Aku takut, aku takut untuk keluar dan bertemu orang-orang berwajah palsu. Bagaimana dengan mereka? Pasti akan menghinaku lebih daripada saat di negara sebelumnya.Dandanan sudah diselesaikan oleh Amber, gadis tersebut tersenyum puas sembari memberikan sentuhan terakhir pada bibirku. Setelahnya barulah aku berdiri, gaun merah muda yang aku kenakan jatuh ke lantai. Bahannya ringan, meski tetap repot kalau di pakai. Tapi, gaunnya indah. Aku sendiri mengagumi desainnya.
Perlahan aku melangkah keluar, tertegun saat melihat sosok Damiane dengan pakaian putih yang sedikit terdapat warna merah muda juga. Itu manis dikenakan olehnya. Aku tersenyum geli, bukan keputusanku memilih pakaian pasangan ini, tapi Raicia. Dia sendiri yang memilihnya untukku dan Damiane.
"Ayo," katanya mengulurkan tangan.
Sekilas aku tersenyum dan menerima uluran tangan berlapis sarung tangan itu. Tangan Damiane yang ukurannya jauh lebih besar dariku. Sangat nyaman untuk digenggam.
***
Kami tiba di lokasi, Count Agry. Begitu memasuki aula seluruh tatapan tertuju pada kami. Mereka pasti penasaran, bagaimana tampang istri dari seorang Duke perkasa dan tampan seperti Damiane.
Banyak sekali gadis cantik di sana. Menatap kagum ke arah Damiane meskipun dia sudah punya aku. Tak sedikit juga yang menatap sinis ke arahku. Aku hanya bisa tersenyum. Tetap memasang wajah palsu.
"Tuan Duke, astaga aku tidak menyangka Anda benar datang," ujar Count Agry, seorang pria setengah baya dengan rambut pirang datang menyapa. Di sebelahnya sosok gadis cantik dengan tubuh lebih tinggi dan lebih ideal dariku tersenyum ke arah Damiane.
"Aku tidak akan melanggar ucapan sendiri," sambut Damiane.
"O-oh, perkenalkan, ini putriku Rania Agry," ucap Count Agry.
Aku menghela napas kasar, pria tua ini mengenalkan anaknya pada Damiane, seolah tidak tahu jika aku adalah istrinya. Padahal jelas aku ada di sebelah Damiane.
Damiane melepaskan gandengan kami. Saat itu hatiku berdesir. Mendongak menatap Damiane yang tatapannya lurus ke depan.
"Dia istriku, Airlea Filonwy De Farn," katanya memperkenalkanku sembari merangkul mesra.
Haha, lo rasain noh pelakor. Nggak punya malu banget, begitu ujarku dalam hati. Sangat senang pastinya bisa melihat wajah Rania yang kesal.
"Ah, Tuan Duke. Mari kita berdiri di sana, Wine selalu menjadi teman terbaik untuk berbicara," kata Count Agry pada Damiane.
Keduanya pergi meninggalkan aku dan Rania. Gadis itu awalnya tersenyum dan tampak ramah saat Damiane masih dekat. Tapi begitu sosok ayahnya dan Damiane menghilang sempurna di tengah keramaian. Sosoknya langsung muncul.
"Di negara ini, seorang suami yang belum bermalam dengan istrinya, masih bisa mencari istri lain untuk melakukan malam pertama. Jika malam pertama dilakukan dengan istri kedua, maka istri pertama harus pergi," tutur Rania sombong. Dia kemudian membusungkan dada besarnya padaku. Menunduk memamerkan keindahan tubuhnya. "Anda, masih bisa tersingkirkan, jadi jangan merasa menang."
"Ekhem." Suara itu mengejutkan aku dan Rania. Gadis berambut pirang itu seketika berdiri tegak dan aku menoleh ke belakang.
Damiane? Kapan dia datang?
Pria itu lantas menarikku setelah izin kepada Rania. Membawaku menuju suatu tempat, terasing di lokasi. Yaitu balkon.
Gerald menutup pintu menuju balkon. Dia kemudian mendekatiku. Mengusap puncak kepalaku lembut. Aku tentu kaget, seorang Damiane mengusap puncak kepalaku? Asal jangan sampai nanti endingnya dipenggal sajalah, 'kan tidak lucu.
Aku tersenyum canggung. "Beruntung Anda datang tepat waktu," ujarku.
"Kau tidak nyaman 'kan? Aku juga," katanya.
"Saya tidak suka pesta," lirihku.
Damiane menoleh, menatapku. Tatapan kami bertemu kemudian Damiane menganggukkan kepalanya seolah berkata; "sama."
"Anda menghadiri ini karena Count Agry adalah rekan bisnis Anda dan Anda hanya menghormati beliau, iya bukan?"
"Ya. Aku ingin cepat pulang."
Melihat Damiane yang seperti ini membuatku berpikir jika dia adalah anak kecil yang benci keramaian yang merengek padaku untuk pulang.
"Tuan," panggilku. Damiane menoleh ke arahku. Dengan tatapan menanti kalimat berikutnya.
"Kapan kita akan benar menjadi suami istri?" tanyaku yang sebenarnya itu pertnyaan frontal yang mana aku juga kaget berani mengatakan hal itu. Gila memang, tapi aku ingin membuat Damiane jatuh sepenuhnya kepadaku dan menjamin jika aku tidak akan mati di sini.
TBC
Hy guys, ternyata aku bisa sehat lebih awal. Lukaku udah sedikit membaik, jadi aku mulai nulis lagi. Udah gatel soalnya, semoga suka dan buat yang nunggu, Terima kasih udah sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...