Penjara tempat Airlea ditahan mendadak ramai teriakan dari perempuan itu."Aku tidak bersalah! Aku bukan pelakunya! Hei! Lepaskan aku! Aku tidak mau mati!" teriakan itu terus terdengar hingga waktu eksekusi. Airlea memberontak sembari menangis seperti orang gila.
Di hadapan semua orang dia memohon bantuan. "Kakak! Tolong aku! Bukan aku! Aku bukan pelakunya!" teriak perempuan tersebut pada Federick, tetapi pria dengan rambut blonde itu hanya melengos. Dia hanya menatap lurus tanpa rasa bersalah.
Raicia yang ada di tempat duduk bangsawan heboh mencari sosok Damiane yang tak kunjung tampak. Sedangkan di kursi perwakilan Hidelgard tiga kursi kosong. Hanya diisi oleh Federick seorang.
Ada yang aneh. Raicia kemudian menatap kembali sosok perempuan yang akan dieksekusi. Lonceng berbunyi. Di hadapan semua orang sosok Airlea akan dieksekusi.
Sang kaisar mulai menghela napas, dengan perasaan tak enak dia melemparkan kain putih sebagai tanda yang akan membuat pisau besar yang semula menggantung jatuh memotong leher pelaku.
"Hah!"
"Apa yang terjadi?!"
"Itu bukan sang Duchess!"
"Dia putri! Putri Hidelgard!"
Bisikan para rakyat yang datang menonton terdengar campur aduk. Tetapi, suara mereka hanyalah hening yang melengking bagi Federick. Dengan mata terbelalak dia melihat semua ini nyata.
"Adelia!" teriak Federick yang langsung tergopoh-gopoh berlari menuju tempat eksekusi, tetapi sebelum sampai ksatria Almer menahannya.
Sang kaisar tersenyum. "Putri kesayangan," ujarnya. Dia berjalan mendekati Federick yang kesal dan sudah menangis. "Ck, ck, ck, pangeran terhormat. Sang penyelamat, menangis? Itu tidak cocok untukmu Federick!"
Wenderain tersenyum, dia kemudian menatap lagi Federick, menarik rambut pemuda itu dan mengarahkan wajahnya untuk melihat kepala Adelia yang terpenggal. "Rencana kami memang membunuh putri kesayangan, beruntung seseorang memberitahu kebenarannya sebelum benar-benar terlambat."
"Kalian licik! Kalian licik! Hidelgard akan menghancurkan kalian semua!"
Wenderain tertawa keras. "Almer yang akan menghancurkan Hidelgard, bukan Hidelgard yang menghancurkan Almer. Maaf, tapi rencana kalian gagal," bisik Wenderain, tangan yang semula menggenggam rambut Federick keras dilepas dengan kasar. Wenderain menyuruh para ksatria untuk membawa Federick ke tempat aman, sebagai ancaman.
"Bungkus kepala putri kesayangan mereka, hadiahkan dengan bentuk paling indah yang pernah ada!" titah Wenderain.
***
Sebelum fajar menyingsing. Airlea duduk di dalam penjara dengan gaun lusuhnya. Dia menatap ke arah tembok dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang ke kejadian besok. Di mana tepat fajar awal dia akan mati. Tak ada kebahagiaan dan kasih sayang.
"Goblok banget, sih! Jadi gagal 'kan! Hidup bahagia kagak, mati iya," gumam Airlea.
Tuk, tuk, tuk.
Suara sepatu pantofel mengakhiri pikiran itu. Airlea menoleh mendapati seseorang dengan pakaian perang lengkap dengan penutup kepala."Ah, persiapan eksekusi, ya?" tanya Airlea enteng. Dia berdiri mendekati jeruji, pria itu sedang fokus membuka gembok dan kemudian membawa Airlea keluar.
Ketika baru keluar dari sel, sosok lain dengan pakaian perang yang lengkap mirip seperti pria yang membuka sel datang. Beda dua orang ini hanya pada warna jubah yang satu pasukan serigala dengan latar putih dan satu pasukan harimau dengan latar cokelat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasía*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...