"Lea, selamat untuk pernikahanmu, ya!" Gadis berambut pirang yang duduk di seberang meja itu tersenyum ceria."Terima kasih, Kak," sahutnya, gadis berambut putih kebiruan dengan senyuman kecil.
"Apa kau tidak bahagia, Nak?" Si pria tua yang duduk di ujung meja makan bertanya dengan lembut.
'Hentikan kebohonganmu Pak Tua, aku lelah,' cibir Airlea dalam hati. Cengkeraman pada sendok dan garpu semakin erat.
Sejenak gadis itu menunduk, sebelum kemudian mengangkat wajahnya dan tersenyum ceria. "Saya bahagia, Ayah!"
Lantas senyum semua orang terlihat. Tentu saja, karena pion utama akan maju sekarang. Tiga kakak laki-laki dengan rambut pirang, dan satu kakak perempuan, keluarga ini sangatlah harmonis di mata semua orang yang melihat, di mana keluarganya tak membedakan si anak haram yang terkutuk karena racun es.
Akan tetapi, bagi Airlea, keluarganya sangatlah luar biasa munafiknya. Kakak kedua, Federick De Farn, sebenarnya adalah pelaku yang meracuni Airlea, tetapi orang mengenalnya sebagai pahlawan yang sudah menyelamatkan nyawa si putri terlantar. Kakak sulung, Gian De Farn, psycho yang selalu menyiksanya kalau gagal melakukan sesuatu, Cail De Farn si pemuda keras kepala yang mungkin menjadi satu orang yang agak peduli dengannya, meskipun perhatian penuh itu untuk Adelia Heal De Farn anak bungsu sebenarnya di keluarga ini.
Kaisar yang ambisius dan selalu bersikap munafik, semua perhatian palsu, yang menekan hati Airlea. Sedangkan sang permaisuri, perempuan itu adalah orang yang tidak pernah menganggap kehadiran Airlea.
"Pernikahan akan diselenggarakan seminggu lagi, gaunmu juga sudah di tempah pada penjahit terbaik Kekaisaran, lalu semua dekorasi sudah ditentukan konsepnya, pernikahanmu pasti akan meriah, Lea." Adelia yang menjadi penanggung jawab pernikahan Airlea, Adelia menjadi yang paling semangat karena parasit kehidupan kerajaan tengah akan hilang, ditumbalkan sebagai peralihan.
"Aku masih tidak bisa menerima putri kerajaan kita akan menikahi Duke gila itu," celetuk Cail.
Tatapan tajam langsung tertuju ke arah pemuda itu. "Kenapa? Aku salah? Bagaimanapun juga Lea adalah putri kerajaan tengah ini, 'kan?"
Airlea hanya diam. Ia malas berbicara, toh ia juga tidak tahu harus membalas apa. Airlea paling tidak bisa berdebat, bahkan setiap kali dibawa Adelia ke pesta bangsawan pun Airlea malas untuk meladeni jikalau ada yang mengajaknya ribut. Airlea memilih menjauh dari keributan tak berarti.
***
"Airlea," gumam gadis berambut putih kebiruan itu di depan cermin. Tangan mungilnya mengusap rambut tak biasa itu.
Rumor aneh menyebar jika siapa saja menyentuh rambutnya akan mati atau menjadi aneh sepertinya. Hingga sampai sekarang tidak ada pelayan yang mau menyisiri atau menghiasi rambutnya kalau pun ada acara. Jadi, di pernikahannya sekarang pun ia menghiasi rambut sendiri.
Namun, hal ini tak menjadi masalah besar. Tiga tahun tinggal di dunia novel tidak membuatnya menyerah begitu saja. Tatapan penuh semangat berubah menjadi murung.
"Sebenarnya, untuk apa aku bertahan di sini? Akhirnya juga aku akan mati, alur cerita aku ikuti dengan baik, lantas apa aku juga akan membunuh si putri negeri barat itu?" Airlea bermonolog dengan tatapan lurus menatap dirinya.
Kisah kehidupan tokoh Airlea memang mirip dengan kehidupan lalu wanita itu. Sama-sama mati di tangan suami, sama-sama menikah karena untuk keuntungan orangtua. Yang berbeda mungkin hanya satu, cara mati mereka. Jika Airlea mati dengan satu hunusan pedang, wanita itu di kehidupannya mati karena siksaan sang suami.
"Hah! Tidak tahu kapan kebahagiaan akan datang, intinya jalani saja."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]
Fantasy*Bukan Novel Terjemahan* *Karya orisinil* *Yang plagiat bisulan lima tahun* [29/12/22 (2# in Atagonis)] [30/12/22 (#9 in Fantasi)] [30/12/22 (#1 in Tragedi)] [31/12/22 (#2 in fantasi)] [31/12/22 (#1 in Putri)] [1/1/23 (#1 in Duke)] [1/1/23...