Aku Mencintaimu

61.4K 5.8K 141
                                    


Damiane menatap sosok Beatrice yang diam saja di hadapannya. Sungguh, Damiane sendiri tidak mengerti kenapa dia masih di sini. Kakinya sudah hendak bergerak meninggalkan Beatrice untuk mendatangi istrinya yang sedang duduk bersama Raicia. Namun, gerakan itu terhenti saat suara Beatrice keluar.

"Ayah," katanya yang membuat Damiane langsung terkesiap. "Ayahku ingin aku bertanya padamu kapan kau akan meresmikan pernikahan ini," ujar Beatrice lagi.

Seketika Damiane tertegun, menatap Airlea. Perempuan itu kecil dan tampak pucat. "Saat Airlea sudah sehat. Aku akan meresmikan hubungan kami," jawab Damiane tanpa ragu.

Hal itu membuat Beatrice yang ada di hadapannya diam-diam meremas tangannya. Hati Beatrice agak sesak, tetapi dia tersenyum dan kemudian beranjak dari sana dengan wajah tenang.

"Kau ingin menyusul istrimu bukan?" tanya Beatrice menatap dua perempuan yang sudah keluar dari rumah kaca.

Damiane membungkuk hormat. Mengantar Beatrice kembali ke keretanya, sebelum kemudian dia berjalan masuk menuju tempat Airlea berada.

***

Sirleaf terlihat tengah berada di depan jendela kamarnya. Menatap ke arah luar sembari sesekali melihat Camelia putih di dalam vas yang terletak di dekat jendela besar itu. Dia terus merancang rencana untuk bertahan hidup dalam otaknya sambil bergumam menyanyikan lagu Super Junior berjudul Mr. Simple. Dia begitu terlarut dalam pikir sampai tidak menyadari hadir pria tegap di belakangnya.

"Ah, Tuan Duke? Anda di sini? Ada apa?" tanya Airlea bertubi-tubi. Dia gugup sebab mendadak sosok Damiane ada di belakangnya. Dengan wajah terkejut.

Dia pasti sangat terkejut mendengar nyanyian Airlea. "Mampus, aku barusan nyanyi lagu Super Junior, mana paham nih orang, ini aku nggak dipikir gila, 'kan ya?" gumam Airlea sembari mencubit diri.

Damiane menatap Camelia yang ada di vas bunga. Wajahnya datar dan mendekati bunga tersebut. Kemudian menatap Airlea lagi. Camelia putih yang indah itu kemudian ditinggalkan Airlea. Dia berjalan menjauh dari Damiane.

Damiane tanpa kata duduk di sofa ruang kamar Airlea. Menatap Airlea seolah menyuruhnya untuk turut duduk juga.

Perempuan berambut seputih salju itu duduk di sisi Damiane. Posisinya gugup.

"Aku akan di sini malam ini."

Perkataan Damiane membuat Airlea semakin gugup dan kaget. Perempuan itu tersenyum bahagia kemudian. Kesempatannya datang. Untuk mengambil hati Damiane dan mengubah kehidupan.

"A-aku ...." lirih Airlea.

"Kenapa?"

"Aku agak gugup saat bersamamu." Begitu jawaban Airlea yang membuat Damiane diam.

Tak lama kemudian, pria itu beranjak.

"Anda mau ke mana?" cegah Airlea. Sedikit panik. Ini tidak sesuai perkiraannya.

"Pergi. Sebab kau masih tidak nyaman bersamaku," jawabnya.

Airlea tertunduk, memainkan jemarinya. "Sebenarnya aku bukan gugup tanpa alasan," cicit Airlea.

Pria berambut hitam itu masih diam di ambang pintu. Menanti alasan sang istri.

"Aku gugup karena aku mencintaimu."

Seperti sengatan listrik yang mengejutkan dan membuat Damiane merasakan sensasi panas dingin. Kalimat itu sangat ajaib, sampai membuat pria bertubuh tegap tersebut mendekati sang istri.

"Apa?"

Airlea dengan kepala tertunduk mengulangi kalimatnya. "Aku jatuh cinta pada Tuan Duke saat pertama melihatmu."

Perempuan itu memberanikan diri mendongak. Menatap sosok Damiane yang sudah menatapnya intens. Mencoba mencari kejujuran dari netra Magenta istrinya.

"Hahh, istirahatlah. Aku akan kembali sebentar lagi," tuturnya yang berjalan keluar dengan langkah cepat.

Airlea tak menyadari sesuatu yang ganjal dari sang suami saat itu. Dia hanya merasa sedikit lega karena rencananya sudah terjadi. Hingga dia tak sadar jika daun telinga sang suami sedikit memerah.

***

"Setelah ini aku ngapain? Mepet si Damiane? Kalau dipepet dia nggak bakalan bunuh aku, 'kan ya? Aneh aja, kalau niat bikin dia bucin untuk bertahan hidup malah bikin aku mati lebih cepet," gumam Airlea di balkon kamarnya. Perempuan tersebut sekarang belum juga tidur. Dia dengan gaun tidur berdiri memegang pagar balkon sembari mendongak menatap jutaan bintang yang bersinar terang.

Sangat indah. Airlea tak pernah melihat pemandangan malam seindah ini. Dia hanyut dalam pemandangan indah tersbeut sampai tidak sadar Damiane tiba di belakangnya.

"Kau belum tidur?"

Airlea terkejut, dia yang terus mendongak mendadak mengalihkan tatap dan itu membuat tubuhnya sedikit tidak seimbang. Perempuan itu oleng dan ditangkap oleh suaminya. Bukan tangan yang ditarik kemudian jatuh ke dalam pelukan. Tetapi, Damiane menarik belakang kerah gaun tidur Airlea membuat perempuan itu tercekik.

"Hei!" Teriak perempuan itu, seketika Damiane sadar, dia menegakkan kembali tubuh istrinya dan melepas pegangannya pada kerah belakang Airlea.

"Anda ingin berbuat baik, tetapi caranya salah. Saya bisa terbunuh jika tidak cepat dilepas, saya 'kan masih belum punya anak. Saya belum siap untuk mati," gerutu Airlea.

Jika saat itu Damiane tengah minum. Mungkin Damiane yang akan mati karena tersedak sebab mendengar kalimat Airlea yang begitu ringan diucapkannya.

TBC

Publish: 8-12-22
Revisi: 3-1-24

DO YOU HATE ME DUKE? [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang