Airlea diam menatap Cail, sesaat kemudian dia tersenyum."Sejak awal aku memang ingin lepas dari semua ini, tetapi kabur selalu menjadi opsi yang sulit untuk dilakukan," ujarnya pada Cail.
"Aku akan membantumu, itu tidak akan rumit Lea."
"Tapi aku sudah memutuskan, aku tidak akan kabur ke manapun. Aku akan di sini, di Almer. Bersama suamiku. Aku akan berada di pihak Almer," ungkap Airlea.
Jelas Cail terkejut, dia menatap adiknya tidak percaya ingin berteriak kencang tetapi Cail tidak seharusnya melakukan itu sebab sekarang ia sedang meyakinkan dan berusaha merebut kepercayaan adiknya. Kepercayaan yang selama ini tidak pernah ada untuknya.
"Apakah kau yakin jika di Almer semua akan baik-baik saja? Apa kau yakin orang-orang di Almer benar menerimamu?"
Airlea tersenyum sekali lagi. "Selama ini aku merasa di sini lebih baik daripada di Hidelgard kakak. Cinta dari adik ipar, para Ksatria, pelayan, terutama suamiku. Tidak ada yang sempurna seperti sekarang," ujarnya.
Meskipun begitu, Cail tidak percaya dengan kemulusan hidup adiknya di sini. Sedang di Hidelgard saja dia seperti pelayan, yang jelas dia seorang putri. Tapi di sini dia diperlakukan baik? Padahal dia putri musuh.
"Kau yakin mereka tulus?"
Pertanyaan Cail berhasil meruntuhkan senyuman Airlea. Perempuan itu menatap kakaknya yang bertanya demikian. Cail terus menanti jawaban Airlea. Sampai kemudian adiknya mengangguk mantap. "Mereka sangat tulus," ujarnya. Tetapi, padahal di dalam hati Airlea tengah muncul celah hitam yang mempertanyakan hal sama.
***
Sejauh ini Airlea hanya memikirkan tentang rencananya, sampai dia sendiri lupa bagaimana orang sekitarnya apakah benar tulus? Airlea berpas-pasan dengan Raicia yang terkejut dengan hadir Airlea.
"Lea? Kau mau ke mana?"
"Perpustakaan," jawab Airlea.
"Aku ikut denganmu!" seru Raicia.
Airlea tersenyum lembut, kemudian merangkul Raicia untuk berjalan menuju perpustakaan.
Setibanya di perpustakaan Airlea mengambil buku yang hendak dibacanya. Ketika itu dia sadar tentang satu hal, Raicia terus mengamatinya.
"Ada apa Cia?" tanya Airlea yang membuat gadis itu tersadar dan berkedip beberapa kali. Dia tampak gugup menanggapi pertanyaan sederhana itu.
"Aku bosan dengan buku. Bagaimana jika kita melihat Damiane latihan?"
Airlea yang tengah memilah buku langsung terdiam. Melirik adik iparnya singkat sampai kemudian mengangguk.
***
Tujuan Raicia membawa Airlea ke tempat latihan hanya untuk mengalihkan perhatian perempuan itu serta melaporkan kejadian yang baru saja dia lihat.
Setibanya di lokasi latihan. Airlea yang sibuk membagikan buah apel ke para ksatria menjadi celah bagi Raicia untuk berbicara dengan Damiane.
"Kak," panggil Raicia.
"Hem?"
"Cail dan Airlea bertemu tadi di kamarnya. Dan sekitar kamar dititupi oleh sihir. Sehingga aku tidak bisa mendengar apapun," tutur Raicia.
Damiane hanya diam dan menatap kedatangan sang istri dengan sebuah apel paling ranum diantara apel lain.
"Ini," ujar Airlea.
"Lea, saat senja aku ingin kita bicara berdua di tempat biasa. Bisa?" tanya Damiane.
Dengan cepat Airlea mengacungkan jempol dan tersenyum. Seketika itu Raicia ikut tertawa, tawa palsu yang sering ditampakkan. Sejenak kepalanya memikirkan sesuatu tentang Airlea.
'Sandiwara Airlea sangat bagus. Dia selalu tertawa dan tersenyum seolah itu semua tulus.'
Jika saja Raicia tahu, jika sandiwaranya akan mematahkan hati yang selama ini tulus menyayanginya sebagai seorang adil.
***
Senja tiba, seperti yang dijanjikan Airlea tiba di lokasi yang dikatakan Damiane. Tempat rahasia, Damiane belum datang. Tadi, sengaja Airlea datang lebih cepat hanya untuk menikmati pemandangan indah, sekedar bius untuk menghilangkan rasa lelah dan takut.
Hari itu, detik itu, Airlea memutuskan jika dia akan mengatakan yang sejujurnya. Mengungkapkan dia ada di pihak siapa, untuk berlindung dari kematian.
"Lea? Kau sudah di sini?" Suara itu menginterupsi Airlea. Dia berbalik menatap sang suami dengan kemeja putih dan celana hitam. Baru selesai latihan.
"Jadwalmu padat tetapi kenapa selalu mencari waktu untuk bertemu? Apakah sepenting itu?" tanya Airlea dengan suara lembut.
"Ya, ini sangat penting," tegas Damiane.
Airlea refleks menoleh. Menatap mata Emerald Damiane. Mencari kejujuran dan ketulusan tetapi netra emerald itu teramat dahal tanpa gerak dan kepastian sehingga Airlea mengalihkan pandangan, dengan dalih dalam hati, mungkin karena Damiane memang orang yang dingin.
"Aku mencintaimu," ujar Damiane yang seketika membuat Airlea kaget bukan main. Dia menatap Damian sekali lagi. Memastikan apakah tidak ada yang salah dengan kalimat barusan.
"Aku mencintaimu, mohon tetap di sini," ucapnya lagi.
Airlea tidak pernah menyangka hal ini, dia begitu senang dan terharu sebab cintanya terbalas, dan rencananya berhasil. Sangking senangnya Airlea sendiri menangis. Air mata perempuan itu jatuh tanpa disangka. Dia langsung memeluk Damiane erat, sedangkan pria itu diam mematung karena bingung melihat sang istri menangis hanya karena kalimat tipuan itu.
TBC
Haa, tadi malam niat double up. Tapi tetidor😌
Maap yee, wee. Soalnya kalau dah pulang kerja tuhh otak males mikir. Bukan otak, tapi jangan males ngetik. Jadi, aku dah putuskan kalau mau double up harus ngetik di tempat kerja. Ya jam siang menjelang sore gini wkwk.
Semoga suka, jangan lupa vote komen.
Oh iya, boleh nanya sesuatu? Pembacaku yang baik hati. Kalian tinggal di kepulauan apa nih?? Aku mau tau wkwk. ❤✨
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasía*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...