Sandiwara Menjadi Nyata

49.3K 5.5K 81
                                    


Pagi hari tiba, cahaya mentari menembus kain penutup jendela. Airlea yang terbaring langsung bangun kala suara ketukan pintu yang sopan masuk ke dalam telinganya. Airlea membuka mata, seketika sosok Damiane yang masih terlelap membuatnya tersenyum, tangan mereka saling bertautan.

"Nyonya, Tuan Putri di sini."

Airlea tertegun. Untuk apa si putri mencarinya di pagi hari seperti ini?

Semula perempuan berambut putih itu memang kesal. Tetapi kemudian dia memiliki sebuah ide, Airlea berjalan menuju meja rias, mengambil pernah pipi dan dioleskan di beberapa bagian lehernya. Kemudian sedikit mengacak-acak rambut.

"Aku akan segera datang!" teriak Airlea. Setelahnya perempuan itu berjalan menuju pintu dan membukanya. Cengengesan seolah sedang canggung, menarik kerah gaun tidur seolah berusaha menutupi tanda merah di lehernya. Melihat itu wajah Beatrice yang semula bahagia langsung datar.

"Ah, aku mengganggu ya?"

Secepatnya Airlea menggalang. "Tidak, Yang Mulia."

"Aku, ke sini karena ingin mengatakan sesuatu, tetapi ...." Beatrice sekilas mengintip ke dalam kamar yang ranjangnya berserakan dan Damiane masih pulas tertidur. Sungguh, Damiane sebelumnya tidak pernah sepulas itu saat tidur. "Dia masih tidur, nanti saja kita bicara di tempat makan."

Airlea mengangguk dan tersenyum. Setelah itu barulah Beatrice pergi. Airlea tersenyum puas, tadi malam Damiane berkata jika dia terpaksa mengizinkan Beatrice untuk menginap sebab dia baru saja terkena masalah dengan ayahnya. Karena tidak ingin dinikahkan dengan anak ketiga dari Kerajaan seberang yang artinya itu adalah kakak ketiga Airlea.

Setelah Beatrice pergi, Airlea masuk dengan wajah tersenyum senang.

"Kebohonganmu sangat sempurna istriku." Suara berat khas bangun tidur milik Damiane membuat Airlea yang berjalan menuju meja rias untuk menghapus rona merah di lehernya tertegun. Perlahan Airlea berbalik mendapati Damiane tersenyum jahil ke arahnya.

"He-hei! Tuan, ada apa dengan senyuman Anda itu, hum!" seru Airlea tak senang. Dia mengarahkan kapas yang mau digunakan untuk menghapus rona merah.

Wajah Airlea sudah memerah tanpa harus diberi perona. Damiane terkikik melihat itu, sedang Airlea yang malu tidak bisa melihat senyuman manis Damiane itu.

Damiane mendekati Airlea. Saat sudah berhadapan sengaja pria itu menyamakan tinggi mereka dan kemudian dia menghisap leher Airlea hingga meninggalkan bekas di sana, bekas yang sebenarnya.

"Astaga!" Amber yang memasuki kamar untuk membantu Airlea mandi terkejut. Dia langsung menutup pintu kembali dengan wajah kaget.

"A-amber!" teriak Airlea yang berlari keluar menghampiri Amber, memeluk gadis itu untuk menyembunyikan wajahnya yang kian memerah dan jantung yang tak karuan. "Tadi malam saja dia begitu, membuatku sakit hati hati sekarang malah membuatku hampir sakit jantung," gerutu Airlea.

Damiane tersenyum kecil melihat tingkah istrinya yang manis. Dia berjalan keluar dengan senyuman itu dan tentu membuat Amber kaget. Damiane tidak pernah tersenyum sebelumnya, bahkan saat bersama Raicia. "Cepatlah mandi dan masak untukku," ujar Damiane menghampiri Airlea yang ada dipelukan Amber sembari mengusap puncak kepala istrinya itu.

***

Airlea yang sedang memasak di dapur sibuk menutupi lehernya. Dia memakai syal bulu di dalam dapur hanya untuk menutupi bekas yang dibuat Damiane. Entah sudah berapa orang yang bertanya tentang pakaian aneh Airlea hari ini dan ketika di meja makan Raicia adalah orang kesekian yang bertanya.

"Lea, kenapa kau memakai syal bulu begitu?" tanya Raicia dengan wajah polos.

Airlea yang sudah hampir lupa kembali ingat akan kejadian pagi ini. Beatrice yang ada di sana hanya tersenyum kecut melihat itu.

Tak lama kemudian, Damiane datang. Beatrice langsung menyambut dengan senyuman. "Damiane, hari ini masakan di kediaman masakan kesukaanmu, lihatlah," ujar Beatrice semangat.

Damiane mengangguk. Kemudian dia melirik Airlea dan sepiring masakan yang sudah dimasaknya.

Damiane duduk, dia langsung menarik sepiring rendang dengan rempah seadanya yang dibuat Airlea. Kemudian mengambil sedikit 'makanan favoritnya' yang disodorkan Beatrice. Memakan keduanya dalam satu piring yang sama. Tapi kemudian, di suapan pertama Damian terhenti, dia menatap sang istri yang menanti reaksi atas makanan baru itu.

"Enak." Damiane berkata singkat sembari menyerahkan piringnya ke Airlea.

Semula Airlea sedih, apa mungkin Damiane tidak suka rasa rempah? Dan mungkin kata enak itu hanya untuk menghiburnya. Lantas, Damiane yang kesal dengan istri yang tidak peka melebarkan mulutnya.

"Suapi aku," katanya.

Airlea langsung mengerti dan tersenyum. Raicia yang biasa melihat itu hanya bisa merotasi mata karena bosan. Sedangkan Beatrice diam-diam tersenyum canggung.

TBC

DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang