yang membuat hatinya tersentil.
"Ketika itu aku melihat 'ayah'. Iya, sosok ayah yang selama ini aku impikan. Aku tahu jika dia adalah orang yang sudah jahat kepada ibu, tetapi dia tidak seburuk itu. Ash pernah bertemu dan berlatih pedang dengannya, aku sedikit iri. Hanya sedikit. Ketika ibu dan orang itu bertemu, melihat mereka bersama meskipun ibu ketus, rasanya ada sesuatu yang membuat senang. Harapan kecil yang pernah aku buang, mendadak datang. Aku ingin keluarga yang utuh, tapi itu hanya harapan yang tidak mungkin karena aku juga tidak ingin ibu kembali terluka karena orang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...