Malam yang Berbeda

48.3K 5K 36
                                    


Aku menatap Damiane menunggu jawabannya, tetapi pria itu hanya diam sebelum kemudian menarik tanganku.

"Tidak sekarang," ucapnya tepat di depan wajahku, deru napas Damiane menyapu wajah. Pria itu dengan lembut mengecup singkat dahiku. Hanya dahi, padahal harapanku lebih, astaga.

***

Kami tiba di kediaman, begitu di depan gerbang, seseorang dengan gaun merah berdiri di dekat gerbang. Perempuan itu langsung berlari memeluk Damiane begitu pria tersebut turun dari kereta kuda. Seketika aku diam. Damiane tidak mendorong gadis itu karena dia tahu siapa yang tengah memeluknya demikian erat.

Beatrice, siapa lagi perempuan yang berani memeluk si Duke kejam ini?

Aku hanya diam menatap hal tersebut. Kemudian, tanpa minat lebih untuk sekedar mendengar atau mengawasi, aku beranjak. Tetapi, tanganku dicekal oleh Damiane yang menatap dalam dengan manik emeraldnya.

Senyuman lembut aku tunjukkan, perlahan menepis tangan Damiane. Kemudian melangkah pergi. Aku salah, niat hati ingin dekat dengan Damiane, merebut hati suamiku tapi malah menjauh dan tidak marah pada orang yang mendekati suami sendiri. Tapi, entah kenapa, pikiran dan hatiku seolah berkata padaku untuk pergi.

Suara ketukan pintu kamar terdengar, aku baru tiba di kamarku. Itu Amber, dia datang untuk membersihkan riasan. Aku tersenyum singkat.

"Nyonya, di luar——"

"Amber, aku tidak ingin membahas apapun sekarang," ujarku dengan suara dingin. Entahlah, aku merasa tidak nyaman membahas hal tadi.

Begitu riasan sudah dihapus, rambut yang semula tertata juga sudah tergerai, aku meminta Amber untuk pergi. Aku ingin sendiri, berkata ingin langsung tidur padahal tidak. Langkah kakiku berjalan menuju balkon kamar. Menatap keadaan malam itu, hatiku terasa aneh, ada hal yang mengganjal dan sesak.

Apalagi, dua sosok yang tampak akrab jelas terlihat dari atas balkon. Damiane dengan lembut mengusap air mata Beatrice dan dia juga membiarkan gadis itu bersandar di bahunya. Mereka ada di taman dekat kamarku. Rasanya, sangat aneh melihat mereka begitu, padahal wajar juga bukan? Sebelum aku datang, Beatrice sudah ada di kehidupan Damiane.

Mereka berdua yang duduk di taman tampak beranjak, Damiane berbalik dan tanpa sengaja melihatku. Seketika itu aku membuang wajah. Lantas masuk ke kamar. Mengunci pintu menuju balkon dan langsung mendekati ranjang.

"Airlea." Suara berat Damiane terdengar dari luar kamar. Aku tidak mau menyahut, menutup tubuh dengan selimut dan memejamkan mata. Tapi, pintu kamar terbuka. "Kau belum tidur aku tahu," ujar Damiane.

Terpaksa aku bangun. Menatap Damiane dengan tatapan malas. "Anda tidak menemani Tuan Putri lagi?" tanyaku.

Damiane mendekat. "Sejak kapan kau melihat kami?" tanya Damiane.

"Sejak Anda menghapus air matanya dengan penuh kasih sayang, memeluk, bahkan mencium keningnya, lalu Anda juga membiarkan Tuan Putri bersandar," kataku.

Damiane diam. Kemudian duduk menaiki ranjang dan tidur di sebelahku. Menyandarkan tubuh pada leher ranjang. Aku menoleh ke arah kanan di mana Damiane berada.

"Saya kira Anda tidak bisa bersikap baik kepada istri Anda. Jadi saat Anda mengecup kening saya tadi, saya rasa itu hal termanis yang pernah ada, ternyata tidak."

Kali ini kurasa Damiane menoleh, dan perlahan mendekat, detik di saat aku merasa ada pergerakan dari Damiane aku menoleh ke kanan dan saat itu juga, bibirku dan Damiane menyatu. Hangat dari bibirnya terasa nyata. Mataku membola seketika karena kaget, degup jantung yang entah milik siapa terdengar kencang. Aku segera menjauh, menatap ke arah kiri. Malu, aku malu. Tidak menyangka jika Damiane akan melakukannya.

TBC

DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang