53 - ikhlas

14.2K 660 40
                                    

Hayolohhhh....
Wkwkwk

Happy reading!!

_________________________

Lima hari berlalu sejak Angga kehilangan calon anaknya bersamaan dengan kakeknya. Sekarang kondisinya sudah lebih baik dari kemarin. Namun, yang membuatnya khawatir adalah Ara. Sejak ia pulang dari rumah sakit tidak pernah berkata apapun, hanya mengangguk dan menggeleng.

Sejak kejadian Ara meminta izin tak masuk sekolah, hanya Angga yang masuk karena sebentar lagi akan ujian jadi harus mendengar informasi yang ada di sekolah.

"Ara makan ya? Aku suapin" Angga menawari bubur buatannya yang dia genggam sejak 10 menit yang lalu, dan belum sama sekali di makan oleh Ara.

Ara menggeleng, "Ara makan dong, kamu dari semalam belum makan" tawar Angga lagi.

Ara menatap mata Angga dalam, ia kembali meneteskan air matanya, "hei? Kok nangis, jangan nangis lagi oke?"

"Jangan ikut nangis Angga! Lo gak boleh buat Ara tambah sedih." Batin Angga.

Angga menghapus jejak air mata yang ada di pipi Ara, "udah ya? Makan dulu, nanti klo kamu mau cerita cerita aja sama aku. Sayang tau buburnya aku buat sendiri." Bujuk Angga.

Ara menatap sendok yang dipegang Angga, lalu membuka mulutnya. Angga tersenyum akhirnya ia berhasil membujuk Ara setelah 13 menit.
Menyuapi Ara hingga habis, "kak Angga, Ara mau minum."

Ara berkata membuat Angga tersenyum, langsung memberikan Ara segelas air.

"Kak Angga jangan sedih ya? " kata Ara.

"Harusnya aku yang ngomong gitu sama kamu ra, kamu gak boleh sedih terus. Aku khawatir tau gak kasihan sama aku?" Balas Angga mengelus kepala Ara.

Ara menyenderkan badannya pada Angga, "maafin Ara"

Angga menggeleng "gak perlu minta maaf sayang, disini gak ada yang salah, kamu ataupun aku"

"Semua orang akan mengalami kematian right? Tak mandang umur ataupun apalah itu, Jadi kita belajar dari pengalaman kemarin aja" lanjut Angga.

"T-tapi dede bayi Ara kasian. Kata dokter baru dua minggu, Ara aja belum nyadar kedatangan dia langsung pergi" ucap Ara sesekali mengelap Air matanya di baju Angga.

"Harusnya ngucap salam dulu kek, apa kek" lanjutnya.

"Gak papa, bukan rejeki kita. Nanti kita bisa bikin lagi kan? Jadi jangan khawatir, stok aku banyak" kata Angga mencoba menghibur lawakannya yang garing.

Ara memukul dada Angga, "kak Angga mah gitu ih, orang lagi sedih malah bercanda."

"Hihihi... yang penting kamu gak sedih apapun kulakuin ra"

"Bener ya?" Tanya Ara.
"Iya sayang, yaudah kamu istirahat aja."

"Kak Angga gak belajar? Lusakan kak Angga ujian akhir" tanya Ara sekaligus mengingatkan.

"Percuma ra aku belajar sekarang, ntar pas hari h juga lupa, percumakan?" kata Angga.

"Ih kak Angga jangan gitu, belajar gak! Katanya mau dengerin perkataan Ara. Ara temenin, nanti kalo ada yang kak Angga gak tau tanya Ara aja" Angga menghela nafasnya.

"Yaudah yok, ajarin aku kalo kamu bisa. Hahah, kamu kan masih adek kelas aku ra kalo kamu lupa" kata Angga meremehkan Ara.

"Kak Angga jangan pandang enteng Ara yaa, gini-gini Ara murid kesayangan guru di sekolah loo" kata Ara menyombongkan diri.

"Iya deh iya suka hati Ara ajaa" balas Angga.

Mereka pun pergi keruang tamu, untuk belajar Angga yang belajar persiapan ujian dan Ara belajar materi beberapa hari kemarin saat ia tak masuk sekolah.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang